5 Anak Perusahaan Pertamina, dari Bisnis BBM hingga Rumah Sakit dan Pesawat
JAKARTA Jumlah anak perusahaan PT Pertamina (Persero) sebanyak 13 anak usaha, merujuk data per 31 Desember 2021. Sebelumnya, perusahaan pelat merah ini tercatat memiliki 127 anak usaha yang lantas dipangkas seiring restrukturisasi dan pembentukan Pertamina menjadi holding energi.
Sebagai informasi, pada 12 Juni 2020, resmi terbentuk enam subholding di bawah Pertamina, yaitu Upstream Subholding, Gas Subholding, Refinery and Petrochemical Subholding, New Renewable Energy (NRE) Subholding, Commercial and Trading Subholding, dan Integrated Marine Logistics Subholding.
Pertamina sebagai perseroan negara menjalankan bidang penyelenggaraan usaha energi terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Bermula dari mengelola ladang minyak di Sumatera, perusahaan yang didirikan pada 10 Desember 1957 itu dalam perkembangannya memiliki banyak unit bisnis dan beragam usaha.
Mulai dari eksplorasi migas, Bahan Bakar Minyak (BBM) , petrokimia, ketenagalistrikan, energy terbarukan, logistik, shipping, asuransi, hingga bisnis jasa lainnya seperti rumah sakit, hotel dan maskapai penerbangan.
Dengan besarnya bisnis yang dijalankan, pada tahun buku 2021 Pertamina mencatatkan pendapatan usaha sebesar USD57.509 juta dan laba bersih mencapai USD2.046 juta.
Berikut ini 5 anak usaha Pertamina yang dihimpun SINDOnews, Senin (4/7/2022), dikutip dari Laporan Tahunan 2021 PT Pertamina (Persero) dan masing-masing perusahaan:
1. PT Pertamina Patra Niaga PT Pertamina Patra Niaga berdiri pada 27 Februari 1997 yang bergerak di hilir migas. Perusahaan memiliki kegiatan bisnis yang ditunjang empat aktivitas utama, yaitu penjualan BBM, penjualan non-BBM, jasa konstruksi, dan jasa lainnya.
Tahun 2020 PT Pertamina Patra Niaga melakukan penjualan BBM sebanyak 2,07 juta Kilo Liter. Pada tahun tersebut, perseroan membukukan laba bersih sebesar USD61,6 juta atau sekitar Rp917,8 miliar dengan asumsi kurs saat ini Rp14.900 per dolar AS.
Selama 20 tahun terakhir, Pertamina Patra Niaga telah berkembang dari pemain minyak dan gas lokal menjadi operator global di berbagai aspek rantai nilai sektor energi, serta melayani ribuan pelanggan di 60 pasar.
Commercial and Trading Subholding merupakan bagian dari rantai kegiatan bisnis hilir Pertamina dan dijalankan melalui PT Pertamina Patra Niaga. Pada 2021, total aset PT Pertamina Patra Niaga mencapai USD12.594 juta.
2. PT Pertamina Hulu Energi PT Pertamina Hulu Energi atau PHE berdiri pada 17 November 1989 dan bergerak di bidang pengelolaan usaha sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) serta energy, baik dalam maupun luar negeri. Perseroan juga menjalankan kegiatan usaha yang terkait dan/atau menunjang kegiatan usaha di bidang migas.
PHE bertugas mengelola Wilayah Kerja (WK) migas PT Pertamina (Persero). Selain itu, PHE merupakan subholding bagi Anak Perusahaan di bidang usaha minyak, gas bumi dan Coal Bed Methane (CBM), serta perusahaan patungan dan perusahaan afiliasi.
Hingga akhir tahun 2020, PHE telah mengelola 37 WK migas dan 57 Anak Perusahaan di bidang usaha migas dan CBM, serta enam Perusahaan Patungan dan dua Perusahaan Afiliasi. Pada tahun yang sama, PHE juga bersiap dalam transformasi menuju Subholding Upstream.
Pada 2020, perolehan pendapatan usaha PHE tercatat sebesar USD1.901,43 juta. Pendapatan itu utamanya berasal dari komersialisasi produk minyak mentah sebesar USD933,85 juta atau 49,11% dari total pendapatan. Adapun laba usaha sebesar USD449,55 juta.
3. Pertamina Gas Negara (PGN) Pertamina Gas Negara merupakan transformasi dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai Subholding Gas Pertamina. PGN melakukan kegiatan usaha di bidang transmisi dan niaga gas bumi.
Pada bidang transmisi gas bumi, PGN dan entitas anak/afiliasi memiliki jaringan pipa transmisi di provinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Timur untuk menghubungkan lokasi sumber gas bumi dengan lokasi pengguna akhir gas bumi melalui moda pipa transmisi.
Pada bidang niaga gas bumi, PGN membeli gas bumi dari produsen lalu dijual ke berbagai segmen pengguna akhir, mulai dari pelanggan rumah tangga, pelanggan kecil, pelanggan komersial dan industri, pembangkit listrik, hingga ke sektor transportasi baik melalui moda pipa distribusi gas bumi, CNG, maupun LNG.
