Kilas Balik Benteng Kedung Cowek pada Masa Hindia Belanda hingga Saat Ini

Kilas Balik Benteng Kedung Cowek pada Masa Hindia Belanda hingga Saat Ini

Travel | BuddyKu | Selasa, 12 September 2023 - 15:58
share


Kombinasi antara bangunan bersejarah dengan pemandangan alam yang sangat indah itulah yang mendeskripsikan Benteng Kedung Cowek. Penduduk sekitar lebih mengenal tempat ini sebagai Gudang Peluru karena benteng tersebut merupakan tempat penyimpanan peluru pada masa penjajahan. Namun sangat disayangkan, Benteng Kedung Cowek belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas karena letaknya yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan Surabaya.

Benteng Kedung Cowek mulai dibangun pada 1900 berdasarkan cetak biru yang ditandatangani oleh Kapten Zeni. J. C Proper pada tanggal 15 Januari 1900. Sekitar tahun 1910 Benteng Kedung Cowek sudah tampak bentuknya mulai dari konstruksi dan desain bangunan Benteng Kedung Cowek terus disesuaikan dan diperkuat seiring berkembangnya teknologi di masa itu. Dana sebesar 5 juta Gulden juga sudah disiapkan untuk menerima pasokan meriam-meriam yang diharapkan dapat menjaga dan memelihara perdamaian daerah sekitar Benteng Kedung Cowek sebagai benteng pertahanan, benteng ini juga terdiri dari beberapa bangunan bunker untuk berlindung. Pada masa Perang Pasifik, Benteng Kedung Cowek didirikan pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk mengantisipasi serangan militer dari wilayah utara laut Surabaya. Namun pembangunan Benteng Kedung Cowek belum sepenuhnya selesai karena terhambat oleh krisis moneter pada tahun 1925.

Pada tahun 1942 terjadi pertempuran di laut Jawa bagian utara Surabaya antara Belanda dengan Jepang yang menghancurkan seluruh angkatan laut Hindia Belanda tanpa sepengetahuan penduduk Surabaya. Belanda pun menyerah terhadap Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati di Subang Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942, Jepang menguasai Indonesia termasuk Surabaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Industri di negaranya dan berhasil mengambil alih Benteng Kedung Cowek untuk dijadikannya sebagai basis pertahanan laut dengan menambah persenjataan. Saat itu kedatangan Jepang di Indonesia bahkan di Surabaya tidak mendapatkan perlawanan, bahkan rakyat menyambutnya dengan baik. Rakyat menganggap kedatangan Jepang sebagai tentara pembebasan dari penjajahan Belanda. Penduduk Jepang di Surabaya pun banyak yang membentuk badan semimiliter dan militer dengan merekrut banyak pemuda. Organisasi kemiliterannya seperti Pembela Tanah Air (PETA), Polisi Istimewa, Heiho, Seinendan dan Keibodan.

Organisasi kemiliteran ini dilatih oleh Daidan Jepang yang pernah mengikuti perang karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol sebagai bapak, ksatria dan pendidik. Pembentukan kekuatan militer merekrut pemuda pribumi, dengan menarik kepercayaan rakyat bahwa Jepang memang ingin membantu Indonesia untuk merdeka. Dibalik pengerahan pemuda dengan diberikan pendidikan kemiliteran, pengerahan tenaga rakyat juga tidak luput dari perhatian Jepang. Pengerahan tenaga rakyat sebagai romusha, dan para wanita dijadikan sebagai jugun ianfu. Harta benda yang dimiliki rakyat juga ikut dirampas, termasuk penyerahan hasil pertanian, perkebunan, ternak, perhiasan dan kekayaan lainnya. Tindakan menyengsarakan yang dilakukan Jepang pun dirasakan oleh rakyat, menyebabkan rakyat juga ingin kembali terbebas dari penjajahan.

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan oleh pasukan Amerika pada tanggal 14 Agustus 1945. Jepang sebagai pihak yang kalah dalam perang harus menjaga status-quo dan menjaga ketertiban sampai kedatangan Sekutu untuk mengamankan senjata Jepang dan memulangkan tentara Jepang ke negaranya. Kekalahan pun menjadikannya boomerang bagi Jepang atas ketidakberdayaannya. Akibat kekalahannya, Jepang tidak lagi memiliki kekuasaan di Surabaya. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan Arek-arek Surabaya untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dari berita yang terdengar meski melalui jalur ilegal hingga di Surabaya. Arek-arek Surabaya memanfaatkan ketidakberdayaan Jepang dengan merebut persenjataannya, hasil dari perebutan tersebut digunakan arek-arek Surabaya untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di wilayah Surabaya. Perebutan senjata Jepang dilakukan arek-arek Surabaya karena banyaknya gudang senjata Jepang di Surabaya, gudang senjata dan markas Jepang yang digunakan untuk menyimpan senjata salah satunya adalah Benteng Kedung Cowek.

