Media Vietnam Bongkar Sosok Asli Konglomerat Terkaya Indonesia: Mengejutkan!
JAKARTA, iNews.id - Konglomerat terkaya Indonesia, Michael Bambang Hartono dan Rudi Budi Hartono menarik perhatian media asal Vietnam, VnExpress. Dalam laporan terbarunya mereka mengupas sepak-terjang taipan bersaudara tersebut dalam membangun imperium bisnisnya.
Hartono bersaudara sukses mengembangkan bisnis keluarga dari tembakau menuju perbankan hingga e-commerce. Kekayaan yang dimiliki keluarga tersebut mencapai 47 miliar dolar AS atau setara Rp767,65 triliun.
Keluarga tersebut merupakan keluarga terkaya ke-17 di dunia dan satu dari dua keluarga dari Asia Tenggara yang masuk daftar 25 keluarga terkaya Bloomberg.
Selain itu, Michael (85) dan Robert (83) juga telah menjadi miliarder terkaya di Indonesia selama lebih dari satu dekade, menurut majalah Forbes.
Kekayaan Hartono bersaudara tumbuh sebesar 2,3 miliar dolar AS atau setara Rp37,49 triliun tahun ini, berkat kenaikan harga saham PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, di mana mereka merupakan pemegang saham terbesar.
BCA, bank terbesar di Indonesia, menghasilkan pendapatan sebesar Rp99,7 triliun pada tahun lalu dan melaporkan pertumbuhan pinjaman yang mengesankan selama sembilan bulan pertama tahun 2024.
Meskipun BCA saat ini merupakan sumber kekayaan utama mereka, kekayaan Keluarga Hartono berawal dari produsen rokok kretek milik mendiang sang ayah, Oei Wie Gwan, Djarum.
Oei mendirikan pabrik kretek pertama Djarum di Provinsi Jawa Tengah, pada 1951, sembilan bulan setelah mengakuisisi merek tersebut. Djarum, yang dinamai berdasarkan jarum gramofon, dimulai sebagai operasi sederhana dengan hanya 10 pekerja karena proses produksinya sederhana dan membutuhkan peralatan yang minimal.
Oei sendiri akan melinting kretek di lantai tempat produksi ketika dia tidak sedang mempromosikan dan menjual produk Djarum di jalanan. Pada akhirnya, anak-anaknya mengambil alih bisnis tersebut setelah Oei meninggal dunia pada tahun 1963.
Meskipun pasar lokal untuk rokok kretek, produk yang populer di kalangan pekerja berpenghasilan rendah di Indonesia, sangat luas. Hartono bersaudara memilih untuk mengekspor produk mereka ke pengecer tembakau di seluruh dunia, dengan pasar-pasar utama termasuk Inggris dan Australia, menurut laporan The Business Times.
Kekayaan keduanya membengkak selama bertahun-tahun saat Djarum melakukan diversifikasi bisnis ke berbagai sektor, termasuk elektronik, perbankan, dan real estat.
Pada tahun 1975, Hartono bersaudara mendirikan Polytron, merek yang sangat populer di Indonesia yang dikenal dengan barang elektronik konsumennya.
Ketika krisis keuangan Asia berdampak parah pada Indonesia pada 1997-1998, Michael dan Bambang bertindak cepat untuk memperluas investasi mereka. Keduanya bergabung dengan konsorsium yang membeli BCA dengan menghabiskan Rp5,3 triliun untuk memperoleh saham mayoritas sebesar 51 persen di bank tersebut.
Selain itu, keluarga Hartono juga merupakan tokoh berpengaruh di pasar real estate Indonesia dengan portofolio real estate utama di Jakarta, termasuk Grand Indonesia, salah satu mal terbesar di Jakarta.
Hartono bersaudara juga mendirikan perusahaan modal ventura GDP Venture pada tahun 2010 dengan pendanaan awal sekitar 100 juta dolar AS. Perusahaan ini berperan penting dalam mendorong inovasi digital di seluruh portofolio Grup Djarum. Perusahaan ini memperoleh saham mayoritas di Tiket.com, agen perjalanan daring terkemuka di Indonesia, pada tahun 2017.
Kemudian, Hartono bersaudara melebarkan sayap ke sektor ritel daring, raksasa e-commerce Blibli. Perusahaan induknya, Global Digital Niaga, tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2022 dan berhasil meraup Rp8 triliun dalam penawaran umum perdana saham atau IPO terbesar kedua di Indonesia pada tahun tersebut.
Sosok Sederhana
Meski dikenal sebagai keluarga terkaya dengan bisnis di berbagai sektor, sosok Hartono bersaudara dikenal sederhana. Di luar bisnis, Robert dikenal sebagai sosok rendah hati dan lebih suka tidak menonjolkan diri dan jarang tampil di depan publik atau melakukan wawancara.
Pada saat menghadiri suatu acara, Robert diketahui datang seorang diri tanpa sekretaris, asisten, maupun pengawal. Dia hanya membawa Blackberry model lama serta mengenakan sepatu dasar buatan lokal.
Di sisi lain, Michael lebih sering menjadi sorotan media dibanding adiknya. Dia pernah mewakili Indonesia di Asian Games 2018 cabang bridge dan membantu tim mengamankan medali perunggu di nomor beregu Supermixed, sekaligus menjadikannya sebagai orang Indonesia tertua yang memenangkan medali Asian Games, menurut laporan AFP.
Michael bermain bridge sejak usia enam tahun dan menikmati tantangan yang dihadirkan oleh permainan kartu tersebut. Namun, dia mengakui bahwa itu bukan prioritas utamanya dan dia memiliki hobi lain, seperti musik dan tai chi, seni bela diri China.
"Prioritas nomor satu tentu saja keluarga. Nomor dua adalah bisnis," ucap Michael.
Terkait pandangannya dalam berbisnis, Michael menyamakannya dengan permainan bridge. Langkah pertama, pastikan mendapatkan data atau informasi terlebih dahulu, kemudian analisis informasi tersebut, lalu buatlah keputusan.
"Jadi, bisnis, kehidupan nyata, dan bridge adalah sama. Pengambilan keputusan adalah sama. Anda harus terkoordinasi, Anda harus berhati-hati, ada hal-hal yang tidak Anda duga. Anda harus tahu apa yang mungkin, namun terkadang yang tidak mungkin menjadi mungkin," ujarnya.
Michael dan Bambang juga berkontribusi kepada masyarakat melalui Djarum Foundation, yang mendukung berbagai macam bidang, termasuk olahraga, lingkungan, pendidikan, budaya, dan kegiatan sosial, menurut laporan Tattler Asia.
Lembaga nirlaba yang didirikan pada tahun 1986 ini membantu menemukan pemain bulu tangkis berbakat di seluruh Indonesia, di mana banyak di antaranya yang telah berkompetisi di Olimpiade dan turnamen seperti Piala Thomas.