Mengenal Asetaldehida Zat Karsinogenik dari Konsumsi Alkohol
Asetaldehida sangat beracun, mutagenik dan karsinogenik. Ia adalah agen fisik atau kimia yang secara permanen mengubah materi genetik DNA pada suatu organisme sehingga menyebabkan terjadinya mutasi, yang secara umum merusak dan menghasilkan kelainan genetik baik yang diturunkan maupun tidak.
Mengutip Layanan Kesehatan dan Sosial Delaware, AS, Asetaldehida adalah cairan bening yang mudah terbakar, memiliki bau buah yang kuat yang dalam konsentrasi tertentu dapat membuat seseorang sulit bernapas.
Asetaldehida terutama digunakan untuk memproduksi bahan kimia lain, termasuk asam asetat dan desinfektan, obat-obatan dan parfum. Asetaldehida dapat memasuki tubuh ketika seseorang menghirup udara yang mengandungnya, seperti asap rokok atau pembakaran kayu. Zat kimia berbahaya itu juga bisa masuk ke tubuh saat seseorang makan makanan atau minuman yang mengandung asetaldehida.
Layanan Kesehatan dan Sosial Delaware, AS, menuturkan menghirup asetaldehida dalam waktu singkat dapat melukai paru-paru, melukai hati dan pembuluh darah. Kontak dengan cairan atau uap yang mengandung asetaldehida juga dapat melukai kulit dan mata. Asetaldehida juga menyebabkan mabuk, dan bisa mengakibatkan detak jantung lebih cepat, sakit kepala atau sakit perut.
Otak paling terpengaruh oleh keracunan zat berbahaya itu dengan menyebabkan masalah dengan aktivitas otak dan dapat mengganggu memori seseorang. Asetaldehida dapat menyebabkan amnesia, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat sesuatu, yang merupakan efek umum untuk orang yang terlalu banyak minum alkohol.
Saat seseorang meminum alkohol, tubuh memecahnya menjadi asetaldehida. Mengutip Lembaga Kanker Nasional (NCI) AS, salah satu cara tubuh memetabolisme alkohol adalah melalui aktivitas enzim yang disebut alkohol dehidrogenase (ADH) yang mengubah etanol menjadi metabolit karsinogenik asetaldehida, terutama di hati.
Banyak individu keturunan Asia Timur membawa versi gen untuk ADH yang mengkode bentuk enzim "super aktif". Enzim ADH superaktif ini mempercepat konversi alkohol (etanol) menjadi asetaldehida beracun. Di antara orang-orang keturunan Jepang, mereka yang memiliki bentuk ADH ini memiliki risiko terkena kanker pankreas lebih tinggi daripada mereka yang memiliki bentuk ADH yang lebih umum.
Dalam jurnal bertajuk "Polimorfisme Genetik Alkohol dan Dehidrogenase Aldehida dan Risiko Kanker Esofagus dan Kepala dan Leher", yang diterbitkan pada 2005 silam, menunjukkan enzim lain aldehid dehidrogenase 2 (ALDH2), memetabolisme asetaldehida beracun menjadi zat tidak beracun.
Beberapa dari mereka yang keturunan Asia Timur, membawa varian gen untuk ALDH2 yang mengkode bentuk enzim yang rusak. Pada orang yang memproduksi enzim yang rusak, asetaldehida menumpuk ketika mereka minum alkohol. Akumulasi asetaldehida memiliki efek negatif, termasuk kemerahan pada wajah dan jantung berdebar-debar. Karena efek itu, kebanyakan orang yang mewarisi varian ALDH2 tidak dapat mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan karenanya mereka memiliki risiko rendah terkena kanker terkait alkohol.
Sayangnya, beberapa individu dengan bentuk ALDH2 yang rusak dapat menjadi toleran terhadap efek yang tidak menyenangkan dari asetaldehida dan mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar.
Studi tersebut menunjukkan individu tersebut memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker esofagus terkait alkohol, serta kanker kepala dan leher, dibandingkan individu dengan enzim aktif penuh yang minum alkohol dalam jumlah yang sebanding.
Lalu, bagaimana cara membatasi penggunaan atau paparan asetaldehida? Cara termudah untuk menghindari paparan asetaldehida adalah dengan tidak merokok, termasuk menjauh dari asap rokok dan asap akibat kebakaran kayu. Juga kurangi minum minuman beralkohol.
Sementara bagi mereka yang bekerja di tempat di mana asetaldehida digunakan dapat menurunkan risikonya dengan mengenakan sarung tangan, pelindung mata, serta memakai masker wajah penuh.