Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Lampung, Lengkap dengan Penjelasan dan Maknanya

Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Lampung, Lengkap dengan Penjelasan dan Maknanya

Travel | BuddyKu | Senin, 12 Desember 2022 - 16:56
share

BANDARLAMPUNG, iNews.id - Ritual dan prosesi pernikahan adat Lampung terbilang sakral. Bagi orang asli Lampung, pernikahan menjadi bagian kehidupan yang penting.

Upacara adat ini mempunyai tata cara tersendiri yang harus dilakukan dan dipatuhi. Acara pernikahan di Sai Bumi Ruwa Jurai ini bahkan menjadi urusan pribadi.

Pernikahan menjadi urusan keluarga besar hingga masyarakat terdekat.Untuk anak laki-laki paling tua, pernikahan ini dapat menentukan status keluarga.

Dilansir dari beberapa sumber, ada beberapa tahap ritual dan prosesi pernikahan adat Lampung:

A. Ritual dan prosesi pernikahan Adat Lampung sebelum hari H pernikahan:

a. Nindai

Ritual dan prosesi pernikahan adat Lampung awal pernikahan adat Lampung dengan Nindai atau Nyubuk. Di tahap ini, orang tua calon mempelai pria akan menilai perempuan yang dipilih putranya sebagai calon istri.

Dalam ritual ini, salah satu tradisinya melakukan tarian Cengget Pilangan. Tarian Cangget Pilangan, merupakan tarian yang dimainkan oleh pemuda pemudi ketika mereka melepas anggota keluarga yang segera menikah.

Kemudian, utusan keluarga calon mempelai pria nyubuk atau nindai calon mempelai wanita di balai adat.

b. Nunang

Selanjutnya Nunang. Prosesi ini sama dengan proses melamar. Dalam tahap ini, orang tua berperan penting. Mereka akan menentukan hari baik untuk prosesi lamaran.

Keluarga calon mempelai pria akan datang menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya untuk melamar. Kemudian saat melamar, rombongan pria membawa sederet barang seperti makanan, kue-kue, dodol.

Bawaan ini ddisesuaikan dengan jumlah kesepakatan dan kemampuan calon mempelai.
c. Nyirok

Ritual dan prosesi pernikahan Adat Lampung selanjutnya yakni Nyirok. Ritual in ini disebut juga mengikat.

Nyirok biasanya dilaksanakan di waktu yang sama dengan acara lamaran atau Nunang. Dalam prosesi ini, calon mempelai pria berkesempatan untuk memberi tanda pengikat dan hadiah kepada calon mempelai perempuan.

Hadiah itu berupa mas berlian, kain jung sarat. Selanjutnya, orang tua calon mempelai pria mengikat pinggang calon mempelai wanita dengan benang lutan tiga warna.

Benang berwarna merah, putih, hitam sepanjang 1 meter itu diharapkan kedua pasangan berjodoh dan terhindar dari halangan.

d. Menjeu

Usai Nyirok, proses selanjutnya yakni Menjeu atau berunding. Ini dilakukan setelah rangkaian prosesi lamaran.

Pihak keluarga pria akan mengirim utusan untuk berunding dengan pihak keluarga calon mempelai wanita guna membicarakan tentang uang jujur, mas kawin, adat apa yang akan digunakan, serta menentukan tempat acara akad nikah.

Ritual
Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Lampung (Ilustrasi/Istimewa)

e. Sesimburan atau Siraman.

Ritual dan prosesi pernikahan Adat Lampung selanjutnya disebut sesimburan atau siraman. Sesimburan disebut juga memandikan.

Prosesi ini dilakukan di sumur atau kali dengan arak-arakan. Calon mempelai perempuan dipayungi dengan payung gober, diiringi dengan musik tradisional atau tetabuhan dan talo lunik.

Uniknya, calon mempelai perempuan tidak sendirian menjalani prosesi ini. Dia bersama para gadis dan ibu-ibu mandi bersama dan saling simbur.

Proses ini bertujuan untuk menyucikan diri. Selain untuk menyucikan diri, prosesi sesimburan ini juga bertujuan untuk menolak bala sebelum akad nikah.

f. Betanges

Prosesi ini biasanya dilakukan calon mempelai perempuan Lampung. Prosesi Betanges atau mandi uap ini bertujuan agar tubuh lebih segar dan wangi, serta di hari pernikahan tidak terlalu banyak mengeluarkan keringat.

