WHO Tetapkan Cacar Monyet Darurat Global, Sebagian Besar Penderita Usia 18 Tahun ke Bawah

WHO Tetapkan Cacar Monyet Darurat Global, Sebagian Besar Penderita Usia 18 Tahun ke Bawah

Berita Utama | inews | Kamis, 15 Agustus 2024 - 10:41
share

JENEWA, iNews.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan mpox, sebelumnya dikenal dengan cacar monyet, sebagai Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC). Penyakit ini mewabah di Afrika, terutama Republik Demokratik Kongo.

Badan kesehatan masyarakat tertinggi Afrika pada Minggu (11/8/2024) lebih dulu mengumumkan keadaan darurat mpox untuk benua tersebut. Menurut badan itu, infeksi virus mpox menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Ngashi Ngongo, kepala staf badan kesehatan masyarakat Afrika, mengatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan gugus tugas kesehatan Uni Eropa serta produsen vaksin mpox, Bavarian Nordic. Pada tahap awal, Afrika akan mendapat 215.000 dosis vaksin.

Menurut Ngongo, mereka masih merundingkan kesepakatan lanjutan agar Afrika bisa mendapat 2 juta dosis pada akhir tahun ini dan 10 juta hingga akhir 2025.

Dia menambahkan, 96 persen kasus mpox terjadi di Kongo. Selain itu, sekitar 60 persen dari penderita adalah kaum muda berusia di bawah 18 tahun.

Jadi kami juga menggunakan media sosial untuk memastikan bahwa kaum muda juga bisa terjangkau," ujarnya, merujuk pada sosialisasi vaksin.

Ngongo menjelaskan, virus mpox yang mewabah saat ini adalah subvarian klade IIb yang menyebar secara global sejak 2022. Sebagian besar penularan melalui hubungan seksual sesama jenis, yakni pria dengan pria.

Ini merupakan kali kedua dalam 2 tahun WHO mengumumkan darurat global mpox. Sebelumnya badan kesehatan PBB itu mengumumkan status yang sama pada Juli 2022 kemudian mencabutnya pada Mei 2023.

Sebagian besar wabah sebelumnya telah mereda. Saat itu WHOI mencatat 90.000 kasus infeksi, sebanyak 140 di antaranya meninggal.

Mpox bisa menyebar melalui kontak dekat antar individu. Meskipun biasanya ringan, penyakit ini bisa menyebabkan kematian meski persentasenya kecil. Penderita mpox mengalami gejala seperti flu serta benjolan kulit berisi nanah.

Wabah di Kongo dimulai dengan varian yang dikenal klade I, namun subvarian baru klade Ib tampaknya menyebar lebih mudah. Subvarian tersebut sejauh ini telah terdeteksi di Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengungkap, sebanyak 17.000 lebih kasus dugaan mpox dan 517 kematian terjadi di benua itu sepanjang 2024. Angka tersebut meningkat 160 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Topik Menarik