Pesan Ustadz Adi Hidayat Tentang Tujuan Pernikahan
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Dalam salah satu kajiannya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menegaskan bahwa pernikahan bukan sekadar soal memadu cinta, melainkan tentang menjaga amanah Allah dengan saling membantu meningkatkan ketakwaan.
UAH menjelaskan bahwa tujuan utama pernikahan adalah untuk mencapai kehidupan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, yang hanya dapat tercapai dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
“Rumusnya sederhana. Jika ingin pernikahan langgeng hingga akhirat dan dihiasi dengan sakinah, mawaddah, rahmah, maka tingkatkan takwa,” ujarnya, dikutip dari YouTube @Jedasesaat, Jumat (22/11/2024).
Menurut UAH, pernikahan adalah ibadah universal yang dikenal di semua agama. Ia membandingkan pernikahan dengan ibadah sholat dan haji, yang hanya ada dalam agama Islam dan tidak ditemukan dalam agama lain seperti Kristen atau Yahudi.
“Namun, menikah itu universal, bahkan ideal, karena membawa misi besar: membentuk keluarga,” kata UAH.
UAH mengingatkan bahwa pernikahan bukanlah perjalanan yang mudah. Ia menyebutnya sebagai perjuangan berat yang penuh kenikmatan, baik lahir maupun batin.
“Meski berat, pernikahan adalah ibadah yang juga mendatangkan kebahagiaan,” tambahnya.
Dalam ceramahnya, UAH mengutip Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21, yang menegaskan bahwa pernikahan adalah tanda kebesaran Allah.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang,” kutipnya.
UAH menjelaskan bahwa ayat tersebut menggambarkan pernikahan sebagai manifestasi dari kebesaran Allah.
Semua yang ada di alam semesta membutuhkan pasangan, kecuali Allah sebagai Dzat yang Maha Absolut. Pernikahan, menurutnya, adalah salah satu bentuk nyata dari tanda-tanda kebesaran Allah.
Selain itu, UAH juga membahas makna kata “kholaqo” dalam ayat tersebut, yang menunjukkan bahwa jodoh adalah ciptaan dan monopoli Allah.
Namun, ia menekankan bahwa membangun keluarga yang sakinah memerlukan usaha dari kedua pasangan, sebagaimana dijelaskan dalam penggunaan kata “ja’ala”, yang berarti menjadikan atau menciptakan.