Waspada, Ini Masalah Kesehatan yang Dapat Menyerang Atlet eSports

Waspada, Ini Masalah Kesehatan yang Dapat Menyerang Atlet eSports

Berita Utama | yesdok.com | Senin, 30 Januari 2023 - 04:50
share

Electronic sports atau eSports merupakan sebuah kompetisi bermain video games dengan rata-rata seorang atlet menghabiskan waktu 5,5 hingga 10 jam bermain di depan layar.

Pada tahun 2014, Physical Activity Council di Amerika mengharapkan eSports dapat menjadi sebuah solusi dalam mengatasi banyaknya masyarakat yang tidak memenuhi rekomendasi World Health Organization (WHO) dalam melakukan aktivitas fisik maupun latihan fisik.

Akan tetapi di sisi yang lain, hal ini menimbulkan kontroversi karena perbedaan sifat olahraga yang cenderung sangat membutuhkan kemampuan fisik, sementara sebaliknya yang terjadi pada permainan eSports.

Seolah menyangkal perbedaan tersebut, pernyataan yang dikeluarkan sebuah aplikasi berbasis video game, Stakester, mengatakan bahwa dalam dua jam bermain video game, dapat mengeluarkan kalori setara dengan melakukan 1000 kali sit-up. Namun, penelitian Gao, dkk. menyatakan bahwa bermain video game meningkatkan pengeluaran energi, denyut nadi bahkan aktivitas fisik pada atlet eSports.

Hasil penelitian tersebut juga masih diperdebatkan, karena masih bervariasinya hasil pada beberapa penelitian lainnya.

Rasanya tidak masalah dengan terminologi olahraga atau menyebut para pemainnya sebagai atlet, namun yang mengkhawatirkan adalah adanya narasi yang dapat menyesatkan bahwa eSports memberikan dampak positif bagi kesehatan dan kebugaran individu.

Masalah Kesehatan pada Atlet eSports

Maraknya fenomena eSports juga menciptakan beberapa masalah kesehatan yang bisa diakibatkan atmosfer eSports yang kompetitif, seperti:

1. Masalah Fisik

Sebanyak 35% atlet eSports mengalami nyeri leher dan nyeri punggung, 56% mengeluhkan mata lelah, 36% mengalami nyeri pergelangan tangan, dan 90% mengalami pandangan kabur dan nyeri kepala. Pada level profesional, atlet eSports berisiko mengalami cedera overused akibat gerakan repetitif, postur yang buruk, dan computer eye syndrome.

Selain itu, penelitian di Australia menyatakan hanya 19% dari atlet eSport yang memenuhi rekomendasi latihan fisik WHO yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit akibat pola hidup sedenter.

2. Masalah Psikologis

Beberapa penelitian menunjukkan masalah psikologis seperti gangguan tidur, perilaku agresif dan tidak kooperatif, gangguan cemas, depresi, apatis, fobia sosial, perilaku obsessive-compulsive, gangguan paranoid, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas hingga kecanduan bermain game.

3. Adiksi

Berbeda dengan olahraga basket atau sepak bola, video games memang lebih bersifat adiktif. Bahkan WHO pada tahun 2018 menambahkan gaming disorder pada International Classification of Diseases. Video game menstimulasi bagian otak yang sama dengan alkohol dan narkotika yang memicu peningkatan dopamin. Dalam jangka panjang, terjadi perubahan jalur kimia di otak, sehingga dibutuhkan stimulus yang lebih sering untuk mencapai rasa puas. Hal inilah yang menyebabkan gaming addiction.

(foto: starters)

Topik Menarik