Perbandingan Benteng Surabaya dan Atlantic Wall, Benteng yang Dibangun Adolf Hitler

Perbandingan Benteng Surabaya dan Atlantic Wall, Benteng yang Dibangun Adolf Hitler

Travel | BuddyKu | Senin, 3 Juli 2023 - 05:10
share

JAKARTA - Saat pentolan Jerman Nazi, Der Fhrer Adolf Hitler , memerintahkan pembangunan Atlantic Wall atau tembok/benteng Atlantik bertujuan untuk melindungi daratan Eropa dari invasi sekutu. Ternyata bentuk benteng tersebut nyaris serupa dengan yang ada di Surabaya.

Kota Surabaya ternyata punya sejumlah rangkaian perbentengan sebagai tameng pertahanan di masa jayanya. Hal inilah dikupas seorang aktivis serta penggiat sejarah Roode Brug Soerabaia, Ady Erlianto Setiawan lewat buku Benteng-Benteng Surabaya.

Tulisan Ady Erlianto sempat diurai soal perbentengan Normandia yang dikuasai Jerman pada Perang Dunia II dan kini hanya tersisa reruntuhannya akibat pemboman sekutu. Kebetulan, ke situs Atlantic Wall ini pula sang penulis, melakukan salah satu perjalanan risetnya.

Penulis berusia 33 tahun itu, sedianya meluncurkan buku dari hasil riset selama lima tahun ini pada Sabtu, 14 November 2015 di Surabaya. Tapi beberapa waktu sebelumnya, Okezone sempat berbincang singkat soal buku setebal 139 halaman tersebut.

Dalam wawancara itu terungkap bahwa Benteng Surabaya ketika ditemukan tertutupi rimbunan tanaman liar itu jadi obyek perburuan, karena turut terlibat dalam rangkaian Pertempuran Surabaya melawan pasukan Inggris yang terjadi pada 10 November, di mana Inggris baru bisa menguasai Kota Surabaya 27 hari kemudian.

Dari situlah Ady punya keinginan mencari akta kelahiran benteng ini, hingga ke Nationaal Archieve di Den Haag, Belanda. Dari pencarian di negeri tulip bersama kawan wartawati lepas, Marjolein van Pagee itulah, Ady menemukan fakta bahwa Benteng Kedungcowek punya banyak keluarga.

Dari berbagai blue print atau cetak biru yang didapatnya dari arsip di Belanda, Ady mengetahui bahwa Benteng Kedungcowek, ternyata merupakan satu dari 11 perbentengan yang pernah dibuat di zaman Gubernur Jenderal H.W. Daendels pada tahun 1800-an.

Riset soal perbentengan ini pun berlanjut hingga mendatangi benteng-benteng di Cilacap, Gresik, hingga ke Singapura yang disebutnya sebagai benteng terapung dan Normandia yang punya ciri-ciri fisik bangunan benteng yang nyaris identik.

Seperti Benteng Labrador dan Siloso di Singapura dan deretan benteng Normandia di Prancis Utara. Beberapa bentuk bangunan, seperti bunker, pillbox, loop hole hingga tatakan meriamnya sangat mirip dengan yang dimiliki Benteng Kedungcowek.

Buku ini risetnya membutuhkan waktu lima tahun sejak 2010 lalu. Saya kira adanya kemiripan benteng-benteng itu (Kedungcowek, Singapura dan Normandia) karena memang kesamaan civil engineering saat itu, ungkap Ady kepada Okezone.

Gempa Magnitudo 3,8 Terjadi di Sumur Banten

Dalam bagian akhir buku yang baru beredar terbatas di Tugu Pahlawan dan Museum House of Sampoerna Surabaya ini, Ady punya harapan tersendiri dengan terungkapnya tabir misteri perbentengan Surabaya ini.

Jebolan Teknik Sipil dari Institut Teknologi 10 November tersebut, berharap adanya kepedulian dari pemerintah setempat, mengingat Surabaya yang dijuluki Kota Pahlawan, tapi wisata sejarah dan kepahlawanannya masih minim.

Samuel Teguh: Anang Iskandar Terjun ke Masyarakat untuk Menangkan Perindo di Pemilu 2024

Seperti kondisi Benteng Kedungcowek yang punya cerita tersendiri saat terjadi pertempuran sengit, di mana pasukan Inggris menyebut Pertempuran Surabaya sebagai Surabaya Inferno itu, sungguh memprihatinkan.

Situs sejarah yang pernah jadi bagian penting Kota Surabaya itu hanya akan hancur dimakan usia tanpa adanya pelestarian, layaknya benteng-benteng di Singapura dan Normandia yang kini, sudah dijadikan situs wisata sejarah oleh pemerintah Singapura dan Prancis.