Komitmen PLN Mengawal Seruan 'Laudato Si' Paus Fransiskus untuk Menjaga Bumi

Komitmen PLN Mengawal Seruan 'Laudato Si' Paus Fransiskus untuk Menjaga Bumi

Ekonomi | inews | Kamis, 31 Oktober 2024 - 17:56
share

JAKARTA, iNews.id - Sinar matahari terasa sangat terik menyengat kulit, saat melintasi Jalan Katedral, Jakarta Pusat. Jalan itu menjadi pembatas antara dua rumah ibadah agama besar di Indonesia, Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. 

Dua simbol agama Islam dan Katolik ini saksi bisu kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia dalam perjalanan apostolik pada 5 September 2024. Kunjungan yang akan selalu dikenang masyarakat Indonesia bersama pesan-pesan perdamaian pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu. 

Paus Fransiskus dalam kunjungannya bertema iman, persaudaraan dan bela rasa, turut menyerukan untuk menjaga planet bumi sebagai rumah bersama. Ini bagian dari Ensiklik Laudato Si yang dikeluarkannya tahun 2015 dengan subjudul dalam kepedulian untuk rumah kita bersama, yang mengajak untuk menjaga dan merawat alam dari kehancuran. 

Surat pastoral Paus untuk seluruh Gereja Katolik, Laudato Si yang dalam bahasa Italia berarti “Puji Bagi-Mu” ini mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali dan menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Paus mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil aksi global yang terpadu dan segera untuk merawat serta memulihkannya. Pesan ini pula yang selalu digaungkan Paus Fransiskus saat mengunjungi berbagai negara, selain kerukunan dan kerja sama antaragama serta perdamaian.

Di Indonesia, Paus tak hanya menyampaikan pesan tapi juga melakukan aksi nyata. Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio itu secara simbolis mendukung gerakan menjaga bumi dengan menyiram pohon bakau. Aksi itu dilakukan di Gedung Graha Pemuda, di bawah cahaya lampu yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dipasang di atap-atap kompleks bangunan Gereja Katedral Jakarta.

PLTS Atap di Gereja Katedral selama ini bisa memproduksi 238,02 Kilowatt peak (kWp) atau setara dengan 183 unit rumah dengan daya 1.300 watt. Dengan panel surya sebanyak itu, Gereja Katedral bisa menghemat biaya listrik sampai 30 persen dari biasanya. Bahkan, gereja ini mendapat apreasiasi Museum Rekor Dunia Indonesia atau MURI sebagai gereja yang menerapkan pesan 'Laudato Si'. 

"Tahun 2021 ada penghargaan MURI di mana Gereja Katedral yang melakukan salah satu imbauan Bapak Paus dalam rangka 'Laudato Si' ini dengan menggunakan listrik dari tenaga surya," kata Hubungan Masyarakat (Humas) Keuskupan Agung Jakarta dan Gereja Katedral, Susyana Suwadie saat ditemui iNews, Selasa (28/10/2024).  

Gereja Katedral Jakarta menggunakan listrik dari tenaga surya. Penggunaan PLTS atap ini mampu menghemat biaya listri sekaligus menjadi bagian dari komitmen untuk menjaga bumi, sesuai pesan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si. (Foto: Irfan Ma'ruf)

Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia menyentuh hati masyarakat Indonesia, sebagai salah satu negara yang berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim, sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Masyarakat diajak untuk merawat bumi, menjaga lingkungan hidup dan keberlangsungan seluruh makhluk hidup tanpa terkecuali. Gerakan keberlanjutan harus didukung, salah satunya dengan menggiatkan hemat listrik melalui panel energi surya. Selain hemat, panel surya adalah salah satu sumber energi terbarukan yang menawarkan harapan besar dalam mengatasi krisis iklim. 

"Bapak Suci Paus memberikan pesan-pesan, salah satunya pesan khusus itu terhadap kita umat Katolik dunia, bagaimana kita harus menjadikan bumi sebagai rumah bersama dalam apa yang disebut Ensiklik Laudato Si," kata Susyana.