Pada bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas, PGN melalui Anak Perusahaan PT Saka Energi Indonesia melakukan kegiatan usaha dalam eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan usaha di bidang minyak dan gas bumi. Produk-produk yang dihasilkan yaitu minyak bumi, gas bumi, LPG, dan LNG.
Sementara pada bidang usaha lainnya, produk yang dihasilkan oleh PGN antara lain jasa sewa fiber optik, jasa konstruksi dan perbaikan (operation & maintenance), serta pengelolaan dan penyewaan gedung dan peralatan.
Jumlah pelanggan PGN saat ini didominasi segmen pelanggan rumah tangga sebesar 99% dari total pelanggan gas bumi PGN.
Namun, berdasarkan volume penyaluran gas bumi ke pelanggan, segmen pelanggan komersialindustri memiliki porsi paling besar. Segmen ini menyerap gas bumi 99% dari total penyaluran gas bumi PGN.
Per 31 Desember 2021, jumlah pelanggan PGN sebanyak 663.877, dengan rincian 659.517 pelanggan segmen pelanggan rumah tangga, 1.896 pelanggan segmen pelanggan kecil, dan 2.464 pelanggan segmen komersial dan industri.
Pada 2021, PGN menyalurkan gas bumi kepada seluruh pelanggan niaga sebanyak 871 BBTUD, mengalami peningkatan sebesar 43 BBTUD atau 5% dibandingkan penyaluran gas bumi tahun 2020.
Selama 2021, PGN membukukan pendapatan neto USD3,04 miliar, naik 5,2% dibanding 2020, yang sebesar USD2,89 miliar. Kenaikan pendapatan tersebut disebabkan kenaikan pendapatan segmen usaha niaga gas, minyak dan gas, transportasi minyak dan sewa fiber optic.
Segmen usaha Niaga Gas Bumi merupakan kontributor utama pendapatan, di mana 77% pendapatan Perseroan dikontribusikan dari segmen ini. Pada 2021 pendapatan niaga gas mencapai USD2.342,6 juta.
4. PT Pertamina Bina Medika IHC (Pertamedika IHC) Didirikan pada 21 Oktober 1997, di mana dulunya adalah Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan dan Rumah Sakit (RS) di Jakarta.
Pertamedika IHC memiliki 15 unit bisnis dengan 14 RS dengan brand RS Pertamina dan 1 unit bisnis Klinik Pertamedika IHC.
Pertamedika IHC memperkuat posisinya sebagai perusahaan Holding BUMN dengan menyediakan dan melaksanakan layanan kesehatan kepada seluruh masyarakat.
Selain mengelola RS dan klinik serta rumah bersalin, terdapat usaha-usaha dan jasa penunjang seperti jasa penyuluhan kesehatan, pengelolaan limbah medis dan layanan home care untuk pasien.
Pada 2020, Pertamedika IHC mencatatkan Pendapatan Usaha sebesar Rp943,84 miliar atau 21,75% dari sebesar Rp4.340,08 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp5.283,92 miliar. Realisasi laba bersih di tahun 2020 tercatat senilai Rp289,33 miliar.
Jumlah aset Perseroan juga dicatatkan naik Rp1.264,40 miliar atau 27,67% dari sebesar Rp4.568,93 miliar pada 2019 menjadi Rp5.833,33 miliar pada 2020.
Jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh Perusahaan di tahun 2020 tercatat sebanyak 4.406 tempat tidur, naik 1,52% dibandingkan tahun 2019 sebanyak 4.340 tempat tidur.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh penambahan RS Modular yaitu RSPJ dan RSPP Simprug, serta adanya peningkatan ICU Bed dalam rangka penanganan Covid-19.
5. PT Pelita Air Service (PAS) Berdiri sejak 24 Januari 1970 di Indonesia, PAS semula ditujukan untuk kebutuhan angkutan charter yang terkait eksplorasi dan eksploitasi lapangan minyak dan gas alam. Bisnis intinya di sektor penerbangan dan bidang lain yang berhubungan dengan penerbangan.
Selain bisnis penerbangan charter, sejak 2019 PAS juga melakukan diversifikasi bisnis dalam rangka menjawab tantangan perkembangan teknologi di bidang aviasi serta meningkatkan stabilitas PAS sebagai perusahaan aviasi.
Pada 2019, PT Pelita Air Service melakukan diversifikasi bisnis yang terdiri dari empat segmen bisnis, yakni Air charter, Maintenance, Airport dan Aero Services.
Lalu pada tahun 2020, PAS melakukan pengembangan bisnis layanan general kargo dalam rangka memperkuat konektivitas serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pandemi berdampak cukup signifikan bagi bisnis aviasi, terlihat dari perolehan Pendapatan Usaha PT PAS pada tahun 2020 yang sebesar USD47.795 atau menurun 18,26% dibanding periode sebelumnya yang sebesar USD58,470,721. Sedangkan perolehan laba tahun 2020 adalah USD732,266.
Tahun 2022, PAS resmi memulai penerbangan reguler komersial di domestik. Tepatnya pada 28 April 2022, maskapai layanan medium (medium service airline) ini membuka rute penerbangan berjadwal perdana dari Jakarta ke Bali.
(ind)