Pemerintah bakal Impor 900.000 Ton Beras hingga Akhir 2024 untuk Stabilisasi Harga Pangan

Pemerintah bakal Impor 900.000 Ton Beras hingga Akhir 2024 untuk Stabilisasi Harga Pangan

Ekonomi | inews | Jum'at, 30 Agustus 2024 - 19:32
share

JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan rencana pemerintah untuk kembali mengimpor beras sebanyak 900.000 ton hingga akhir tahun 2024. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga stok pangan dalam negeri sekaligus menjaga stabilisasi harga pangan di tengah masyarakat.

Hal ini juga sekaligus mendukung program Presiden untuk kembali menyalurkan program bantuan pangan hingga akhir tahun ini.

"Masih ada yang memang harus disiapkan, yang terakhir itu sekitar 900.000 ton yang belum dieksekusi (impor beras)," ujar Arief di Istana Presiden, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Arief menambahkan, saat ini stok beras di dalam negeri sebanyak 1,34 juta ton. Jumlah tersebut belum termasuk penugasan pemerintah kepada Perum Bulog sebanyak 600.000 ton untuk pengadaan beras dari dalam negeri.

"Tiga bulan terakhir ini produksinya di atas kebutuhan nasional 2,5 juta ton," tuturnya.

Arief menyebut bahwa target pengadaan beras pemerintah lewat impor pada tahun 2024 sebanyak 3,6 juta ton. Meski demikian, akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk menyerap beras yang diproduksi petani lokal.

"Masih ada kan (kuota impor 2024) 3,6 juta ton. Nanti sambil kita lihat, pokoknya fokusnya hari ini adalah peningkatan produksi dalam negeri," katanya.

Arief sempat menjelaskan anggaran beras impor untuk 3 juta ton sebesar Rp30 triliun. Sehingga, untuk memenuhi kuota impor tahun 2024 sebanyak 3,6 juta ton, diperlukan anggaran lebih dari Rp30 triliun.

Menurutnya, kebijakan impor beras sendiri diambil sebagai respon atas kurangnya produksi beras para petani lokal. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja penggilingan-penggilingan padi yang ada di daerah.

Arief menyebut, saat ini setidaknya ada 169.000 penggilingan padi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun kapasitas produksinya hanya sekitar 20-30 persen. Hal tersebut lantaran susahnya mencari gabah karena produksinya kurang.

"Jangan kita bicara importasi terus, importasi itu hanya mengganjal, kita tidak bangga melakukan importasi. Kita dorong faktor produksi seperti pupuk, luas lahan tanam, itu ada di Kementerian Pertanian," ucapnya.

Topik Menarik