Bukan hanya kepada umat Katolik, pesan hangat Paus Fransiskus juga ditujukan kepada umat agama lain yang turut menghadiri pertemuan dengan tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal, September lalu. Pertemuan itu menghasilkan Deklarasi Istiqlal, sebuah dokumen yang menegaskan komitmen terhadap kerukunan antarumat beragama. 

Dalam Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar ketika mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, 5 September 2024, dua masalah krusial di dunia saat ini menjadi sorotan. Dehumanisasi dan perubahan iklim. 

Deklarasi Istiqlal menyerukan tindakan tegas untuk melindungi lingkungan hidup dan sumber dayanya. Krisis iklim yang terjadi saat ini akibat dari tindakan manusia. Eksploitasi manusia terhadap ciptaan Tuhan, rumah kita bersama, telah berkontribusi terhadap perubahan iklim yang menimbulkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi.

"Menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai, dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati, kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas, guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya, karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita," demikian isi poin terakhir The Istiqlal Declaration 2024.

Dokumen deklarasi itu ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar yang disaksikan para tokoh agama lain di antaranya Gus Yahya Staquf dari Nahdlatul Ulama (NU), Abdul Mu'ti dari Muhammadiyah, Jacky Manuputty dari Gereja Protestan, Wisnu Bawa Tenaya dari perwakilan Hindu, Philips Kuncoro Wijaya dari Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Bhante Dhammasubho dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia, Budi Tanuwibowo dari Konghucu dan Engkus Kuswara dari aliran kepercayaan.

Sama seperti Gereja Katedral, Masjid Istiqlal juga menerapkan berbagai upaya untuk menjaga bumi. Salah satunya dengan menggunakan panel surya sebagai salah satu sumber listrik. Hasilnya bisa menghemat pengeluaran listrik Masjid Istiqlal hingga 30 persen. 

"Ya, Istiqlal sejak direnovasi sudah dirancang ramah lingkungan. Sebagian air wudhu sudah di-recycle agar airnya tidak terbuang dan digunakan untuk nyiram tanaman. Juga solar cells yang ada sudah menghemat 28 sampai 30 persen kebutuhan listrik Istiqlal," kata Pengelola Kehumasan, Sistem Informasi dan Publikasi pada Sekretariat Masjid Istiqlal Ismail Cawidu sat ditemui.

PLN Dukung Pengembangan Energi Terbarukan

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PT PLN (Persero), Gregorius Adi Trianto pada kesempatan terpisah menegaskan, PT PLN (Persero) berkomitmen penuh untuk mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan pembauran energi baru dan terbarukan. Salah satu bukti konkretnya melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang paling hijau dalam sejarah Indonesia. 

Dia menyebutkan, PT PLN Persero saat ini  tercatat telah menambah kapasitas listrik terbarukan mencapai 51,6 persen. "Dengan 51,6 persen tambahan kapasitas listrik berasal dari energi terbarukan dengan total kapasitas 20,9 gigawatt (GW)," kata Gregorius Adi kepada iNews.

PLN berkomitmen untuk mendukung pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sampai saat ini, kapasitas PLTS di Indonesia telah mencapai 343,1 Megawatt peak (MWp) dan PLTS Atap mencapai 245,2 MWp. 

Saat ini masyarakat yang menggunakan PLTS atap terus bertambah dengan dukungan PLN. Sampai Agustus 2024, tercatat sudah ada 9.477 pelanggan PLTS atap on-grid dengan total kapasitas 245,2 MWp. PLN terus memberikan kemudahan bagi pelanggan yang ingin memasang PLTS on-grid, khususnya dari sisi perizinan. 

"Pelanggan atau pemohon cukup menggunakan layanan satu pintu di PLN Mobile yang praktis. Melalui aplikasi ini, pelanggan bisa memantau progres pengajuan PLTS atap mulai dari permohonan awal sampai dengan mendapat surat persetujuan," katanya. 

