Politisi Perindo Ingatkan Dampak Resesi Ekonomi AS ke Indonesia, Ini Penjelasannya

Politisi Perindo Ingatkan Dampak Resesi Ekonomi AS ke Indonesia, Ini Penjelasannya

Ekonomi | inews | Kamis, 8 Agustus 2024 - 12:33
share

JAKARTA, iNews.id - Makro ekonomi Amerika Serikat (AS) berpotensi melambat di kuartal III 2024. Indikasi lesunya ekonomi negara adidaya mengacu pada negatifnya Produk Domestik Bruto (PDB), meluasnya kemiskinan, dan ekonomi riil selama dua kuartal berturut-turut tumbuh negatif.

Merespons hal ini, Ketua DPP Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Perindo, Dea Salsabila Defri mengatakan hubungan perdagangan antara AS dan Indonesia masih cukup kuat. Sehingga, perlambatan ekonomi di negara Paman Sam ikut berdampak pada ekonomi Tanah Air.

Pernyataan tersebut juga mengacu pada penggunaan dolar AS yang cukup masih bagi aktivitas bisnis antara kedua negara. 

“Mengenai sinyal resesi di Amerika Serikat, saya memahami bahwa hal ini bisa berdampak pada ekonomi Indonesia, mengingat adanya hubungan perdagangan dan penggunaan dolar dalam bisnis yang masih signifikan antara kedua negara,” ujar Dea Salsabila kepada iNews.id, Kamis (8/8/2024).

Meskipun begitu, Dea yakin pemerintah dapat mengantisipasi dampak resesi ekonomi AS dengan mengambil beberapa strategi yang tepat. Seperti diversifikasi pasar, peningkatan daya saing industri domestik, dan peningkatan aktivitas ekonomi domestik.

Menurutnya, upaya tersebut bisa membantu perekonomian Indonesia berada di jalur yang stabil. 

“Namun, saya percaya bahwa dengan upaya strategi yang tepat, seperti diversifikasi pasar, peningkatan daya saing industri domestik, dan peningkatan aktivitas ekonomi domestik dapat membantu perekonomian Indonesia berada di jalur yang stabil di tengah tantangan kebijakan The Fed maupun situasi global saat ini,” kata dia.

Sebelumnya, Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia), Helmi Arman menyebut, resesi ekonomi AS bakal menjadi berkah bagi Indonesia.

Pasalnya, perlambatan perekonomian mendorong Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, memangkas suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR). Bahkan, diperkirakan FFR dipangkas dua kali, yakni pada September dan November 2024 dengan masing-masing 25 basis poin (bps).

“Berkahnya berupa peluang penurunan suku bunga (The Fed),” tutur Helmi Arman saat ditemui di Park Hyatt.

Dia berhitung, pemangkasan FFR memberi kelonggaran bagi Bank Central domestik, terutama ikut menurunkan suku bunganya. Kendati, Bank Indonesia (BI) diproyeksi tidak agresif menekan BI rate. 

“Yang berarti ruang penurunan, pelonggaran untuk likuiditas domestik yang turunya suku bunga bisa turun, mendorong sektor usaha di Indonesia,” beber dia. 

Helmi menilai, resesi ekonomi Paman Sam pada kuartal III/2024 baru berupa slow down atau tidak mendalam, sehingga enggan memicu stabilitas makro ekonomi di dalam negeri.

Selain itu, dampaknya ke pasar keuangan Tanah Air pun dipandang akan bergantung pada kejadian-kejadian lain yang timbul akibat resesi tersebut.

Topik Menarik