Siapakah Sosok Bertopi pada Relief  Candi-Candi Peninggalan Majapahit?

Siapakah Sosok Bertopi pada Relief  Candi-Candi Peninggalan Majapahit?

Travel | BuddyKu | Kamis, 20 Oktober 2022 - 20:35
share

MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id- Di banyak relief peninggalan Majapahit, ditemukan sosok laki-laki bertopi yang khas. Kemunculan yang berulang menarik minat para pemerhati Majapahit untuk melakukan penelusuran.

Salah satunya adalah peneliti asal Jerman, Lydia Kieven. Ia adalah seorang arkeologi yang menaruh perhatian besar pada budaya Jawa, khususnya Majapahit dan Cerita Panji.

Dalam penelusuran Lydia Kieven yang tertuang dalam bukunya, Menelusuri Figur Bertopi Dalam Relief Candi Zaman Majapahit, ada sejumlah temuan menarik dan penting. Sosok bertopi yang muncul dalam banyak relief ini ternyata memiliki hubungan dengan teks cerita Panji.

Teks cerita Panji sendiri merupakan teks sastra lisan asli Indonesia yang berkembang di masa Majapahit. Meski demikian, para peneliti memperkirakan asal teks ini adalah mass sekitar abad 12 atau sebelumnya.

Banyak tafsir disampaikan terkait asal usul Cerita Panji. Salah satu yang menarik adalah tafsir mengenai siapa sosok bertopi yang muncul di banyak relief ini.

Lydia mencatat dalam bukunya, setidaknya ada 20 candi di Jawa Timur yang memiliki sosok figur bertopi dalam pahatannya. Saat ia mengaitkan sang tokoh dengan kisah keseluruhan yang diceritakan dalam relief itu, Lydia mengidentifikasi figur bertopi itu adalah sang tokoh utama, Raden Panji Asmorobangun.

Uniknya, sosok Raden Panji yang notabene adalah seorang pangeran dari Kerajaan Janggala, tidak selalu muncul dalam wujud pangeran. Maksudnya, ada kalanya sang tokoh utama ini digambarkan sebagai rakyat biasa.

Hal itu bergantung pada cerita yang dibawakan dalam relief. Lydia mengidentifikasi tokoh utama cerita Panji ini memiliki beberapa kategori.

Hal itu ia temukan saat memadukan perwujudan figur bertopi dengan hiasan busana, bentuk tubuh, hingga bahasa tubuh tokoh. Tidak semua kemunculan menunjukkan gambaran detail yang sama.

Menurut Lydia, hal itu menunjukkan status sosial yang tengah disandang oleh si tokoh dalam cerita. Kadang kala tokoh menyandang hiasan mewah, kadang kala justru rakyat jelata dengan celana pendek atau kain yang disingsingkan.

Topik Menarik