Uap yang dipakai bukan uap biasa. Uap ini berasal dari rebusan rempah-rempah wangi (pepun) yang diletakkan di bawah kursi yang diduduki calon mempelai wanita.

g. Berparas

Berparas menjadi ritual dan prosesi pernikahan Adat Lampung selanjutnya. Berparas ini artinya mendandani. Pada ritual ini, bulu-bulu halus dihilangkan.

Tak hanya itu, alis dibentuk guna memudahkan juru rias membentuk cintok pada dahi dan pelipis. Malam harinya dilanjutkan dengan memasang pacar ke kuku calon mempelai perempuan.


B. Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Lampung saat Hari H Menikah

Prosesi pernikahan atau akad nikah biasanya digelar di kediaman keluarga calon mempelai perempuan. Ada tiga acara pokok dalam dua malam, yaitu Maro Nanggep, Cangget Pilangan, dan Temu di Pecah Aji.

Setelah prosesi beres, proses yang paling penting dalam pernikahan Lampung yakni akad nikah.

Akad nikah pada tradisi Lampung lazimnya dilaksanakan di rumah calon mempelai pria, namun seiring dengan berkembangnya zaman, prosesi akad nikah banyak dilangsungkan di rumah calon mempelai perempuan.

Saat mengunjungi lokasi akad nikah, barisan rombongan calon mempelai pria paling depan adalah perwatin adat dan pembarep (juru bicara). Kemudian rombongan akan diterima oleh rombongan serta pembarep calon mempelai wanita.

Pakaian
Pakaian adat Lampung yang dikenakan Nikita Willy dan suaminya (Instagram)

Nantinya, rombongan dari kedua calon mempelai dihalangi rintangan kain sabage atau cindai yang dinamakan Appeng.

Setelah tercapai kesepakatan, maka juru bicara dari pihak calon mempelai pria menebas Appeng menggunakan alat terapang.

Selanjutnya, rombongan calon pengantin pria dipersilakan masuk dengan membawa seserahan berupa dodol, urai cambai, juadah balak, kue kering, dan uang adat.

Setelah seserahan diserahkan, calon mempelai pria dibawa ke tempat akad nikah dilaksanakan, dipersilakan duduk di kasur usut. Dan melaksanakan akad nikah.

3. Setelah Menikah

a. Ngurukken Majeu / Ngekuruk

Ritual dan prosesi pernikahan Adat Lampung setelah akad nikah selanjutnya yakni nurukken mejeu. Dalam prosesi ini, pengantin perempuan akan dibawa ke rumah pengantin pria dengan menaiki rato dan jepanon.

Mempelai pria duduk di depan mempelai wanita sambil keduanya memegang tombak. Mempelai pria memegang bagian ujung mata tombak yang digantungi kelapa tumbuh dan kendi berkepala dua.

Makna ritual ini adalah kelapa tumbuh memiliki makna umur panjang dan beranak pinak, sementara kendi bermakna dingin hati dan kesetiaan dunia akhirat.

Sedangkan pengantin perempuan memegang bagian belakang tombak yang digantungi labayan putih atau tukal yang disebut seluluyan. Lebayan atau benang setungkal berarti membangun rumah tangga yang harmonis.

b. Tabuhan Talo Balak

Proses terakhir yakni Tabuhan Talo Balak. Prosesi ini digelar di kediaman mempelai pria. Tabuhan talo balak irama girang-girang dan tembakan meriam akan menyambut kedatangan pengantin.

Dalam prosesi terakhir pernikahan adat Lampung ini, orang tua dan keluarga dekat mempelai pria ikut menyambut, dan seorang ibu yang diutus akan menaburkan beras kunyit yang bercampur uang logam.

Kemudian pengantin perempuan mencelupkan kedua kaki ke dalam pasu, wadah dari tanah liat beralas talam kuningan yang berisi air dan anak pisang batu, kembang titew, daun sosor bebek dan kembang tujuh rupa.

Isian ini melambangkan keselamatan, dingin hati, dan keberhasilan dalam rumah tangga.

Kemudian kedua mempelai naik ke rumah sembari dibimbing oleh mertua perempuan, didudukkan di atas kasur usut.

Kedua mempelai duduk bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita. Prosesi ini memiliki makna agar kelak mempelai wanita patuh pada sang suami.