8 Pakaian Adat Sulawesi Utara, Nomor 5 Biasa Digunakan di Acara Pernikahan
MANADO, iNews.id - Deretan pakaian adat Sulawesi Utara yang cukup banyak jenis dan ciri khasnya. Sebab di Sulut ada banyak suku seperti suku Minahasa, Bolaang Mongondow, Sangihe, Talaud, Gorontalo, Siau bahkan Tionghoa.
Provinsi Sulawesi Utara merupakan daerah yang terletak di utara Pulau Sulawesi. Wilayah ini juga dikenal dengan sebutan Nyiur Melambai.
Bicara soal pakaian adat, setiap suku di Sulut punya ciri khas tersendiri. Pakaian adat ini selain beragam juga memiliki fungsi berbeda dan tampak elegan. Ada yang digunakan khusus untuk menikah, acara pesta hingga kegiatan adat.
8 pakaian adat Sulawesi Utara:
1. Baju Karai dan Wurang
Nama pakaian adat Sulawesi Utara pertama yakni baju Karai dan Wuyang. Pakaian ini berasal dari suku Minahasa.
Karai merupakan pakaian yang terbuat dari ijuk dengan bentuk baju tanpa lengan berwarna hitam. Baju ini digunakan sebagai busana para laki-laki.
Sementara wuyang baju mirip kebaya yang terbuat dari kulit kayu. Pada bagian atasan pasalongan ringetan atau pakaian mirip seperti blus atau gaun.
2. Pakaian Adat Bolaang Mongondow
Pakaian adat Sulawesi Utara berikutnya yakni pakaian adat suku Bolaang Mongondow. Suku ini pernah membangun kerajaan di Sulawesi Utara pada masa lampau.
Kemajuan kebudayaan suku tersebut mewariskan pakaian adat Sulawesi Utara yang turun temurun jadi budaya sampai saat ini.
Pakaian dari Suku Bolaang Mongondow dibuat dari serat kulit kayu atau pelepah nanas, atau yang disebut oleh penduduknya dengan nama lanut, yang kemudian ditenun dan dijahit jadi busana seharihari.
3. Pakaian Adat Sangihe dan Talaud
Pakaian adat Sulawesi Utara berikutnya asal Kepulauan Sangihe dan Talaud.Busana ini biasanya dikenakan ketika acara adat bernama upacara Tulude.
Pakaian adat yang satu ini terbuat dari bahan serat kofo, yakni sejenis tanaman pisang dan punya serat batang yang kuat. Prosesnya, serat kofo dipintal, ditenun dan dijahit menjadi pakaian yang dinamakan Busana Laku Tepu.
Rayakan Liburan dengan Hidangan dan Hampers Eksklusif di Sheraton Jakarta Soekarno-Hatta Airport
Laku Tepu berbentuk baju lengan panjang dengan untaian sampai ke tumit. Baik laki-laki dan perempuan diperbolehkan untuk memakai Laku Tepu dan biasanya dilengkapi dengan aksesoris lain seperti popehe (ikat pinggang), bandang (selendang bahu), paporong (penutup kepala) dan kahiwu (rok rumbai).
Warna dasar busana ini yakni kuning, merah, hijau ataupun berbagai warna cerah lainnya.
Busana adat warga Sangihe ini dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu busana adat untuk pemerintahan, pernikahan serta acara adat untuk ritual.
4. Pakaian Adat Minahasa Bajang
Pakaian adat Suku Minahasa Bajang biasanya digunakan untuk upacara adat dan punya ciri khas baju bawahan sarung, dilengkapi dasi dan destar segitiga.
Untuk perempuan memakai kebaya dan bawahan yapon serta perhiasan diselipkan pada sanggul rambut, leher, lengan dan telinga.
5. Pakaian Kohongian
Pakaian Kohongian ini bersifat eksklusif. Pakaian ini tidak bisa digunakan sembarangan sebab hanya boleh dikenakan oleh anggota masyarakat berstatus sosial kalangan bangsawan saat upacara pernikahan.
Seiring waktu perubahan zaman pakaian adat Sulawesi Utara ini boleh dicoba siapa pun tanpa memandang status sosial.
6. Pakaian Adat Tonaas Wangko dan Walian Wangko
Pakaian Tonaas Wangko dan Walian Wangko berpadukan warna dasar hitam dominan serta dihiasi motif bunga padi pada leher baju, ujung lengan dan sepanjang bagian depan baju yang terbelah.
Sama seperti pakaian adat Sulawesi Utara lainnya, Tonaas Wangko dan Walian Wangko berfungsi sebagai pakaian pemuka adat.
Namun, pada pria dilakukan modifikasi sehingga bentuknya lebih panjang tampak seperti jubah.
Kemudian, pakaian kemeja lengan panjangnya berkerah tinggi dan berkancing tanpa ada saku. Motif dari bajunya berwarna kuning keemasan, sebagai pelengkapnya seringkali disandingkan dengan topi warna merah dan bermotif bunga padi.
7. Pakaian Adat Gorontalo
Pakaian adat khas Gorontalo memiliki bahan kapas mentah yang sudah dijadikan benang. Untuk laki laki, menggunakan pakaian dengan model lengan pendek dan tambahan aksesoris, seperti tudung makuta, pasimeni, dan kalung bakso.
Kemudian, wanita memiliki pakaian adat dengan ciri bentuk kebaya tanpa motif. Untuk bagian bawahannya, menggunakan sarung. Aksesoris yang digunakan adalah gelang padeta, ikat pinggang, hingga Baya Lo Boute (ikat kepala atau rambut).
Pakaian adat tersebut biasanya dikenakan saat acara pernikahan atau disebut dengan Payungga dan Walimono. Selain itu, baju adat khas Gorontalo memiliki filosofi dalam warna yang mereka gunakan.
8. Busana Simpal
Pakaian adat Sulawesi Utara selanjutnya yakni busana Simpal mirip seperti Kohongian. Busana Simpal dulunya juga khusus untuk masyarakat yang masuk ke golongan bangsawan saja, misalnya golongan pendamping pemerintah kerajaan.
Busana Simpal akan dikenakan jika ada acara adat tertentu, salah satunya yaitu ketika upacara pernikahan.
Itulah sekilas 8 pakaian adat Sulawesi Utara. Semoga dapat menambah wawasan mengenai kebudayaan daerah yang beragam dari tanah air tercinta ini.