Tahukah Kamu Kalau Orang Indonesia Ternyata Pendiri Kota Filipina, Begini Kisahnya
BADUNG, iNewsbadung. id - Ibukota Filipina adalah ibukota Kota Manila. Yang mendirikan adalah orang Indonesia dari Minangkabau yang bernama Raja Sulaiman.
Penamaan Kota Manila berasal dari kata fi’ amanillah yang berarti dibawah lindungan Allah SWT. Namun kedigdayaan Raja Sulaiman dan Islam di Filipina Sirna seiring dengan datangnya armada besar Spanyol ke wilayah tersebut.
Dikutip dari Wikipedia, Raja Sulaeman adalah Raja ke-14 Kerajaan Manila dan berasal daripada keluarga kerajaan Maynila, Tondo dan Namayan. Sebelum bangsa Spanyol datang pada tahun 1570an, Raja Sulaeman merupakan pemerintah ke-14 Kota Manila, sebuah kerajaan Tagalog-Muslim yang berdiri sejak tahun 1258.
Raja Sulaeman, kadang-kadang disebut sebagai Rajah Soliman merupakan cucu dari Abdul Bolkiah dari Kesultanan Brunei, putra dari Sulaiman Bolkiah dan Laila Menchanai (putri Kesultanan Sulu).
Ia juga mempunyai keturunan Tagalog dan merupakan cucu kepada Rajah Lontok dan Dayang Kalangitan (pemerintah Kerajaan Tondo dan Namayan) di Pulau Luzon, Filipina.
Kedatangan bangsa Spanyol yang dipimpin Martín de Goiti dan Juan de Salcedo ke Filipina disambut baik oleh Raja Sulaeman.
Raja Sulaeman menjalin kerjasama dan menawarkan rempah ratus kemereka serta dayang-dayang sebagai hadiah.
Tetapi setelah beberapa minggu kemudian, Raja Sulaeman mulai sadar bahawa Spanyol sudah mengambil kesempatan dan mencoba untuk merebut kota Manila karena faktor kekayaan hasil buminya. Pada akhirnya Raja Sulaeman melancarkan serangan kepada bangsa Spanyol di Manila.
Meski begitu, Raja Sulaeman, benar-benar Muslim berhati singa, tidak takut. Beberapa tahun kemudian, dia melawan Spanyol lagi. Dia meminta kepala suku lain dari Hagonoy, Macabebe dan barangay tetangga Bulacan dan Pampanga lainnya untuk memperjuangkan kebebasan mereka bersamanya. Namun pamannya, Raja Lakandula dari Tondo, tidak membantunya.
Dalam pertempuran sengit di Bangkusay, Tondo, Sulaiman tewas. Dia mati berjuang untuk kehormatan dan kebebasan negerinya. Dia adalah salah satu Pahlawan Filipina paling pemberani.
Dikutip dari Indonesia. go.id, pada pertengahan abad ke-16, wilayah Manila diperintah oleh tiga pemimpin besar yakni Raja Sulaeman, Raja Matanda dan Raja Lakandula. Ketiganya memimpin sebuah wilayah yang berbeda-beda, namun masih berada di dalam satu kawasan.
Raja Sulaeman dan Raja Matanda menguasai area selatan Sungai Pasig yang saat ini bernama Manila. Sedangkan Raja Lakandula menguasai di bagian utara. Konon, penamaan Kota Manila juga berasal dari kata fi’ amanillah, yang berarti di bawah lindungan Allah SWT.
Namun kedikdayaan Raja Sulaeman dan Islam di Filipina sirna seiring dengan datangnya armada besar asal Spanyol datang ke wilayah tersebut. Diceritakan pasukan laut negeri matador pimpinan Ferdinand Magellan itu sempat bentrok dengan angkatan bersenjata pimpinan Sultan Sulaiman.
Kala itu, Raja Sulaeman menguasai Pulau Seludung yang kini telah berganti nama menjadi Luzon.
Dalam perang yang terjadi pada 27 April 1521, seorang pemuka Islam yang bernama Lapu Lapu di wilayah setempat berhasil membunuh Ferdinand Magellan.
Namun akibat dominasi kekuatan Spanyol yang besar akhirnya sukses mengubah wajah Filipina. Walaupun kini Filipina bukan negara dengan penduduk Islam mayoritas, tetapi kita bisa melihat kebesaran umat Islam lewat bangunan Intramorus Walle City yang dibangun oleh Raja Sulaiman.
Dalam bahasa latin, intramorus berarti dinding. Dinding yang dibangun pada abad ke-16 di atas lahan seluas 64 hektare ini merupakan cikal bakal Kota Manila.
Bangunan yang semula berada di timur Kota Manila ini difungsikan sebagai pusat pemerintahan Spanyol dan diperuntukkan sebagai benteng pertahanan. Di sekitar dinding raksasa ini, terdapat pula beberapa bangunan bersejarah, salah satunya Fort Santiago.
Tidak hanya bangunan Intramorus Walle City jejak Islam di Filipina juga kita temui pada Masjid Syekh Karim al-Makdum, masjid tertua di Filipina. Masjid yang berdiri pada 1380 M ini dibangun oleh Syekh Karim al-Makdum, saudagar Arab yang datang dan berdakwah di daerah tersebut.
Masjid ini merupakan pusat penyebaran Islam pertama di tanah Filipina. Beberapa tiangnya yang asli, masih tegak berdiri, berada di dalam bangunan masjid. Pusat Arkeologi Nasional menobatkan situs ini sebagai warisan bersejarah. Sedangkan, oleh Museum Nasional Filipina, masjid ini dicatat sebagai kekayaan budaya berupa benda.
Kota ini menjadi salah satu pusat perdangangan bangsa Filipina saat itu. Dan uniknya, sistem transaksi yang digunakan sejak awal adalah sistem Islam. Sistem ini pun masih dipraktikkan oleh sebagian pedagang di kawasan tersebut sampai sekarang.
Serta sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya di masa lalu, figur Raja Sulaeman diabadikan menjadi sebuah patung yang terletak di Rizal Park, Manila.