Kekayaan Susut Rp817 Triliun, Bernard Arnault Tak Lagi Jadi Orang Terkaya di Dunia

Kekayaan Susut Rp817 Triliun, Bernard Arnault Tak Lagi Jadi Orang Terkaya di Dunia

Ekonomi | inews | Jum'at, 20 September 2024 - 06:35
share

PARIS, iNews.id - Bernard Arnault merupakan orang terkaya di dunia pada enam lalu. Namun, kini pendiri sekaligus CEO LVMH ini kehilangan gelar tersebut setelah kekayaannya menyusut sebesar 54 miliar dolar AS atau setara Rp819,77 triliun.

Dengan begitu, Arnault saat ini menempati posisi keempat orang terkaya di dunia dengan kekayaan bersih 177 miliar dolar AS atau setara Rp2.687 dan hanya unggul 1 miliar dolar AS di atas pendiri Oracle, Larry Ellison di posisi kelima, menurut indeks miliarder Bloomberg.

Mengutip Business Insider, kekayaan taipan mode ini telah anjlok sebesar 30 miliar dolar AS sepanjang tahun berjalan dan menempatkannya sebagai yang paling banyak kehilangan kekayaan di antara 500 orang dalam daftar miliarder di dunia versi Bloomberg.

Selain itu, Arnault juga menjadi satu-satunya orang di antara 18 orang terkaya di dunia yang mengalami defisit pada tahun 2024.

Selain itu, posisi Arnault dalam daftar miliarder Forbes juga mengalami hal yang sama, di mana saat ini dia tidak lagi menduduki posisi orang terkaya di dunia dan lengser ke posisi lima dengan kekayaan bersih 175 miliar dolar AS atau setara Rp2.656 triliun di belakang Elon Musk, Jeff Bezos, Larry Ellison, dan Mark Zuckerberg.

Adapun penurunan kekayaan Arnault mencerminkan pelemahan harga saham LVMH sebesar 16 persen menuju level terendah dalam dua tahun. Arnault memiliki sekitar 48 persen kepemilikan pada konglomerasi barang mewah yang menaungi sekitar 75 merek, termasuk Tiffany & Co, Louis Vuitton, Dom Perignon, dan Sephora.

Pergerakan saham LVMH dipengaruhi masalah yang ada pada perusahaan tersebut. Pendapatan LVMH pada semester I 2024 hanya naik 2 persen dan pendapatan dari operasi berulang turun 8 persen. Laba dasar anjlok 26 persen dalam bisnis anggur dan minuman beralkohol, 19 persen dalam bisnis jam tangan dan perhiasan, dan 6 persen dalam segmen utama fesyen dan barang dari kulit.

Arnault juga memperingatkan tentang iklim ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dalam laporan keuangan terakhir. Sementara itu, Bloomberg melaporkan bulan lalu bahwa Sephora memangkas 4.000 karyawannya di China untuk menghadapi pasar lokal yang menantang.

Industri barang mewah berkembang pesat setelah pandemi karena perjalanan kembali dibuka dan permintaan belanja yang terpendam dilepaskan. Namun, industri ini mengalami kesulitan baru-baru ini karena inflasi historis, suku bunga yang lebih tinggi, dan ketakutan resesi telah meredam permintaan bahkan di antara konsumen kaya.

Topik Menarik