Pemerintah Diminta Kaji Ulang soal Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan
JAKARTA, iNewsBandungRaya.id - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan wacana libur selama bulan Ramadhan bagi anak-anak sekolah.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menilai, libur yang diberikan harus direncanakan secara matang agar memberikan manfaat yang maksimal bagi siswa.
Selain itu, Gus Yahya juga menyoroti terkait siswa non-Muslim saat Ramadhan tiba. Padahal, tidak ada singgungannya sama sekali puasa Ramadhan dengan kegiatan belajar mengajar bagi mereka.
"Ramadhan itu digunakan untuk apa bagi anak-anak sekolah ini? Apalagi kalau kita lihat anak-anak sekolah yang non-Muslim, apakah mereka juga libur? Nah, kalau ikut libur, untuk apa? Ini juga harus dipikirkan," ucap Gus Yahya di kantor PBNU Jakarta, Jumat (3/12/2024).
"Jadi, libur bukan hanya soal ada libur atau tidak, tetapi libur untuk apa. Ini yang harus dirancang modelnya. Suka atau tidak suka, saya lihat selama ini belum ada model yang baik untuk diterapkan," tambahnya.
Gus Yahya menekankan bahwa libur bukan hanya soal memberi waktu istirahat bagi siswa, tetapi juga harus memiliki tujuan yang jelas.
Oleh karena itu, pihaknya menyarankan agar momen libur selama Ramadhan dirancang dengan lebih baik dan tidak hanya berdasarkan kebiasaan semata.
"Kita sudah pernah libur satu bulan, juga pernah tidak libur, dan kita sudah tahu apa yang bisa dilakukan selama liburan itu. Maka, evaluasi perlu dilakukan sejauh mana waktu libur selama Ramadan ini bisa bermanfaat bagi anak-anak sekolah," katanya.
Gus Yahya mengenang bahwa pernah ada model seperti kegiatan keagamaan yaitu shalat Tarawih, bisa menjadi bagian dari pengalaman yang lebih mendalam bagi siswa, seperti meminta tanda tangan imam sebagai bentuk ibadah yang lebih tekun.
"Tapi, apakah itu model yang bisa kita andalkan? Tergantung apa yang kita usulkan untuk anak-anak sekolah selama Ramadhan ini," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu), Aris Adi Leksono menilai, wacana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadhan perlu dikaji lebih dalam terkait dampaknya.
Dia berpendapat bahwa sebaiknya pemerintah tidak meliburkan sekolah dalam arti tidak ada kegiatan sama sekali, melainkan fokus pada upaya mengoptimalkan pembelajaran selama Ramadhan.
Sehingga, narasi yang dikemukakan bukan soal libur, tetapi bagaimana memanfaatkan waktu tersebut secara produktif.
"Selama bulan Ramadhan, guru bisa memberikan tugas kepada orang tua untuk membimbing anak agar fokus ibadah spiritual, agar tidak masuk ke hal negatif dan bisa menguatkan mentalnya anak," tandasnya.