Dialirkan ke Industri Jatim dan Jateng, Ini Jumlah Produksi Gas & Kondensat Lapangan JTB
BOJONEGORO.iNews.id - PT Pertamina Hulu Energi (PHE), yang merupakan Subholding Upstream Pertamina, bersama SKK Migas, mengadakan kegiatan Management Walkthrough (MWT) ke wilayah kerja PT Pertamina EP Cepu Jambaran Tiung Biru (PEPC JTB), pada Senin, 23 Desember 2024.
Kegiatan ini dihadiri oleh Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudy Satwiko, Direktur SDM & Penunjang Bisnis PHE Whisnu Bahriansyah, Direktur Utama Pertamina EP Cepu (PEPC) Muhamad Arifin, dan General Manager Zona 12 Mefredi.
MWT ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja operasional di Wilayah Kerja Blok Cepu serta Lapangan Gas Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB).
Memastikan penerapan standar keselamatan kerja, pengawasan secara langsung oleh Manajemen terhadap performa dan kegiatan operasi di akhir tahun 2024. Serta melihat kesiapan operasi tahun 2025, dan memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan di sektor hulu migas.
Kegiatan ini melibatkan kunjungan lapangan ke beberapa fasilitas utama, yakni Well Pad C Blok Cepu, JTB Plant, dan gas metering JTB. Kunjungan lapangan tersebut juga mencakup kegiatan HSE campaign, diskusi optimalisasi produksi lifting tahun 2024-2025, monitoring project serta Ask for help.
Pengembangan proyek Lapangan Gas Unitisasi JTB merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). PSN yang dikembangkan oleh Pertamina EP Cepu ini berhasil lakukan pengaliran gas perdana atau Gas On Stream (GoS) pada September 2022.
Lapangan ini memproduksikan gas dan kondensat dengan produksi rata-rata raw gas sebesar 315 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan volume penjualan terkontrak sebesar 187 MMSCFD dan potensi penambahan penjualan gas sebesar 5 MMSCFD.
Produksi gas dari Lapangan JTB akan dialirkan ke industri di Jawa Timur dan utamanya Jawa Tengah seiring pengembangan pembangunan pipa gas Cirebon Semarang (Cisem).
Saat ini produksi gas yang sudah terserap sebesar 125 MMSCFD dengan buyer dari PLN, Petrokimia Gresik (PKG), dan Jargas Lamongan (PGN).
Lapangan Gas JTB, sebagai salah satu penyumbang produksi gas nasional, menjadi fokus utama dalam mendukung fase transisi energi ke energi bersih, dimana gas menjadi energi fosil paling bersih.
Hal ini sejalan dengan target swasembada energi yang menjadi salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Dalam kunjungan tersebut, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudy Satwiko memberikan apresiasi terhadap kesuksesan Proyek Lapangan Gas Unitisasi JTB.
"Kita harus bangga bahwa proyek JTB Plant ini seratus persen Indonesia, karena didesain serta dibangun oleh orang Indonesia selain juga menggunakan tenaga kerja dan vendor lokal. Proyek ini juga merupakan gas plant terbesar yang dioperasikan oleh perusahaan lokal," ujarnya.
Ke depannya, ungkap Rudy, JTB akan menjadi backbone gas di wilayah Jawa. Saat ini backbone suplai gas di Jawa hanya dari Gresik.
"Jika tidak ada tambahan pasokan, maka wilayah Jakarta akan shortage gas pada tahun 2026. Dengan masuknya pipa gas Cisem, kontribusi JTB bisa mengatasi shortage ini."
Direktur SDM & Penunjang Bisnis PHE Whisnu Bahriansyah menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para stakeholder yang sudah mendukung Subholding Upstream Pertamina dalam menjalankan bisnis operasinya.
"Kunjungan hari ini menunjukkan bahwa perhatian SKK Migas kepada kami sangat tinggi, kami merasa dihormati karena dipilih oleh SKK sebagai tempat kegiatan akhir tahun," kata Whisnu.
Sebagai anak perusahaan PHE, PEPC JTB terus berkomitmen mempertahankan kinerja optimal untuk mendukung ketahanan energi nasional.
Pencapaian ini menjadi bukti keberhasilan kolaborasi antara SKK Migas, PHE, dan PEPC JTB dalam mengelola sumber daya migas secara berkelanjutan, sekaligus mendukung visi besar pemerintah dalam mewujudkan swasembada energi bagi Indonesia.
"Alhamdulillah, hari ini JTB sudah beroperasi penuh. Ketika pipa gas Cisem sudah beroperasi, harapannya suplai dari JTB plant bisa full capacity di angka 190 MMSCFD," ujar Direktur Utama PEPC Muhamad Arifin.
PHE akan terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
PHE juga senantiasa berkomitmen Zero Tolerance on Bribery dengan memastikan pencegahan atas fraud dilakukan dan memastikan perusahaan bersih dari penyuapan. Salah satunya dengan implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) yang telah terstandardisasi ISO 37001:2016.
PHE terus mengembangkan pengelolaan operasi yang prudent dan excellent di dalam dan luar negeri secara profesional untuk mewujudkan pencapaian menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang Environmental Friendly, Social Responsible dan Good Governance.