Jemparingan, Olaharaga Panahan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang Membumi di Pacitan
Jemparingan Mataram merupakan olahraga panahan ala Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I). Itulah mengapa, olahraga ini lebih dikenal di Yogyakarta. Lalu, bagaimana jika lomba Jemparingan Mataram diadakan di Pacitan?
Sekitar 145 peserta mengikuti lomba Jemparingan bertajuk Gladhen Ageng Jemparingan Notopuro 2022. Lomba ini diadakan di kawasan wisata Pantai Pancer Door, Kabupaten Pacitan.
Bukan sekedar lomba panahan biasa, ajang turnamen panahan tradisonal yang baru pertama kali digelar di Kabupaten Pacitan ini punya keunikan sendiri loh.
Keunikannya yaitu, seluruh peralatan memanah yang digunakan para peserta berbeda dengan peralatan memanah pada umumnya. Para peserta Jemparingan menggunakan pakaian adat Yogyakarta dan duduk bersila saat melepaskan anak panah.
Selain itu, ketika pemanah mengincar target, anak busur panah enggak ditegakkan secara vertikal serta membidik didekatkan mata. Pada Jemparingan, busur panah dipegang dengan cara horizontal dan anak panah ditarik hingga depan dada, barulah anak panah dilepaskan.
Targetnya sendiri adalah bandul yang dipasangi lonceng sebagai penanda anak panah mengenai target. Setiap peserta hanya diperbolehkan menembakan 4 anak panah dalam jarak 30 meter.
Awalnya, Jemparingan mulai ada pada masa Sultan HB I. Saat awal menjabat sebagai Raja Keraton Yogyakarta, Sultan HB I mendirikan sebuah sekolah untuk rakyat pada tahun 1757 Masehi, 2 tahun setelah Perjanjian Giyanti.
Nah, Jemparingan adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut. Tata cara memanah Jemparingan yang berbeda dari panahan modern ini juga punya nilai falsafah tersendiri.
Pamentanging Gandewa dan Pamantanging Cipta yang punya makna mengutamakan konsentrasi, sedangkan cipta berarti rasa.
Artikel menarik lainnya:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creators dengan klik di sini .