Kisah Salakanagara, Kerajaan Tertua yang Disebut Cikal Bakal Sunda

Kisah Salakanagara, Kerajaan Tertua yang Disebut Cikal Bakal Sunda

Travel | BuddyKu | Rabu, 28 Desember 2022 - 19:09
share

BANDUNG, iNews.id - Pada masa lampau ada banyak berdiri kerajaan-kerajaan di Nusantara atau Indonesia. Satu di antaranya Kerajaan Salakanagara yang kali ini dibahas iNews dalam spesial isu.

Konon, Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua di Nusantara. Bahkan lebih dahulu ada sebelum Kerajaan Kutai dari Tarumanagara.

Kerajaan Salakanagara juga disebut sebagai cikal bakal dari Kerajaan Sunda yang kisahnya ditemukan dalam naskah kuno Wangsakerta.

Kerajaan Salakanagara meliputi daerah Jawa Barat bagian barat, termasuk semua pulau yang terletak di sebelah barat Jawa dan laut, membentang antara Jawa dan Sumatera. Letak strategisnya itu menyebabkan Salakanagara berperan sebagai \'gapura lautan\' sehingga perahu yang simpang-siur dari barat ke timur dan sebaliknya, terpaksa harus singgah di situ dan memberikan upeti atau persembahan kepada Raja Kerajaan Salakanagara.

Kisah Kerajaan Salakanagara ini diulasbuku berjudul \'Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-Naskah \'Panitia Wangsakerta\' Cirebon terbitan Dunia Pustaka tahun 2005 yang ditulis Ayatrohaedi.

Keberadaan Kerajaan Salakanagara terungkap dari naskah tua Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara Kitab Kerajaan-Kerajaan di Nusantara.

Kumpulan naskah itu terbagi dalam lima parwa atau bagian. Setiap parwa terdiri atas lima sarga atau bab. Naskah sejarah tersebut disusun di Cirebon oleh panitia yang diketuai Pangeran Wangsakerta, yaitu Abdulkadir Muhammad Nasaruddin sebagai Panembahan Carbon antara tahun 1677 dan 1698 Masehi.

Dikutip dari buku Ayatrohaedi berdasarkan naskah tua, ada beberapa kerajaan berdiri sebelum Kerajaan Tarumanagara, yaitu Salakanagara dan Jayasinghapura.

Kemudian ada juga nama Kerajaan Agrabinta dan Hujungkulwan. Nama Agrabinta kemungkinan masih tertinggal pada nama yang sama yaitu Agrabinta di daerah Cianjur Selatan. Sementara Jayasinghapura, besar kemungkinan sekarang menjadi Jasinga, sebelah barat Bogor.

Menurut naskah kunoi tersebut, Kerajaan Salakanagara dipimpin raja bernama Dewawarman yang berasal dari India. Dewawarman mula-mula duta negara India di Pulau Jawa, kemudian menjadi menantu kepala daerah setempat yang bernama Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya.

Leluhur Aki Tirem berasal dari \'seberang\' yaitu Suwarnabhumi (Sumatera), sedangkan nenek-moyangnya dari India.

Nama-nama yang disebutkan sebagai ayah, kakek, buyut, piut dan selanjutnya dari Aki Tirem yakni Ki Srengga, Nay Sariti Warawiri, Sang Aki Bajulpakel, Aki Bungkul (pindah dari Suwarnabhumi Selatan ke Jawa Barat sebelah selatan), Ki Pawang Sawer, Datuk Pawang Marga, Ki Bagang (tinggal di Suwarnabhumi Utara), Datuk Waling (di Hujung Medini), Datuk Banda (di Pakanadi), dan Nesan (di Langkasuka, berasal dari Yawana Barat, India). Nama-nama pawang dan datuk ini memberikan petunjuk akan kemelayuan pemilik nama tersebut.

Raja Dewawarman menantu Aki Tirem dikenal sebagai Dewawarman I, kemudian Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Istrinya Pwahaci Larasati.

Nama Raksagapurasagara seperti nama gunung yang terdapat di Pulau Panaitan, tempat ditemukan sejumlah arca Siwa dan Ganesa, bernama Raksa.

Raja Dewawarman I memerintah selama 38 tahun. Pernikahannya dengan Pwahaci Larasati atau Dewi Dhwanirahayu melahirkan beberapa anak. Salah satunya pewaris kerajaan dengan gelar Sang Prabhu Digwijayakasa Dewawarman atau Dewawarman II yang memerintah tahun 168-95.

Setelah itu berturut-turut yang menjadi raja Singhasagara Bhimasatyawirya (Dewawarman III) memerintah tahun 195-238. Kemudian Sang Prabhu Dharmasatyanagara (Dewawarman IV), menantu Dewawarman III (238-52).

Lalu Sang Prabhu Amatya Sarwajala Dharmasatya Jayawarunadewa (Dewawarman V), menantu Dewawarman IV (252-89). Selanjutnya Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabhumi (Dewawarman VI), anak Dewawarman V (289-308).

Kemudian Sang Prabhu Bhimadigwijaya Satyaganapati (Dewawarman VII), anak Dewawarman VI (308-40) dan Sang Prabhu Dharmawirya Sakalabhuwana (Dewawarman VIII), menantu Dewawarman VII (340-63).

Dewawarman VII itulah yang mengganti nama kerajaan menjadi Tarumanagara. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Jayasinghapura yang sudah berkembang menjadi kota besar.

Setelah Kerajaan arumanagara, nama-nama raja yang terdapat dalam prasasti-prasasti pun tercantum. Rajadhirajaguru atau Jayasingawarman Gurudharmapurusa misalnya, disebutkan menjadi raja dan pemimpin agama.

Menantu Dewawarman VIII memerintah tahun 358-82 dikenal juga sebagai Sang Lumah ri Gomati Yang meninggal di Gomati.

Kemudian Rajaresi Dharmayawarman-guru atau Sang Lumah ri Candrabhaga Yang meninggal di Candrabhaga disusul Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswaradigwijaya Bhimaparakrama Suryamahapurusa Jagatpati atau Sang Purambara Saktipurusa (395-434).

Ketiga nama terakhir yakni Rajadhirajaguru, Rajarsi dan Purnawarman terdapat pada prasasti tugu yang dibuat atas perintah Purnawarman. Itulah kisah Kerajaan Salakanagara yang menjadi pembahasanisu spesial iNews.