Keren! Film Avatar 2 Ternyata Terinspirasi dari Suku Bajo Asal Indonesia

Keren! Film Avatar 2 Ternyata Terinspirasi dari Suku Bajo Asal Indonesia

Travel | BuddyKu | Rabu, 21 Desember 2022 - 13:41
share

JAKARTA Sekuel Avatar telah tayang di bioskop Indonesia sejak 14 Desember 2022. Rilis lebih dari satu dekade sejak film pertamanya, Avatar: The Way of Water mengisahkan tentang keluarga Sully (Jake, Neytiri, dan anak-anak mereka), serta masalah yang dihadapi keluarga tersebut ketika harus melawan keserakahan orang-orang langit (manusia).

Untuk melindungi rakyat dan keluarganya, Jake pergi mengasingkan diri bersama istri dan anak-anaknya dari hutan serta beraliansi dengan klan Metkayina yang tak lain adalah bangsa atau klan yang hidup berdampingan dengan lautan. Di mana huniannya dibuat pada sela-sela akar pohon seperti bakau raksasa.

Di film Avatar 2 itu penonton disuguhi petualangan Jake bersama keluarganya, dan klan Metkayina melawan orang-orang langit tersebut.

Bagi Anda yang belum menonton film Avatar 2, tak perlu khawatir karena pembahasan berikut akan jauh dari spoiler, melainkan fakta menarik seputar Avatar: The Way of Water yang ternyata terinspirasi oleh suku Bajo asal Indonesia.

James Cameron , sutradara Avatar: The Way of Water, dikutip dari kanal YouTube National Geographic (21/12/2022), mengungkapkan bahwa dirinya pernah bercita-cita menjadi seorang penyelam agar bisa menikmati seluruh keindahan bawah laut yang ada di dunia. Adanya sekuel film ini merupakan kesempatan untuk mewujudkan mimpi tersebut dengan mengolaborasikan kecintaan Cameron pada laut.

Cameron juga mengungkapkan bahwa Avatar ke-2 terinspirasi dari sebuah suku di Indonesia yang lahir dan tinggal di laut serta cara hidup yang unik.

Ada orang laut di Indonesia, yang tinggal di rumah panggung dan tinggal di rakit dan sebagainya. Kami melihat hal-hal seperti itu dan kami melihat beberapa desa yang berbeda pada jalur air yang ada menggunakan arsitektur dari pohon-pohon lokal, ujarnya.

James Cameron mengungkap pula bagaimana menggambarkan suku Bajo dalam sekuel Avatar.

Semua budaya Na\'vi tidak ingin menebang pohon, melihatnya menjadi barang-barang bangunan material kayu. Mereka ingin berintegrasi dengan cara yang sangat alami dan anggun serta bersimbiosis ke dalam lingkungan mereka. Jadi kami harus membuat arsitektur mereka. Mereka memiliki budaya simbiosis dengan spesies yang cerdas. Kita mungkin akan melirik dan berkata oh itu paus tapi tentu saja itu bukan paus, itu versi pandora, bebernya.

Sekilas tentang Suku Bajo

Suku Bajo memiliki ketangguhan dalam mengarungi lautan sebagai bagian dari sejarah dan jatidiri masyarakat. Meskipun saat ini sebagian masyarakat suku Bajo tinggal di darat, tetapi ketergantungan suku ini terhadap laut belum hilang.

Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung karena kehebatan mereka menjelajahi lautan. Di mana banyak suku Bajo yang dapat menyelam hingga kedalaman 70 meter di bawah permukaan laut hanya dengan satu tarikan napas.

Kehebatan suku Bajo ini menarik perhatian para ilmuwan dunia untuk melakukan penelitian. Salah satunya sekelompok peneliti dari University of Copenhagen dan University of California di Berkeley. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa limpa orang-orang suku Bajo lebih besar 50% dibandingkan rata-rata manusia. Sehingga produksi oksigen dalam darah orang Bajo akan lebih banyak, karena besarnya ukuran limpa tersebut.

Suku Bajo yang berkelana di laut hanya bermodalkan perahu kuno tanpa alat penunjuk arah apa pun dan mengandalkan posisi bintang.

Pada zaman dulu orang-orang suku Bajo terbiasa hidup di atas perahu dan secara nomaden. Namun kini ada juga masyarakat Bajo yang hidup dengan membangun rumah di atas laut dangkal sebagai tempat tinggal.

Keahlian menjelajah laut orang-orang suku Bajo didapatkan secara turun-temurun. Sejak kecil anak-anak suku Bajo sudah diajarkan cara memancing dan menyelam oleh orang tua mereka.

Para nelayan atau penyelam suku Bajo juga menggunakan cara-cara tradisional untuk berburu, seperti sebuah panah tradisional atau tombak tembak.

(tsa)

Topik Menarik