Mengulik Sejarah Pura Mangkunegaran, Lokasi Resepsi Pernikahan Kaesang-Erina

Mengulik Sejarah Pura Mangkunegaran, Lokasi Resepsi Pernikahan Kaesang-Erina

Travel | BuddyKu | Rabu, 7 Desember 2022 - 17:28
share

PURA Mangkunegaran di Kota Solo, Jawa Tengah akan jadi lokasi resepsi pernikahan anak bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono, pada Minggu 11 Desember 2022. Istana resmi Kadipaten Mangkunegaran ini memang tempat yang bersejarah.

Istana tempat tinggal para Adipati Mangkunegaran ini dibangun pada tahun 1757 setelah adanya Perjanjian Salatiga, yang ditandatangani oleh kelompok Raden Mas Said, Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkuwana I, Sunan Pakubuwana III, dan VOC Belanda.

Raden Mas Said kemudian diangkat menjadi Pangeran Adipati dengan gelar Mangkunegara I.

Pembangunan Pura Mangkunegaran mengikuti model keraton dan memiliki bagian-bagian yang sama persis, seperti pamedn, pendapa, dalem, pringgitan, dan keputren. Sekeliling istana juga dibangun tembok, kecuali bagi pamedn yang diberi pagar besi.

Ilustrasi

Pura Mangkunegaran

Saat melewati bagian depan gerbang utama, akan tampak pamedan, yaitu lapangan tempat para prajurit pasukan Mangkunegara berlatih. Di sebelah timur pamedan, terdapat markas pasukan infanteri dan kavaleri eks-legiun Mangkunegaran yang memiliki semacam bangunan benteng.

Ada juga Pendopo Ageng yang terletak di halam dalam Pura. Bangunan berbentuk persegi yang berukuran sekitar 3.500 meter persegi ini bisa diakses melalui pintu gerbang kedua. Pendopo Ageng bisa menampung lima hingga sepuluh ribu orang di dalamnya, dan termasuk pendopo terbesar yang ada di Indonesia.

Tiang-tiang kayu yang menyangga atap joglo bangunan ini berasal dari pepohonan yang tumbuh di Alas Kethu, hutan yang dulunya milik Mangkunegaran di Wonogiri.

Uniknya, pendirian bangunan tersebut tidak menggunakan paku sama sekali.

Pendopo Ageng didominasi oleh warna kuning dan hijau. Kedua warna tersebut adalah warna pari anom, yang merupakan warna khas keluarga Mangkunegaran. Langit-langit pendopo yang berwarna cerah pun memiliki arti tersendiri. Warna cerah dipilih sebagai lambang astrologi Hindu-Jawa.

Pada awal pendiriannya, para tamu yang datang ke sana akan duduk bersila di lantai. Baru pada akhir abad ke-19, tepatnya pada masa pemerintahan Mangkunegara VI, kursi mulai diperkenalkan.

Tidak hanya hiasan berupa lampu antik yang menggantung di langit-langit pendopo, ada juga gamelan Kyai Seton, gamelan Kyai Kanyut Mesem, dan gamelan Lipur Sari yang tersimpan dengan baik di sana. Gamelan-gamelan tersebut akan dimainkan pada saat-saat tertentu.

Di belakang pendopo terdapat sebuah beranda terbuka, bernama Pringgitan. Di Pringgitan terdapat sebuah tangga untuk mengakses Dalem Ageng, ruangan seluas 1.000 meter persegi.

Dulunya, Dalem Ageng difungsikan sebagai ruang tidur pengantin kerjaan. Namun, sekarang telah beralih menjadi museum, yang memamerkan petanen (tempat persemayaman Dewi Sri) berlapis tenunan sutra, perhiasan, senjata, pakaian, medali, perlengkapan wayang, gambar adipati-adipati Mangkunegara, dan berbagai benda-benda seni.

Ilustrasi

Kediaman keluarga Mangkunegara sendiri terletak di tengah Pura Mangkunegaran, di belakang Dalem Ageng. Tempat itu sekarang digunakan oleh para keluarga keturunan pangeran adipati. Bangunan tersebut menghadap ke taman terbuka di mana terdapat bangunan lain bernama Beranda Dalem bersudut delapan.

Di sini bisa ditemukan perabotan Eropa, lukisan berbingkai emas, ruang ganti dan rias para putri, serta kamar mandi yang indah.

Di dalam lingkungan Pura Mangkunegaran juga terdapat Perpustakaan Rekso Pustoko yang didirikan oleh Mangkunegara IV, pada tahun 1867. Sampai sekarang, perpustakaan yang menyimpan manuskrip serta buku dari berbagai bahasa tersebut masih dapat diakses oleh sejarawan dan pelajar.