Sejarah KA Argo Parahyangan yang Akan Pensiun dan Digantikan Kereta Cepat Jakarta Bandung
JAKARTA, iNews.id - KA Argo Parahyangan dikabarkan akan dipensiunkan setelah Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) diaktifkan. Wacana ini telah beredar sejak November 2022.
Salah satu alasan dipensiunkannya KA Argo Parahyangan adalah untuk menyokong okupansi atau keterisian penumpang KCJB, yang direncanakan mulai beroperasi pada Juni 2023.
Karena berada pada trayek yang sama, KA Argo Parahyangan dan KCJB tentu akan bersaing dalam merebut penumpang yang hendak menuju Bandung dari Jakarta dan sebaliknya.
Menanggapi hal ini, pihak KAI menyatakan akan mematuhi kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, dengan tetap berkomitmen memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat. Sebelum keluar keputusan final, KA Argo Parahyangan masih beroperasi sebagaimana biasa.
Apa yang dihadapi KA Argo Parahyangan saat ini tidak jauh berbeda dengan yang dialami KA Parahyangan, yang merupakan cikal bakal KA Argo Parahyangan, pada tahun 2010 lalu. Bagaimana sejarahnya?
KA Argo Parahyangan merupakan hasil peleburan dua kereta, yaitu KA Parahyangan dan KA Argo Gede. KA Parahyangan hadir lebih dulu, yakni pada 31 Juli 1971.
Saat itu, Perusahaan Nasional Kereta Api (kini PT Kereta Api Indonesia) meluncurkan kereta yang melayani Jakarta-Bandung bernama Parahyangan atau Parahiangan/Parahijangan (ejaan pra EYD), yang memiliki arti tempat tinggal para dewa. Kereta ini merupakan KA kelas dua/bisnis yang mampu menempuh Bandung selama dua jam tiga puluh menit dari Jakarta.
Era 80-an dan 90-an menjadi masa keemasan bagi KA Parahyangan. Masyarakat menjadikan kereta sebagai pilihan tercepat untuk bepergian dari Jakarta-Bandung maupun sebaliknya.
Salah satu buktinya, KA Parahyangan pernah beroperasi dengan 14 belas kereta dalam satu rangkaiannya. Penyempurnaan juga terus dilakukan dalam hal pelayanan maupun fasilitas kereta, misalnya dengan menambah fasilitas televisi.
Pada 1995, Perusahaan Umum Kereta Api meluncurkan KA Argo Gede. Kereta api tersebut dihadirkan sebagai hadiah HUT RI ke-50. KA Argo Gede beroperasi di rute yang sama dengan KA Parahyangan. Hal ini tentu membuat KA Parahyangan menghadapi pesaing, yang tidak saja lebih eksklusif tetapi juga memiliki waktu tempuh lebih cepat.
Saat itu, KA Argo Gede hanya membutuhkan waktu dua jam dari Jakarta ke Bandung. Pilihan masyarakat pun terbagi di antara dua kereta tersebut. Namun, KA Parahyangan masih dapat mempertahankan pamornya. Untuk menarik minat pengguna, pada tahun 2005, rangkaian KA Parahyangan membawa dua kereta kelas eksekutif dan tiga kereta bisnis.
Okupansi KA Parahyangan semakin terancam ketika jalan Tol CikampekPurwakartaPadalarang (Cipularang) mulai diaktifkan pada 26 April 2005. Perjalanan Jakarta-Bandung melalui jalan tol ini paling cepat hanya memakan waktu satu jam 30 menit (dari Cawang, bila tidak macet).
Tak sanggup menanggung beban kerugian, PT KAI memutuskan untuk memensiunkan KA Parahyangan pada 27 April 2010. Sementara itu, KA Argo Gede yang tingkat okupansinya masih lebih baik, tetap dipertahankan. Penyesuaian juga dilakukan PT KAI dengan menambah kereta bisnis di rangkaian KA Argo Gede.
Akan tetapi, penghentian KA Parahyangan menimbulkan kekecewaan masyarakat, terutama pengguna loyal kereta tersebut. Hingga akhirnya, sebagai respons atas kesedihan masyarakat, PT KAI melebur KA Argo Gede dan KA Parahyangan menjadi KA Argo Parahyangan. Pada 27 April 2010, KA Argo Parahyangan perdana beroperasi.
Sampai saat ini, KA Argo Parahyangan masih setia melayani pelanggan kereta api Jakarta-Bandung dan menjadi salah satu kereta api legendaris dalam perjalanan sejarah PT KAI dan masyarakat Indonesia.