Kolaborasi Bersama Menjaga Bumi

Sebagai komitmen mendorong net zero emissions (NZE), PLN juga terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk pengembangan PLTS. Hasilnya, berbagai project PLTS telah terwujud di antaranya PLTS Terapung Cirata 192 MWp hasil kolaborasi dengan Masdar, PLTS ground-mounted 100 MWp kolaborasi dengan Aruna PV dan PLTS IKN kolaborasi dengan Sembcorp dengan target mencapai kapasitas maksimal 50 Megawatt (MW) pada akhir 2024.

PLN juga berkolaborasi dengan ACWA Power dalam project PLTS yang sedang dikembangkan di antaranya PLTS Terapung Singkarak berkapasitas 77 MWp dengan kolaborasi bersama ACWA dan PLTS Terapung Saguling 92 MWp. 

"Target Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2026, dan PLTS Terapung Karangkates 129 MWp kolaborasi dengan GD Power yang ditarget COD di 2025," katanya.

Sebagai komitmen dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai target netralitas karbon, PT PLN (Persero) membatalkan beberapa kontrak di antaranya kontrak 13,3 GW pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang sebelumnya masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028.

PLN Persero juga membatalkan beberapa kontrak di antaranya, Power Purchase Agreement (PPA) sebanyak 1,3 GW PLTU. Kemudian, mengganti sebanyak 1,1 GW PLTU dengan energi baru terbarukan (EBT) dan 800 MW PLTU dengan gas alam. Selanjutnya, mendorong co-firing biomassa pada 46 PLTU, program dedieselisasi sebesar 1 GW dan implementasi carbon trading tahun 2024 di 29 pembangkit listrik.

"Dengan segala upaya ini, PLN berhasil mengurangi dan menghindari sebanyak 3,7 miliar ton CO2," katanya. 

Inovasi PLN Dukung Transisi Energi 

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PT PLN (Persero), Gregorius Adi Trianto mengatakan, PLN berencana mendukung upaya transisi energi yang dicanangkan pemerintah dengan mengembangkan 61 GW pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) pada tahun 2040.

Sebanyak 31 GW pasokan listrik akan berasal dari pembangkit base-load berbasis energi hidro sebesar 19,8 GW dan panas bumi sebesar 7,1 GW, serta diikuti oleh EBT lainnya sebesar 6,3 GW. 

"Sisanya, sebesar 28,3 GW, akan berasal dari pembangkit listrik tenaga surya dan angin yang bersifat intermittent," ujarnya. 

Meski berbagai upaya untuk mendorong NZE terus dikembangkan, Gregorius Adi Trianto mengaku pengembangan EBT ini bukan tanpa tantangan. Terdapat ketidaksesuaian antara lokasi episentrum EBT yang tersebar di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara dengan pusat demand yang berada di Pulau Jawa.

Untuk mengatasinya, PLN akan membangun Green-Enabling Transmission Line, sehingga potensi EBT yang tadinya tidak bisa termanfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Upaya ini juga akan membangkitkan kawasan dan memunculkan episentrum ekonomi baru. 

"PLN memerlukan kolaborasi dalam hal kebijakan, teknologi, inovasi dan investasi," ujarnya. 

Tindak Lanjut Deklarasi Istiqlal

Kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia bersama pesannya akan selalu tertanam di hati masyarakat dunia. Bahkan Deklarasi Istiqlal disebut telah mendapat perhatian oleh dunia internasioanl. 

Atas perhatian dunia internasional itu, Nasaruddin Umar yang kini menjadi Menteri Agama melakukan dialog bersama Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan. Keduanya akan menindaklanjuti Deklarasi Istiqlal dengan melakukan kegiatan internasional yang akan digelar di Bali. 

Rencananya, kegiatan itu mempertemukan pemimpin negara sahabat, juga Paus Fransiskus yang dimungkinkan bergabung secara virtual. Saat ini proposal tengah disusun dan Presiden Prabowo Subianto diharapkan nantinya bisa membuka acara tersebut. 

"Ini menjadi entry point untuk membicarakan sebuah gagasan besar yang kita rencanakan untuk mengadakan sebuah acara internasional. Paus akan bergabung juga secara zooming di Bali dan kita berharap pemimpin negara-negara lain akan juga meramaikan deklarasi nanti di Bali," kata Nasaruddin dalam keterangannya.

Topik Menarik