Keraton Sumenep, Bukti Sejarah Kerajaan di Pulau Madura yang Masih Kokoh hingga Kini
JAKARTA, iNews.id - Keraton Sumenep merupakan salah satu kompleks kerajaan yang masih berdiri di Jawa Timur (Jatim), khususnya Pulau Madura. Bangunan peninggalan keraton yang kini menjadi tujuan wisata itu terletak di Lingkungan Delama, Pejagalan, Sumenep.
Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (28/12/2022), pada bangunan tersebut terdapat pendopo keraton. Bangunan itu digunakan sebagai tempat pertemuan, penyambutan tamu, hingga pentas seni dan kegiatan formal lain di Kabupaten Sumenep.
Selain itu, pada bangunan keraton juga tersimpan berbagai macam benda peninggal sejarah Sumenep. Beberapa di antaranya Al-Qur\'an hasil tulis tangan Sultan Abdurrahman salah satu raja Sumenep, cermin raksasa, kereta kencana, hingga pusaka seperti keris dan pedang.
Tak hanya itu, terdapat pula tempat pemandian para putri maupun permaisuri sultan di kompleks keraton yang bernama Taman Sare. Konon, diyakini orang yang membasuh muka menggunakan air pemandian tersebut akan mendapatkan keutamaan seperti terbukanya aura wajah.
Sejarah Keraton Sumenep
Dinukil dari situs Pemkab Sumenep, wilayah tersebut dikendalikan oleh tiga dinasti. Dinasti itu di antaranya Aria Wiraraja, keluarga keturunan Kanduruhan dan Raden Adipati Pramono, serta Bindara Saut.
Semasa zaman Aria Wiraraja, lokasi Keraton Sumenep disebut berpindah-pindah. Saat Jokotole atau Pangeran Secodiningrat III berkuasa, pusat pemerintahan berpindah ke Desa Lapataman.
Baru setelah kekuasaan berpindah ke Tumenggung Kanduruhan, pusat pemerintahan di Kecamatan Kota Sumenep hingga saat ini. Adapun dua lokasi yang menjadi area keraton yakni Kampung Karangsabu dan Kampung Atas Taman.
Akan tetapi, saat ini hanya tersisa kompleks bangunan yang berpintukan Labang Mesem dan tetap berdiri kokoh hingga kini.
Adapun secara fisik keraton di Sumenep berbeda dengan bangunan keraton di Solo maupun Yogyakarta. Secara luas, Keraton Sumenep kalah dengan bangunan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kesunanan Surakarta Hadiningrat.
Pasalnya pada hakikatnya keraton di Sumenep hanya rumah tinggal raja dan anggota keluarganya. Secara strtata, Sumenep menjadi bawahan Mataram dengan penguasa yang bergelar adipati.
Hanya saja rakyat tetap menyebut adipati tersebut sebagai rato atau raja. Terlebih campur tangan Belanda saat itu yang menyetarakan Keraton Sumenep dengan Solo dan Yogyakarta demi kepentingan politik.