Manene: Tradisi Membersihkan dan Mengganti Baju Jenazah ala Suku Toraja, Begini Prosesnya

Manene: Tradisi Membersihkan dan Mengganti Baju Jenazah ala Suku Toraja, Begini Prosesnya

Travel | BuddyKu | Selasa, 25 Oktober 2022 - 14:43
share

Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku bangsa, budaya, agama, dan adat istiadat. Ada lebih dari 300 kelompok etnik atau 1.340 kelompok suku bangsa di Indonesia yang masih kental akan ritual dan tradisinya. Salah satunya adalah suku Toraja yang memiliki ritual Manene.

Manene merupakan tradisi tua suku Toraja yang hanya dilakukan di beberapa wilayah tertentu saja. Kegiatannya adalah membersihkan mayat yang telah meninggal puluhan bahkan ratusan tahun.

tradisi manene
Tradisi membersihkan jenazah berusia puluhan dan ratusan tahun (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)

Tradisi Manene ini kerap mengundang rasa penasaran wisatawan untuk melihat langsung prosesinya. Tentu saja, bagi yang takut melihat mayat secara langsung, sebaiknya enggak menyaksikan langsung.

"Ini kali ketiga saya akan menyaksikan tradisi Manene dan saya sangat penasaran seperti apa peristiwa nanti di lokasi karena setiap lokasi beda kondisinya, katanya untung-untungan bisa melihat mayat yang utuh, bisa diberdirikan dan diganti pakaiannya," ucap Ima, salah satu warga yang tinggal di wilayah Toraja.

Salah satu lokasi yang masih menjalankan tradisi Manene berlokasi di Lembang Sikuku, Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara. Masyarakat dan pemangku adat Sikuku membuat kesepakatan waktu pemberlakuan tradisi Manene yakni empat tahun sekali.

"Saya tinggal di Kabupaten Tana Toraja, masyarakatnya tidak melaksanakan tradisi itu, yang lakukan hanya di Kabupaten Toraja Utara, itupun hanya beberapa wilayah saja. Jadi ini kesempatan saya untuk melihatnya secara langsung," sambung Ima.

Tradisi ini terakhir dilaksanakan pada September 2022 lalu, dan akan dilaksanakan lagi pada 2026. Namun, hal ini tidak berlaku untuk wilayah lainnya. Masing-masing wilayah adat memiliki aturan waktu pelaksanaan.

tradisi manene
Tradisi Manene dari ketinggian (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)

Menurut pemangku adat Sikusu bernama Yulius Nanda, ada kepercayaan dari leluhur mereka bahwa tanpa tradisi Manene maka rangkaian kematiannya seakan belum tuntas.

"Ini masih rangkaian penguburan atau kematian, jika kita tidak laksanakan Manene maka dianggap belum tuntas. Kita masih memiliki utang yang harus dituntaskan," jelasnya.

Jika dahulunya masyarakat masih memegang kepercayaan Aluk Todolo, banyak rangkaian ritual yang dilaksanakan, maka berbeda di jaman sekarang.

"Dulunya orang tua dan masyarakat kan masih Aluk Todolo, sekarang hampir semua yang melaksanakan tradisi Manene ini sudah memiliki agama, maka Ma\'nene disebut sebagai kegiatan membersihkan makam sebagai bentuk kasih sayang kepada leluhur atau keluarga yang telah meninggal," ucap Yulius.

Dilarang lakukan ini saat Tradisi Manene

Yulius juga menyebutkan ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan atau dilanggar saat datang ke lokasi Manene, seperti enggak boleh menggunakan baju hitam dan kuning dan enggak boleh menangis serta mengucapkan kata sembarangan.

Rangkaian acara dalam tradisi Manene

tradisi manene
Makam warga Toraja di dalam bebatuan (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)

Dalam rangkaian kegiatan Manene, hari pertama dimulai dengan membuka pintu makam dan membersihkan sekitar area makam. Membawa sirih ke makam dianggap penting dan tak boleh terlewatkan.

Sirih yang diletakkan di depan pintu makam, kemudian disertai ucapan seperti sapaan kepada leluhur yang telah meninggal. Masyarakat percaya mayat yang telah meninggal masih memiliki roh di sekitaran. Roh tersebut dipercaya dapat memberkati dan menjauhkan dari hal yang tidak baik.

Di hari kedua, beberapa keluarga sudah mulai mengangkat mayat dari liang batu atau tempat penguburan yang disebut patane. Peti mayat ataupun bungkusan mayat kemudian dijemur di bawah terik matahari. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan lembab.

Apabila pihak keluarga melihat peti sudah tidak layak, maka akan diganti dengan yang baru. Untuk membuka peti mayat, tergantung kesepakatan keluarga.

Beberapa mayat yang dilihat utuh, maka dapat dibersihkan dan diangkat atau diberdirikan. Setelah itu dapat diganti pakaian ataupun hanya dijemur saja.

Begitu pun sebaliknya, apabila tubuh mayat sudah tidak utuh lagi (tulang belulang sudah berpisah) maka hanya akan dijemur. Beberapa mengganti petinya, beberapa juga hanya dibiarkan saja.

Mayat yang dibungkus pun, hanya akan dirapikan saja bungkusannya dengan cara mengganti bungkusan yang usang dengan bungkusan yang baru.

Di puncak rangkaian Manene (hari keenam), semua pintu makam akan ditutup.

Bagi yang menyiapkan kerbau maka akan disembelih dan diakhiri dengan doa syukur atas selesai semua rangkaian tradisi Manene.

Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creators dengan klik di sini .

Z Creators
Z Creators
Topik Menarik