Soal Kasus SLV Travel, Ashita Sulsel Sebut Penyelenggara dan Konsumen Sama-sama Salah

Soal Kasus SLV Travel, Ashita Sulsel Sebut Penyelenggara dan Konsumen Sama-sama Salah

Travel | BuddyKu | Senin, 26 September 2022 - 19:50
share

PORTALMEDIA.ID, MAKASSAR - Ketua Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Ashita) Sulawesi Selatan (Sulsel), Didi Leonardo Manamba menyayangkanatas kasusSLV Travel atau PT SLV Modern Travelindo.

Didit mengatakan dalam hal ini, SLV Travel selaku perusahaan jasa travel dan masyarakat yang menjadi konsumen sama-sama salah.

"Kedua-duanya salah, saya lihat harganya (yang ditawarkan SLV Travel), harga pesawat saja sudah tidak mencukupi harga paket, kita sudah imbau jika itu salah. Tapi kami tidak mau menyalahkan," ungkapnya ketika ditemui Portal Media, belum lama ini.

"Masyarakat dalam hal ini juga salah, sebab hanya melihat harga murah saja, (melihat) bagusnya sesuatu dari banyaknya diendorse oleh selebriti, padahal itu juga belum tentu bagus, jelas itu juga salah," lanjut Didi menyayangkan.

Ia menambahkan, Selvi dalam hal ini owner dari SLV Travel sudah mengeluarkan statement bahwa ia sedang dalam proses menjalankan bisnis, sehingga tidak ingin ditagih-tagih. "Jadi kalau dia berutang, biarkan dia berutang, saya tidak maksud membela SLV Travel," ujar Didi.

Menurutnya, Ashita Sulsel selalu mengimbau kepada perusahaan jasa travel untuk tidak memberikan harga yang terlalu murah. "Kalau Ashita, kami mengimbau jangan bermain tidak benar, jangan kasih orang harga yang murah banget, jangan kasih dibawa harga rata-rata," katanya.

Ia juga menegaskan bahwa Ashita bukanlah lembaga hukum yang bisa mengawasi dan menindak perusahaan jasa travel. "Dan dalam praktiknya Ashita ini bukan lembaga hukum yang bisa mengawasi travel-travel," bebernya.

"Ndak bolehlah (kita menindak Travel nakal), saya tidak bisa mengintervensi, saya ini memayungi biro perjalanan pengusaha, kami hanya mengimbau, jangan macam-macam, kau mau promosi kita kasih fasilitas," ujarnya.

Salah dalam Mematok Harga

Didi juga mengatakan bahwa SLV Travel bukanlah bagian dari Ashita Sulsel. Namun, Ashita melihat SLV Travel ini dari segi bisnis yang kadang jatuh bangun, walaupun begitu ia tetap menegaskan bahwa perusahaan jasa travel tersebut salah dalam mematok harga.

"SLV itu sekali lagi bisnis travel, jangan dilihat juga semata-mata mau ambil uangnya orang, kita lihat juga dalam praktiknya apa dia mau mengembalikan pelan-pelan, dalambisnis kan pengusaha itu kadang bangkit kadang dia terpuruk, tetapi dalam praktiknya dia menjual paket (liburan) murah itu salah," tegasnya.

Tambahnya, jangan juga tergiur untuk membeli paket travel hanya karena melihat selebgram. "Makanya jangan hanya karena dilihat selebgram kita ikut-ikutan juga, bagi customer saya imbau jangan terpengaruh harga murah," bebernya.

Ia menyarankan untuk melakukan konsultasi dan membandingkan berbagai paket liburan yang sama dari berbagai jasa travel, apabila ada harga yang jomplang, maka itu patut dicurigai.

"Konsultasilah, kan banyak harga tiket bisa dilihat di internet, kenapa harga tiketnya ini sama dengan harga paket tournya ini, berarti kenyataan dia nombok, tapi karena dia mau banyak orang bayar," jelasnya.

Ia mempersilakan untuk jasa travel untuk berpromosi, namun masyarakat juga harus jeli melihat.

"Jadi jangan lah masyarakat yang saya rasa, kalau, orang mau promosi travelnya mau promosi silahkan lah, masyarakat yang harus jeli melihat, tetapi kami tetap himbau travel jangan bermain seperti itu," ungkapnya.

"Menjual harga murah, jadi memancing orang untuk membeli, (itu) salah," tegasnya.

"Kalau misalnya rata-rata umroh sekarang 35 juta, saya kasih diskon 500 ribu, wajar, harga 35 juta potong sisa 20 juta, ndk wajar, masyarakat pintar Ki liat sebenernya tapi tergiur," imbuhnya.

Menurutnya, ia tidak mencoba untuk membela siapa-siapa baik konsumen maupun SLV Travel.

"Masyarakat ini begitu terus masalahanya, saya harus lihat banyak hal, saya bela juga travel saya bela juga masyarakat, saya tidak memihak ke travel saya juga tidak memihak juga ke masyarakat, saya tengah2 nya, ada konsumen ada jasa, dua-duanya salah, (jasa) ini salah karena membuat harga (murah) dalam berpromosi dan memancing orang membeli (itu) salah, ini juga salah (Masyarakat) karena tergiur, sudah jelas-jelas ada 10 travel (misalnya) dan ada satu yang harganya jomplang, kenapa murah sekali ini?," katanya.

"(Konsumen harus) jeli dalam melihat potensi bahwa travel ini bermasalah atau tidak , lihatlah apakah travel ini memiliki izin resmi dari pemerintah," pungkasnya.

Terakhir, Didi mengatakan bahwa travel-travel yang menggunakan skema fonzi, mematok harga terlalu murah, ia tidak benarkan.

"Mencoreng nama baik, mencoreng kasus-kasus yang membuat nama baik travel sebagai biro jasa yang menggerakkan wisatawan sudah lama, memasukkan devisa bagi negara agak terganggu tetapi saya tidak mau mention satu dua travel tapi kita harus lihat ada beberapa travel yang memang terlalu murah menjual harga itu kita tidak benarkan, boleh murah asal jangan murahan, murah itu kalau ada diskon harga diskon yang tidak terlalu signifikan dalam dari harga pokok," tutupnya.

Topik Menarik