Israel Invasi Lebanon, Ini Kekuatan Personel Militer IDF dengan Hizbullah
BRUSSELS, iNews.id - Israel masih berupaya menembus pertahanan Hizbullah di perbatasan dengan Lebanon. Sejak operasi serangan darat ke Lebanon dimulai pada Senin (30/9/2024), Israel belum mampu masuk ke wilayah Lebanon lebih dalam karena selalu dipukul mundur.
Pengamat militer asal Belgia, Elijah Magnier, mengatakan Israel tampaknya sangat serius untuk bisa merebut kota-kota di perbatasan.
Menurut Magnier, tujuan Israel menggelar serangan darat besar-besaran untuk mengepung dan menghancurkan pasukan-pasukan elite Hizbullah, terutama di perbatasan.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, Israel telah menyiapkan 18 brigade sebagai persiapan untuk menggelar serangan besar-besaran.
"Itu bukan yang disamapikan Israel kepada kita. Dari sumber terbuka (intelijen), kita mengetahui bahwa Israel telah menyiapkan sedikitnya 18 brigade. Jadi, kita berbicara tentang sekitar 70.000 hingga 100.000 tentara," kata Magnier, kepada Al Jazeera.
Dia membandingkan dengan kekuatan personel Hizbullah yang sebagian besar terdiri atas unit rudal dan pasukan khusus.
"Jika kita melihat komposisi kekuatan Hizbullah, sebagian besar terdiri atas unit rudal dan pasukan khusus. Israel yakin telah menghancurkan sebagian besar unit rudal atau setidaknya 50, 60, hingga 70 persen," katanya.
Tujuan Israel berikutnya adalah mengepung pasukan khusus yang dikerahkan, yakni dua unit di selatan Sungai Litani dan satu unit di utara Sungai Litani.
Namun Magnier mewanti-wanti, bukan hal mudah untuk mengalahkan pasukan kahusus Hizbullah. Perang dengan pasukan khusus Hizbullah juga bergantung pada hasil serangan di perbatasan.
"Keputusan untuk menyerang ketiga unit itu akan bergantung pada pertempuran pertama dengan pasukan di selatan Sungai Litani. Namun, saya tidak yakin Israel akan segera menyerang kedua unit tersebut," ujarnya.
Magnier menegaskan, perang di Lebanon tidak sama dengan Gaza.
Israel menghadapi Hizbullah, pasukan dengan persenjaan lengkap. Ini berbeda dengan Hamas dan kelompok perlawanan lainnya di Jalur Gaza yang persenjataannya sebagian besar masih sangat konvensional.
Hal yang jelas, kata Magnier, perang di Lebanon akan sangat berbeda.