Rupiah Hari Ini Ditutup Kembali Menguat ke Rp15.862 per Dolar AS

Rupiah Hari Ini Ditutup Kembali Menguat ke Rp15.862 per Dolar AS

Ekonomi | inews | Kamis, 5 Desember 2024 - 16:05
share

JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah ditutup kembali menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (5/12/2024). Rupiah naik 75 poin atau 0,47 persen ke level Rp15.862 per dolar AS setelah sebelumnya menguat ke Rp15.937 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, pergerakan rupiah juga disebabkan oleh sentimen eksternal yaitu investor regional merasa sedikit lega karena pidato Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell di sebuah acara New York Times yang mengisyaratkan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan suku bunga.

"Powell mengisyaratkan kekuatan ekonomi AS dan tidak meremehkan ekspektasi untuk penurunan suku bunga pada bulan Desember, meskipun dia mengisyaratkan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pelonggaran di masa mendatang," ucap Ibrahim dalam risetnya, Kamis (5/12/2024).

Sentimen global lainnya berasal dari Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol terkait pengumuman darurat militer pada hari Selasa dalam upaya untuk melawan 'kekuatan anti-negara' di antara lawan-lawan politiknya. Namun, hal itu tidak berlangsung lama setelah dia mencabut tindakan tersebut dalam beberapa jam setelah menghadapi reaksi keras, termasuk penolakan parlemen dan protes publik. Hal ini menyebabkan tuntutan agar Yoon dimakzulkan oleh para legislator negara tersebut.

Kementerian Keuangan Korea Selatan pada hari Kamis mengumumkan dana stabilisasi pasar sebesar 40 triliun won (28,35 miliar dolar AS) setelah deklarasi Yoon mengganggu pasar. Bank of Korea dapat membeli obligasi dan memperluas operasi repo, dengan otoritas siap bertindak berdasarkan rencana darurat jika diperlukan.

Dari sentimen internal, ekonom menilai urgensi kenaikan tarif PPN 12 persen pada 2025 hanya dilakukan karena termaktub dalam UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang diteken pada 2021. Adapun, keinginan pemerintah menambah penerimaan negara lewat kenaikan PPN dikhawatirkan memukul daya beli masyarakat saat ini.

Semangat menaikkan PPN dalam Undang-Undang (UU) No.7/2021 yang diteken pada tiga tahun silam sudah berbeda dengan kondisi sekarang. Kala itu, defisit fiskal diperbolehkan di atas 3 persen dan berdampak pada pembiayaan yang cukup besar. Melalui semangat untuk menambah penerimaan negara, PPN naik menjadi 11 persen.

Melihat realisasi defisit APBN 2024 yang mencapai 1,37 persen dari PDB atau setara Rp309,2 triliun per Oktober 2024. Ekonom meyakini defisit akan lebih rendah dari target sebesar Rp522,8 triliun atau 2,29 persen dari PDB. Artinya, akan ada potensi tambahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang dapat menutup defisit APBN tahun depan tanpa menggunakan utang.

Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.850-Rp15.910 per dolar AS.

Topik Menarik