Mitos Tradisi Bau Nyale, Konon Putri Mandalika Sengaja Korbankan Diri Jadi Cacing Laut
Bau Nyale merupakan tradisi berburu cacing laut khas masyarakat Sasak, Lombok. Tradisi ini secara resmi telah menjadi agenda tahunan Pemkab Lombok Tengah sejak tahun 1986.
Dalam prosesinya, terdapat mitos bahwa untuk memancing si Nyale (cacing wawo) masyarakat harus melakukan sumpah serapah atau berbicara kotor ke arah laut.
Hal ini dilakukan untuk memanggil Nyle yang diyakini sebagai jelmaan Putri Mandalika. Sosok ini menjadi tokoh sentral dalam tradisi Bau Nyale.
Mitos Tradisi Bau Nyale
Selain mitos tersebut, masih ada beberapa kepercayaan yang diyakini masyarakat Sasak terkait tradisi ini. Berikut di antaranya:
1. Putri Mandalika Cantik Luar Dalam
Meski dipanggil dengan kata-kata koror dan sumpah serapah, Nyale dikisahkan sebagai sosok putri yang cantik luar dan dalam.
Kecantikan paras, tubuh yang proporsional, serta akhlak dan perilaku yang baik membuat banyak pangeran ingin mempersuntingnya. Sayang ini menjadi penyebab Nyale harus berkorban.
2. Rela Mengorbankan Diri
Berdasarkan legenda, Putri Mandalika memang sengaja mengorbankan dirinya. Ia memilih menceburkan diri ke laut, untuk menghindari perpecahan antar kerajaan.
Pasalnya saat itu ayahnya, Raja Sed menggelar sayembara bagi para pangeran yang ingin mendapatkan sang putri.
Namun karena tak ingin ada pertumpahan darah hanya untuk memperebutkan dirinya, Putri Mandalika akhirnya memilih meleburkan dirinya ke lautan.
3. Berubah Jadi Cacing
Menurut legenda Putri Mandalika memilih mengorbankan dirinya dengan menceburkan diri ke laut Seger, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Sandiaga Uno Apresiasi Event Baparekraf Developer Day 2024, Perkuat SDM di Bidang Ekonomi Digital
Ia kemudian meminta bagi masyarakat yang merindukannya bisa datang ke pantai Seger pada tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan Sasak. Tahun ini jatuh pada 14 Februari 2020 dalam kalender masehi.
Pada momen itu, masyarakat akan berburu cacing laut jenis Wawo yang diyakini jelmaan Putri Mandalika.
4. Filosofi Baik Sang Putri
Tradisi Bau Nyale sendiri memiliki filosofi dan pesan baik untuk masyarakat. Sebab, sosok Putri Mandalika benar-benar mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang banyak, dan bukan mengorbankan orang untuk kepentingan dirinya.
Putri Mandalika bak tumbuhan pohon. Akar pohon selalu membumi dan masuk ke dalam tanah untuk menunjang kehidupan. Memperkuat dahan dan ranting yang kemudian menumbuhkan bunga dan buah-buahan.
Pohon itu berbuat dengan terus mendalamkan akarnya ke tanah, dan tidak pernah memikirkan siapa yang menikmati bunga dan buahnya.
Ini menjadi makna mendalam agar lebih banyak masyarakat yang rela berkorban demi kepentingan orang banyak.
Adapun jika ditarik ke masa kini, legenda Mandalika juga menjadi daya tarik wisata dengan event Bau Nyale.