Perebutan senjata dilakukan dengan beberapa proses yakni penyerbuan langsung dengan mengepung gudang senjata di Benteng Kedung Cowek dengan alasan tempat pesisir menyimpan meriam-meriam yang tidak didapat rakyat Surabaya pada penyerbuan gudang senjata lainnya dan melakukan perampasan senjata pada tentara Jepang yang sedang berpatroli dijalanan. Dengan melakukan pemberontakan dari kelompok-kelompok kecil yang dikoordinir menjadi besar salah satunya yaitu pasukan Sriwidjaja yang dibantu oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang bertanggung jawab langsung untuk perebutan Benteng Kedung Cowek. Penyerbuan di Benteng Kedung Cowek dilakukan setelah adanya perjanjian antara pihak Indonesia dengan pihak Kaigun Jepang yang termuat dalam koran Soeara Rakyat yang memberitakan bahwa di Ujung dilangsungkan surat penyerahan 10 Butai Angkatan Laut. Hasil dari penyerbuan dan perebutan di Benteng Kedung Cowek yang berada didekat Kenjeran diperoleh meriam-meriam berat seperti meriam-meriam pantai yang besar dan meriam-meriam penangkis udara. Benteng Kedung Cowek juga merupakan saksi bisu dari pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Karena Dalam Pertempurannya pada saat itu, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Pasukan Sriwidjaja menyerang tentara Sekutu dari sisi Benteng Kedung Cowek. Tokoh-tokoh penting yang ikut andil dari Pasukan Sriwidjaja yang berlaga di benteng ini di antaranya Jansen Rambe, Abel Pasaribu, dan Gumbreg.

Sudah hampir 115 tahun kokoh berdiri, sebelumnya Benteng Kedung Cowek atau sering disebut sebagai Gedung Peluru itu sempat jadi gedung sejarah yang terbengkalai, namun sejak tahun 2019 hingga saat ini dapat dikunjungi untuk masyarakat umum sebagai destinasi wisata sejarah sebagai Bangunan Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/261/436.1.2/2019 tanggal 31 Oktober 2019 dengan kategori benda. Berdiri di atas tanah seluas sekitar 71.876 m2 Benteng Kedung Cowek merupakan benteng terbesar dalam rangkaian benteng yang dibangun di sepanjang pantai dari Surabaya sampai Gresik, memiliki bangunan yang masih otentik sangat cocok dijadikan spot foto bertema vintage. Walau jalanannya yang belum sepenuhnya terawat, direnovasi, masih tertutup semak belukar dan aliran sungai. Tetapi dengan adanya tumbuhan dan bunga yang tumbuh subur di sekitar Benteng Kedung Cowek menambah kesan alami, dengan menyajikan pemandangan Pantai Nambangan dan Jembatan Suramadu yang eksotis disertai cuaca yang cerah, wisatawan juga dapat menikmati senja di sore hari. Saat ini benteng diawasi oleh TNI Paldam Kodam Brawijaya V.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Salma Izzatunnisa (2022) Menelusuri Benteng Kedung Cowek Surabaya, Gudang Peluru dan Meriam Untuk Melawan Jepang, liputan6.com, 30 July. Available at: https://www.liputan6.com/jatim/read/5028214/menelusuri-benteng-kedung-cowek-surabaya-gudang-peluru-dan-meriam-untuk-melawan-jepang (Accessed: 6 August 2023).

Christelle Dione (2021) Gudang Peluru, Benteng Kedung Cowek, Surabaya, kompasiana.com, 9 February. Available at: https://www.kompasiana.com/christelledione/5ff195ce8ede48446417c5d3/gudang-peluru-benteng-kedung-cowek-surabaya (Accessed: 6 August 2023).

Dina Rahmawati (2022) Sejarah Benteng Kedung Cowek Surabaya dan Sederet Daya Tariknya, detik.com, 28 October. Available at: https://www.detik.com/jatim/wisata/d-6375622/sejarah-benteng-kedung-cowek-surabaya-dan-sederet-daya-tariknya (Accessed: 6 August 2023).

Dyah Mulyaningtyas (2019) 4 Fakta Menarik Benteng Kedung Cowek Surabaya, Gudang Peluru, liputan6.com, 10 September. Available at: https://www.liputan6.com/surabaya/read/4058729/4-fakta-menarik-benteng-kedung-cowek-surabaya-gudang-peluru (Accessed: 6 August 2023).

Fadma Yulista (2017) PEREBUTAN SENJATA JEPANG DI SURABAYA TAHUN 1945, Journal Pendidikan Sejarah, 5(3). Available at: https://core.ac.uk/download/pdf/230698279.pdf (Accessed: 7 August 2023).

Topik Menarik