Kisah Penemuan Candi Borobudur, Mahakarya Nenek Moyang yang Sempat Terpendam Ratusan Tahun (1)
MAGELANG, iNewskaranganyar.id - Candi Borobudur salah satu peninggalan nenek moyang yang selamat dari amukan Gunung Merapi. Candi ini masuk kedalam tujuh keajaiban dunia. Kemegahan Candi Borobudur mampu membuka mata dunia bila bangsa Indonesia sudah maju dalam bidang teknologi sejak dahulu.
Candi budha terbesar di dunia ini terletak di Jalan Badrawati, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan berbagai literatur yang berhasil dihimpun iNewskaranganyar.id, pada zaman Megalithicum nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan bersusun.
Salah satu peninggalan nenek moyang yang masih bisa dinikmati sampai saat ini tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari belahan dunia lain yaitu Borobudur. Borobudur sendiri merupakan candi budha terbesar di dunia dan hanya ada di bumi nusantara.
Sama seperti di candi Borobudur, dilihat dari jauh bentuknya bangunan bersusun seperti piramida dan sebuah stupa berupa kepunden berundak.Dan itulah salah satu kelebihan candi Borobudur yang tidak akan ditemukan di daerah atau negara manapun di dunia.
Dan hal itu membuktikan bahwa peradaban bangsa Indonesia sudah lebih maju di bandingkan bangsa yang lainnya. Penemuan candi Buddha terbesar di dunia dengan ketinggian tinggi 34,5 meter dan luas bangunan 123 x 123 meter dan berada di atas sebuah bukit ini.
Berdasaarkan catatan sejarah Borobudur dibangun masa Dinasti Sailendra antara tahun 750 dan 842 Masehi pada abad ke 8 dan 9. Candi Borobudur oleh UNESCO dan diakui sebagai salah satu warisan dunia dan masuk dalam salah satu keajaiban dunia ini sempat menghilang lama karena tertutup lahar akibat letusan gunung Merapi yang sangat dahsyat.
Kemudian tertutup hingga jangka waktu lama dan sudah berubah menjadi bukit dengan ditumbuhi hutan belukar.Borobudur ditemukan kembali pada masa penjajahan Inggris pada tahun 1811 hingga 1816. Saat itu Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai gubernur Jenderal. Raffles tertarik dangan budaya Jawa dan menuliskan buku The History of Java.
Saat berada di Semarang, sekitar tahun 1814, Gubernur Jenderal mendengar ada bangunan besar kuno yang barada di dalam hutan belantara di dekat desa Bumisegoro. Kemudian Raffles memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda meneliti bangunan besar tersebut.
Misi H.C. Cornelius berhasil menemukan lapisan tanah yang menjadi dasar halaman candi yang terkubur. Penggalian dilanjutkan oleh Hartmann dari Keresidenan Kedu, sehingga tahun 1835 seluruh bangunan berhasil di gali dan mulai terlihat bentuknya.
Nama Borobudur sendiri seperti yang ada dalam buku The History of Java, Borebudur berarti Candi Budur di dekat desa Bore. Penamaan candi sendiri biasanya sesuai dengan lokasi dimana candi itu ditemukan. Seiringnya waktu namanya kemudian berubah menjadi Borobudur untuk mempermudah pengucapan bagi masyarakat Jawa.
Sejak ditemukan kembali tahun 1814 candi Borobudur sudah mengalami 2 kali pemugaran, yaitu Tahun 1907-1911 kemudian tahun 1973-1983.
Tahun 1991 Candi Borobudur kemudian menjadi Warisan Dunia Unesco dengan nama resmi kompleks Candi Borobudur. Namun pada Senin 21 Januari 1985, Borobudur sempat di ledakkan dengan menggunakan bom dan merusak sembilan stupa candi.( Bersambung ) ***