Liburan ke Yogyakarta, Wisatawan Wajib Tahu Legenda Beringin Kembar Alun-Alun Kidul
JAKARTA, iNews.id - Pesona keindahan alam yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selalu menarik untuk dijelajahi. Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata yang membuat wisatawan sulit untuk move on.
Bagi Anda yang pernah ke Yogyakarta, tentunya sudah tak asing lagi dengan atraksi wisata berupa beringin kembar yang tumbuh di Alun-Alun, tak jauh dari Keraton. Tepatnya di Jalan Alun-Alun Kidul, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.
Bukan sekadar pohon biasa, beringin ini merupakan bagian dari aset Alun-Alun Kidul yang masih dipertahankan hingga kini oleh Keraton Yogyakarta. Bahkan ada berbagai mitos yang melekat dan melegenda sejak zaman dahulu dari pohon-pohon bersejarah ini.
Penasaran, ingin tahu apa saja mitos dari Beringin Kembar di Alun-Alun Kidul Yogyakarta ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Kamis (29/12/2022).
1. Keinginan terwujud
Cerita satu ini merupakan mitos paling populer yang telah diketahui banyak orang. Bahkan, bagi orang yang tinggal di luar Yogyakarta sekalipun. Mitos tentang siapa saja yang dapat melewati kedua beringin kembar dengan mata tertutup, konon keinginan dan hajatnya akan terkabul atau terwujudkan. Hal inilah yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang dan mencoba tradisi saat ini, yang disebut dengan istilah Masangin.
2. Gerbang ke Laut Selatan
Mitos kedua, pohon beringin kembar ini adalah pintu gerbang laut Selatan. Alun-Alun Kidul disebut memiliki hubungan dengan laut Selatan atau segoro kidul. Kepercayaan mitos ini telah berkembang pada zaman Hamengkubuwono VI. Dalam kepercayaan masyarakat, Keraton Yogyakarta memiliki hubungan spesial dengan Nyi Roro Kidul. Masyarakat yakin orang-orang yang berbuat jahat ke Keraton akan hilang kesaktiannya setelah melewati kedua beringin kembar tersebut.
3. Pusaka Keraton
Di lingkungan Keraton dikenal beberapa jenis pusaka, di antaranya seperti tombak, keris, regalia, ampilan, panji-panji, kereta, gamelan dan salah satunya adalah pohon beringin kembar. Sebagai pusaka keraton, keduanya turut menjalani upacara Jamasan tiap bulan sura. Jamasan merupakan upacara di keraton untuk membersihkan dan merawat benda-benda pusaka. Kedua beringin yang bernama Kiai Janadaru dan Kiai Dewadaru, dijamas dengan cara dipangkas sehingga tajuknya berbentuk cembung menyerupai bentuk payung. Bentuk tersebut memiliki makna yang melambangkan pengayoman yang diberikan keraton pada rakyat Yogyakarta
4. Tempat latihan prajurit keraton
Pada zaman dahulu, Alun-Alun Selatan digunakan untuk berbagai keperluan yang menyangkut kepentingan Keraton Yogyakarta. Pertama, digunakan untuk berlatih (gladhen) bagi para prajurit keraton menjelang upacara adat tradisi budaya Garebeg, yang setiap tahun diadakan tiga kali, yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Syawal, dan Garebeg Besar.
Selain itu, Alun-Alun Selatan digunakan untuk tempat menghadap bagi abdi dalem Wadana Prajurit dalam tradisi di bulan Puasa, yaitu pada malam 23, 25, 27, dan 29 bulan Puasa. Selain itu, pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, setiap Senin dan Kamis siang, di Alun-Alun Selatan diadakan pertandingan panahan, adu harimau melawan kerbau, serta hiburan berupa prajurit rampogan menangkap harimau.