Pemerintah Targetkan Swasemda Pangan, Produksi Beras di Jatim Malah Menurun

Pemerintah Targetkan Swasemda Pangan, Produksi Beras di Jatim Malah Menurun

Ekonomi | surabaya.inews.id | Rabu, 8 Januari 2025 - 11:50
share

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengingatkan, sesuai dengan program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, salah satunya yaitu memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.

Dalam salah satu poin Asta Cita tersebut menempatkan swasembada pangan menjadi sektor pendorong kemandirian bangsa dan menjadi fokus pemerintah saat ini. 

"Ini menjadi momentum untuk menyejahterakan petani karena Presiden Prabowo sangat konsen di sektor pangan," kata Zulhas saat Rapat Koordinasi (Rakor) Bidang Pangan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (7/1/2025). 

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman memandang jika swasembada beras bisa terwujud jika seluruh area di Pulau Jawa bisa menyerap beras petani. 

Ia menggambarkan, daerah penghasil beras seperti Jawa Timur (Jatim), Jawa Barat dan Jawa Tengah harus terus didukung dengan memberikan pupuk kepada petani, memperhatikan irigasi pada area persawahan hingga menyerap hasil petani untuk disimpan di Bulog. 

"Bangkalan tadi ini baru start panen, ini menunjukkan bahwa panen kita akan meningkat dibanding tahun lalu," ungkapnya.

Meski pemerintah pusat bercita-cita mewujudkan swasembada pangan, ironisnya, produksi padi di Jatim justru mengalami penurunan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan, produksi padi di provinsi ini pada 2024 diperkirakan sebesar 9,23 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). 

Jumlah itu turun 484.320 ton GKG atau 4,99 persen dibandingkan produksi padi di 2023 yang sebesar 9,71 juta ton GKG. 

Sedangkan produksi beras pada 2024 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 5,33 juta ton. Jumlah itu turun 279.660 ton atau 4,99 persen dibandingkan produksi beras di 2023 yang sebesar 5,61 juta ton. 

Disisi lain, luas panen padi pada 2024 diperkirakan sekitar 1,62 juta hektare (ha). Luasan itu 81.850 ha atau 4,82 persen dibandingkan luas panen padi di 2023 yang sekitar 1,70 juta ha.

 

Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim), puncak panen padi pada 2024 sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya yang terjadi pada bulan Maret, puncak panen tahun ini terjadi di bulan April dengan luas panen mencapai 0,37 juta ha. 

Namun demikian, puncak panen padi pada April 2024 relatif lebih tinggi atau naik sekitar 854,03 ha (0,23 persen) dibandingkan Maret 2023.

Realisasi panen padi sepanjang Januari−September 2024 sebesar 1,41 juta ha, atau turun 72.890 ha (4,92 persen) dibandingkan Januari−September 2023 yang mencapai 1,48 juta ha. Sementara potensi luas panen padi pada Oktober−Desember 2024 diperkirakan 208.480 ha.

Produksi padi di Jatim sepanjang Januari−September 2024 diperkirakan 7,95 juta ton GKG, atau turun 406.100 ton GKG (4,86 persen) dibandingkan Januari−September 2023 yang sebesar 8,36 juta ton GKG. 

Sementara itu, berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA September 2024, potensi produksi padi sepanjang Oktober−Desember 2024 sebesar 1,27 juta ton GKG.

Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi di bulan Maret, sedangkan 2024 terjadi di bulan April. Sementara produksi padi terendah pada 2024 terjadi di bulan Januari. 

Produksi padi pada April 2024 yaitu sebesar 2,14 juta ton GKG, sedangkan produksi padi pada Januari 2024 sebesar 277.040 ton GKG.

Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari−September 2024 diperkirakan setara dengan 4,59 juta ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 234.490 ton (4,86 persen) dibandingkan Januari−September 2023 yang sebesar 4,83 juta ton. Sementara itu, potensi produksi beras sepanjang Oktober−Desember 2024 ialah sebesar 735.930 ton.

Produksi beras tertinggi pada 2024 terjadi di bulan April, yaitu sebesar 1,23 juta ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 0,16 juta ton. Kondisi ini sedikit berbeda dengan tahun 2023, di mana produksi beras tertinggi terjadi di bulan Maret yaitu sebesar 1,22 juta ton dan produksi beras terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 0,18 juta ton.

Penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2024 terjadi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Gresik, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Banyuwangi. 

Di sisi lain, terdapat beberapa kabupaten/kota yang mengalami peningkatan produksi padi cukup besar, misalnya Kabupaten Tuban, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Bondowoso.

Tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2024 adalah Kabupaten Lamongan, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bojonegoro. Sementara itu, tiga kabupaten/ kota dengan produksi padi terendah yaitu Kota Mojokerto, Kota Blitar, dan Kota Batu.

 

Sementara itu, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono memastikan Jatim tetap menjadi lumbung pangan nasional dan siap mendukung penuh program swasembada pangan nasional. 

Adhy menilai posisi Jatim sebagai lumbung pangan nasional dan dukungan untuk terwujudnya swasembada pangan nasional adalah hal rasional. Pasalnya berbagai capaian Jatim di sektor pangan menjadi bukti bahwa Jawa Timur memiliki kapasitas untuk mewujudkan hal tersebut.

Faktor-faktor tersebut antara lain luas lahan baku sawah (LBS) Jatim tahun 2024 seluas 1,2 juta ha meliputi sawah beririgasi 719.598,29 ha dan sawah non irigasi (sawah tadah hujan, pasang surut dll) seluas 488.379,09 ha. Tahun 2024, Kementerian Pertanian melaksanakan program pompanisasi untuk mendukung pertambahan areal tanam (PAT). 

"Potensi luas sawah tadah hujan yang menjadi target seluas 170.654,37 ha dan telah terealisasi 175.279,83 ha atau setara 102,71 persen," ujarnya.

Adhy juga menjelaskan capaian luas tambah tanam (LTT) padi dan jagung periode Januari - Desember 2024 dimana realisasi tanam komoditas padi seluas 2,35 juta ha, naik 522.439 ha dibandingkan periode sama tahun 2023 1,82 juta ha. Begitu juga dengan realisasi tanam komoditas jagung seluas 1,25 juta ha. 

"Realisasi tanam jagung naik sebesar 510.608 ha dibandingkan periode yang sama di tahun 2023 yaitu 1,19 juta ha," terangnya.

Adhy juga menyebut bahwa pupuk bersubsidi di Jatim telah teralokasi sebesar 1,94 juta ton.  Diantaranya pupuk Urea, NPK, NPK formula khusus dan pupuk organik. Sampai 31 Desember 2024, pupuk tersebut telah tersalurkan sebanyak 1,67 juta ton. 

"Pupuk bersubsidi yang telah disalurkan ke masyarakat mencapai 85,69 dari total alokasi," katanya.

Sementara terkait ketersediaan pangan di Jatim sampai Desember 2024 semua komoditas utama mencukupi prakiraan kebutuhan. Bahkan beberapa komoditi surplus dan mampu mensuplai provinsi lain di indonesia. 

"Harga rata- rata  pangan pokok dan strategis di tingkat konsumen di Jatim relatif stabil, kecuali cabe rawit kriting" sebutnya.

Topik Menarik