Mengenang Mas Yos Sosok Berjasa di Industri Musik Tanah Air
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) turut mengenang sosok Mas Yos melalui Focus Group Discussion/FGD) bersama Panitia Pelaksana Mengenang Mas Yos atau A Tribute to Mas Yos di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta.
Dalam FGD ini, diulas bagaimana sosok Mas Yos memainkan peran kunci dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris berbagai genre musik di Indonesia.
Pemilik nama lengkap Komodor Muda (Pur) R Suyoso Karsono tersebut menjadi pelopor pendirian industri musik rekaman dan stasiun radio swasta niaga pertama di Indonesia. Tidak hanya itu, Mas Yos juga dikenal sebagai pendiri Radio Elshinta pada jalur AM dan Radio Suara Irama Indah pada jalur FM Stereo, dua stasiun radio swasta pertama yang berhasil menjadi bagian penting yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya dalam penyebaran musik dan informasi di Indonesia.
FGD tersebut juga turut dihadiri oleh Puteri Mas Yos, Elshinta Suyoso. Dia berharap, FGD tersebut tak hanya membahas mencakup sejarah, tetapi bagaimana disrupsi teknologi memengaruhi keberlanjutan industri musik ini di era digital. Serta, bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang proses perjuangannya, tantangan, hingga masa depan industri ini di Indonesia.
"Dengan mengulas peran pionir seperti Mas Yos dan dampak disrupsi teknologi, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih jauh dan mendalam tentang bagaimana industri ini dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman," ujar Elshinta, di sela-sela FGD.
"Melalui diskusi ini, kita dapat belajar dari masa lalu, memahami tantangan saat ini, dan merancang strategi ke depan industri musik rekaman dan radio di Indonesia," ujarnya.
Sebagai informasi, sejarah industri musik di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran penting Irama Records, yang didirikan pada tahun 1951 sebagai studio rekaman berlabel pertama di Indonesia. Irama Records menjadi pelopor dalam industri rekaman piringan hitam moderen dari shellac ke vinyl yang mewarnai dunia musik Indonesia.
Studio rekaman ini tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya penyanyi dan musisi berbakat, tetapi juga sangat signifikan memainkan penyebaran musik lokal ke seluruh penjuru nusantara, bahkan mancanegara.
Keberadaan ketiga studio rekaman yang dibangunnya, seperti Irama Records, J&B, dan Elshinta Records mencerminkan bagaimana industri musik Indonesia berkembang, dan bagaimana tata kelola industri tersebut diatur dengan tertib pada masa itu.
Menurut Elshinta, masa depan industri musik dan radio di Indonesia juga akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana para pelaku industri ini beradaptasi dengan disrupsi teknologi. "Tantangan terbesar adalah bagaimana mempertahankan relevansi di tengah perubahan pola konsumsi dan persaingan dengan platform digital yang semakin dominan," katanya.
"Radio, misalnya, harus menemukan cara untuk tetap relevan di era di mana informasi dan hiburan dapat diakses kapan saja dan di mana saja," katanya.
Sementara itu, dia menilai, industri musik perlu terus berinovasi dalam hal distribusi, promosi, dan manajemen artis untuk tetap bertahan dan berkembang di era digital. Perkembangan teknologi informasi dan munculnya platform digital seperti media sosial dan Over The Top (OTT) juga telah mengubah pola konsumsi musik dan media di Indonesia.
Generasi baru yang lebih akrab dengan teknologi ini mulai meninggalkan media konvensional seperti radio, yang sebelumnya menjadi sumber utama hiburan dan informasi. Sebagai Ketua Panitia A Tribute to Mas Yos dalam rangka mengenang warisan karya-karya Mas Yos, Elshinta Suyoso juga menuturkan, industri musik rekaman dan radio di Indonesia telah melalui perjalanan panjang yang dipenuhi dengan inovasi, tantangan, dan disrupsi teknologi.
Karena itu, FGD ini diadakan untuk membahas perubahan mendasar dalam tata kelola manajemen industri musik rekaman dan radio, serta bagaimana perubahan ini telah membentuk lansekap industri hiburan di Indonesia dari masa ke masa.
Para peserta juga turut membahas berbagai aspek dari ekosistem musik Indonesia, terutama pascakemerdekaan, dengan fokus pada peran Mas Yos, dalam memelopori pendirian industri musik rekaman dan stasiun radio swasta niaga pertama di Indonesia.
"Peran Mas Yos dalam membangun dan mengembangkan industri ini merupakan fondasi bagi banyak perkembangan yang terjadi dalam industri musik, rekaman dan radio di Indonesia," katanya Elshinta.
Sebagai informasi, Mas Yos telah memberikan dampak signifikan pada sejarah perjalanan musik di negeri ini. Dia telah mengawali ekonomi kreatif dalam dunia musik pasca kemerdekaan Republik Indonesia di dunia rekaman piringan hitam sejak tahun 1951 hingga sekarang dengan label rekaman piringan hitam: Irama, J&B, dan Elshinta, serta radio komersial Elshinta Broadcasting System serta radio Suara Irama Indah.
Mas Yos juga dikenal sebagai produser, penyanyi, broadcaster dan pengembang bakat yang merekam para penyanyi dan musisi legendaris di negeri ini. Sebut saja di antaranya adalah Nick Mamahit, Sam Saimun, Nien dan Jack Lesmana, Bubi Chen, Nurseha, Titiek Puspa, Mus Mualim, Bing Slamet, Rachmat Kartolo, Joppie Item, Orkes Gumarang, Orkes Arulan, Oslan Husein, Waldjinah, Marini, Henny Poerwonegoro, Lilies Suryani, Koes Bersaudara, Usman Bersaudara, Bob Tutupoly, Kris Biantoro, Aida Mustafa, Widyawati (Trio Visca), Dara Puspita, Harvey Malaihollo, The Elshinta Hawaiian Seniors, Masnait Group, dan masih banyak lagi.
Hasrat dan minat kuatnya terhadap musik diawali ketika dia masih sebagai perwira AURI, sehingga ia kemudian mendapat julukan The Singing Commodore. Relevansi erat Mas Yos terhadap perjuangan pada masa Pemerintahan Darurat Kemerdekaan Indonesia (PDRI) yakni dengan memberi semangat pemuda dan pemudi bangsa saat itu. Serta memahami pentingnya mengapresiasi karya-karya kreatif yang mampu menginspirasi banyak orang sejak masa itu hingga sekarang.