Pengertian Legenda, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya
JAKARTA, celebrities.id - Pengertian legenda biasanya dikaitkan dengan dengan seorang tokoh manusia yang hebat atau cerita mengenai asal-usul berdirinya tempat atau suatu daerah.
Legenda termasuk cerita rakyat zaman dahulu yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Ada banyak contoh legenda Indonesia yang cukup populer di kalangan masyarakat. Cerita legenda biasanya disebarkan dari mulut ke mulut.
Dilansir dari berbagai sumber pada Jumat (10/3/2023), celebrities.id telah merangkum pengertian legenda beserta ciri-ciri dan contohnya sebagai berikut.
Pengertian Legenda
Legenda merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi. Legenda didefinisikan juga sebagai cerita rakyat yang dianggap benar terjadi dan sering dikaitkan dengan tokoh sejarah yang memiliki kesaktian, keajaiban sering kali dihubungkan dengan makhluk ajaib.
Ciri-Ciri Legenda
Berikut ciri-ciri legenda yang membedakan dengan teks lainnya, dikutip dari buku Pengantar Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar karya Zainal.
a. Cerita legenda dianggap oleh yang punya sebagai suatu cerita yang diambil dari kejadian yang pernah terjadi.
b. Bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam legenda adalah manusia.
c. Sejarah kolektif, artinya legenda adalah sejarah yang banyak mengalami distorsi karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
d. Bersifat migration yaitu dapat berpindah-pindah sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda.
e. Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu.
Jenis- Jenis Legenda
Legenda dibagi menjadi empat jenis, yaitu legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan dan legenda setempat.
a. Legenda Keagamaan
Legenda Keagamaan merupakan legenda yang ceritanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Legenda ini biasanya menceritakan tentang orang-orang tertentu. Salah satu contoh legenda keagamaan yang terkenal di Jawa yaitu kisah Walisongo.
b. Legenda Alam Gaib
Legenda alam gaib biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini untuk meneguhkan kebenaran takhayul atau kepercayaan rakyat. Jadi dapat dapat disimpulkan legenda gaib merupakan cerita pengalaman seseorang dengan makhluk gaib, hantu, siluman dan hal gaib lainnya.
c. Legenda Perorangan
Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap benar-benar terjadi. Contohnya seperti kisah Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Jaka Tingkir dari Jawa Tengah.
d. Legenda Lokal atau Setempat
Legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama tempat terjadinya gunung, bukit, danau dan sebagainya. Contohnya seperti legenda Danau Toba, Sangkuriang, Roro Jonggrang.
Contoh Legenda
Legenda Putri Serindang Bulan
Putri Serindang Bulan terkenal sebagai gadis yang cantik. Selain cantik, dia juga baik hati, bijaksana dan tidak pernah menyimpan dendam. Putri Serindang Bulan adalah anak ketujuh dari Raja Mawang. Semenjak Raja Mawang meninggal, kerajaan dipimpin oleh salah seorang anaknya, Ki Karang nio. Seluruh rakyat memanggil Ki Karang Nio dengan sebutan Sultan Abdullah.
Kecantikan Putri Serindang Bulan sudah tersebar hingga ke negeri tetangga. Banyak pangeran yang jatuh hati pada putri itu dan ingin sekali meminangnya. Anehnya, setiap ada pangeran yang datang melamar, Putri Serindang Bulan langsung terserang penyakit kusta. Penyakit itu akan hilang dengan sendirinya ketika pertunangan dibatalkan.
Peristiwa sakitnya putri itu sudah sembilan kali terjadi. Kakak-kakak sang putri pun merasa malu. Karena itulah mereka lalu berniat membuang Putri Serindang Bulan. Ki Karang Nio mendapat tugas untuk membuang adik bungsunya, meskipun ia sangat menyayangi adiknya itu.
Dalam perjalanan ke Sungai Air Ketahun, Ki Karang Nio mencari akal agar adiknya bisa selamat.
"Adikku, aku tidak ingin membuatmu celaka. Mari kubuatkan perahu agar kau bisa menyusuri sungai ini. Nanti pilihlah tempat yang nyaman untuk menetap" Kata Ki Karang Nio.
Putri Serindang Bulan Mengangguk. Dia terharu melihat sikap kakaknya yang baik hati. Dengan sabar, dia menunggu Ki Karang Nio selesai membuat perahu. Setelah perahu itu selesai, Putri Serindang Bulan naik dan mengucapkan salam perpisahan dengan air mata berlinang.
Selama berhari-hari, perahu Putri Serindang Bulan terbawa arus air. Akhirnya ia terdampar di Pulau Pegat. Saat itu raja dari Negeri Setio Barat, Raja Indrapura sedang berburu. Ia menemukan Putri Serindang Bulan dan terpesona dengan kecantikan putri. Putri Serindang Bulan Lalu menceritakan kejadian yang menimpa dirinya. Raja Indra Pun mengajak Putri Serindang Bulan ke istana. Lalu mereka menikah.
Kakak-kaka Putri Serindang Bulan mendengar kabar pernikahan itu. Ki Get, kakak tertua marah karena Ki Karang Nio telah membohonginya. Tetapi, Ki Gete juga takut kalau Raja Indra Pun murka. Akhirnya, kakak-kakak Putri Serindang Bulan ikut menghadiri pesta pernikahan yang bahagia itu.
Sesampainya di Negeri Setio Barat, Putri Serindang Bulan menyambut bahagia kedatangan kakak-kakaknya. Putri yang baik hati itu sama sekali tidak menyimpan dendam. Begitu pula dengan Raja Indrapura. Bahkan Raja Indrapura memberi mereka hadiah emas untuk dibawa pulang.
Dalam perjalanan pulang, kapal yang ditumpangi kakak-kak Putri Serindang Bulan terkena badai besar. Kapal itu pun karam. Kakak-kaka Putri Serindang Bulan terdampar di Pulau Ipuh. Perhiasan hadian dari Raja Indrapura tenggelam bersama kapal ke dasar laut. Yang tersisa hanya perhiasan milik Ki Karang Nio.
Melihat perhiasan-perhiasan itu, kakak-kaka yang lain berencana untuk merebutnya. Ki Karang Nio yang mengetahui niat buruk itu langsung membagi-bagikan semua perhiasannya ke semua kakaknya. Mereka semua jadi tersentuh dengan hati Ki Karang Nio.
"Oh Karang Nio, kami malu pada sikap kami. Kamu begitu baik dan bijaksana. Kalau begitu, biarlah kami tinggal di pulau ini. Dan jadilah kau raja yang baik" kata Ki Gete.
Akhirnya Ki Karang Nio pun berpamitan. Sebelum melanjutkan perjalanan, salah seorang kakak Ki Karang Nio berkata "huo ite sa\'okk, kami gigai belek" yang artinya "saat ini kita berpisah dan kita tidak akan berjumpa lagi". Mulai saat itu, tempat para saudara Ki Karang Nio tinggal disebut Teluk Sarak. Kata itu diambil dari kata "sa\'okk" yang artinya berpisah.



