Kenapa Dilarang Bakar Ikan Asin dan Terasi di Hutan Kalimantan? Berikut Penjelasannya
KALIMANTAN selalu punya cerita menarik terkait mitos-mitosnya. Wilayah dengan julukan Pulau Seribu Sungai ini termasuk pulau yang masih menjunjung adat istiadat yang tinggi.
Daerah yang didiami Suku Dayak tersebut memiliki banyak larangan yang harus dipatuhi. Yang terkenal adalah larangan membakar ikan asin dan terasi saat berada di tengah hutan.
Tentu, banyak orang luar pulau itu menganggap hal tersebut hanyalah mitos belaka. Selayaknya pepatah \'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung\', ya di mana pun berada hendaknya menghormati adat istiadat yang berlaku.
Masyarakat Kalimantan percaya dan meyakini adanya akibat dari melanggar aturan itu. Terdapat kepercayaan yang sangat kental di masyarakat Pulau Kalimantan tentang larangan membakar terasi di malam hari, terlebih saat berada di hutan.
Terasi (Foto: Resep Koki)
Banyak yang meyakini, aroma khas dari terasi yang dibakar dapat mengundang para makhluk gaib yang berada di dalam hutan tersebut untuk datang, atau akan mendapat gangguan-gangguan di dalam hutan tersebut.
"Pantangan di Kalimantan itu jangan bakar terasi, ikan asin, terong, tempurung kelapa atau bawang merah. Sebab, Suku Paser (Dayak Paser) yang punya minyak, minyaknya akan mengamuk mencari orang yang membakar bahan-bahan itu," tulis Endah Ummu Rafi di laman Facebook-nya.
Seperti misalnya membakar ikan asin di tengah hutan. Larangan membakar ikan asin disebabkan ikan olahan pengawetan secara alami itu juga memiliki aroma yang menyengat sehingga diyakini dapat mengundang makhluk gaib yang mendiami hutan.
Ternyata banyak kisah orang yang mengalami gangguan gaib setelah melanggar larangan ini.
Salah satu kisah yang pernah viral adalah kisah seorang laki-laki yang bernama Ival yang pernah membagikan kisah mistis tersebut dalam akun TikToknya.
Kala itu, Ival tengah memasak ikan asin saat berkemah di hutan. Ia pun mencoba uji nyali dengan melanggar mitos tersebut bersama dengan teman-temannya dan merekam aksinya itu.
Tak disangka, dalam rekaman tersebut tampak sekelebat bayangan putih melintas di atasnya. Selain itu, rupanya saat tidur, banyak gangguan yang dirasakan di luar tenda mereka. Oleh karenanya, pendatang diimbau untuk tetap mematuhi larangan tersebut ketika menginjakkan kaki di Tanah Borneo.