Lapangan Monas Saksi Bisu Sejarah Indonesia: Runtuhnya Belanda, Penjajahan Jepang, Demo Pembubaran P

Lapangan Monas Saksi Bisu Sejarah Indonesia: Runtuhnya Belanda, Penjajahan Jepang, Demo Pembubaran P

Travel | BuddyKu | Rabu, 14 September 2022 - 23:06
share

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Lapangan Monumen Nasional (Monas) sempat diabadikan fotografer Walter Woodbury & James Page pada 1880-an, atau lebih satu abad lalu. Lapangan terluas di dunia ini, selama keberadaan sejak masa Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels (1808-1811) sering berganti nama. Mula-mula ia bernama Lapangan Buffelsveld (Buffalo Field) atau Lapangan Kerbau. Tempat untuk menggembalakan kerbau dan ternak lainnya.

Marsekal Daendels sendiri, putra revolusi Prancis dan pengagum Kaisar Napoleon menamakan Champ de Mars, untuk menghormati kemenangan Prancis menaklukkan negeri Belanda. Sekaligus dijadikan pula sebagai lapangan parade dari kesatuan artileri.

Tidak bertahan lama, setelah Napoleon ditaklukkan Inggris, namanya berganti lagi. Menjadi Koningsplein (Lapangan Raja) untuk mengabadikan Raja Nedcerland, Willem I. Di sebelah timur lapangan ini (kini Jl Merdeka Timur), pada 1834 dibangun sebuah gereja dan selesai lima tahun kemudian, juga mengadakan Raja Willem I, dan bernama Willemkerk (Gereja Wilem). Lapangan ini pernah dijadikan sebagai tempat pacuan kuda, sejak masa Raffles. Pacuan kuda salah satu kegemaran orang Inggris.

Sampai 1942, sebelum pendudukan Jepang, Belanda menyebutnya Koningsplein, tapi rakyat Jakarta hanya mau menyebut Lapangan Gambir. Di lapangan ini, sejak tahun 1930-an tiap tahun diadakan Pasar Gambir, untuk menghormati hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina.

Saat Pasar Gambir, kerak telor salah satu makanan khas Betawi yang banyak dijual. Para pedagangnya kebanyakan berasal dari kawasan Buncit, Jakarta Selatan. Kini, banyak di antara warga Buncit yang berdagang kerak telor turun menurun seperti yang telah dirintis para kakek mereka sejak di Pasar Gambir.


Koningsplein (Lapangan Raja). Awalnya lapangan monas bernama Buffelsveld atau Lapangan Kerbau karena di lokasi tersebut untuk menggembalakan kerbau dan ternak lainnya.
Koningsplein (Lapangan Raja). Awalnya lapangan monas bernama Buffelsveld atau Lapangan Kerbau karena di lokasi tersebut untuk menggembalakan kerbau dan ternak lainnya.

Pada Maret 1942, Jepang menaklukkan Batavia. Bukan hanya nama kota ini diganti jadi Jakarta, tapi Koningsplein yang berbau feodal diganti jadi lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta). Tapi lapangan yang luasnya lebih 100 ha ini, tidak hanya dimanfaatkan para atlet. Di lapangan ini terdapat belasan lapangan sepakbola, dan tiap Sabtu dan Ahad diselenggarakan kompetisi seperti layaknya Liga Inggris dan Italia.

Pada 1950-an dan awal 1960-an, sebelum dibangun Stadion Utama Senayan, diselenggarakan pertandingan antar kota, termasuk mendatangkan berbagai kesebelasan luar negeri. Para pemain nasional seperti Ramang, Djamiat, Liong Houw, Kiat Sek, Vander Vin, yang kemudian diteruskan generasi berikut : Sutjipto, Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale dibentuk dari tempat ini. Di sini juga terdapat dua lapangan hockey, yang para pemainnya kebanyakan warga keturunan India dari Pasar Baru dan Jl Pintu Air, Jakarta Pusaat.

Sebelum Bung Karno membangun Tugu Monas (pemancangan tiang pertama 17 Agustus 1961), di lapangan ini berdiri beberapa bangunan pemerintah, markas kepolisian Jakarta, kantor telepon dan telegraf, bioskop dan balai pertemuan Deca Park, Jawatan Penerangan DKI, Press Club, Taman Amir Hamzah, Kantor Pos Pembantu, dan Stadion IKADA sendiri. Di Deca Park (kini di depan Markas Besar Angkatan Darat Jl Merdeka Utara), seringkali diadakan pertandingan tinju dan gulat, yang pesertanya didatangkan dari luar negeri.

Di balai pertemuan Deca Park awal 1950-an para tokoh Islam berikrar untuk membangun Masjid Istiqlal. Pertemuan digelar untuk mengajak umat untuk mengumpulkan dana.

Banyak peristiwa penting terjadi di Monas. Pada 17 Oktober 1952 terjadi demo rakyat dan satuan-satuan ABRI di sini (depan Istana Merdeka). Mereka menuntut pada Bung Karno agar membubarkan parlemen (DPR-Sementara) dan menggantinya dengan parlemen baru. Tapi ditolak Bung Karno.

Kolonel AH Nasution sebagai KSAD menyatakan bertanggungjawab atas peristiwa tersebut. Ia kemudian diganti Kolonel Bambang Sugeng. Tapi krisis dalam tubuh AD terus berlangsung hingga awal 1955.

Kawasan ini juga pernah diblokir ketika terjadi peristiwa G30S/PKI. Pada aksi-aksi pembubaran Orla, Monas juga dijadikan ajang demo mahasiswa dan pelajar menuntut pembubaran PKI. Setelah lama berselang, pada malam menjelang 20 Mei 1998, Monas diblokir kawat-kawat berduri oleh satuan TNI.

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

> Humor Gus Dur: Jenderal Orba Menang Lomba Tebak Umur Mumi, Caranya Dipukulin Sampai Ngaku Sendiri

> Sejarah Sumpit yang Diharamkan Dipakai Umat Islam untuk Makan

> Tak Perlu Pakai Pawang, Begini Cara Muhammadiyah Cegah Hujan

> Pawang Hujan Mandalika, Ustadz Khalid Basalamah: Pawang Hujan Itu Dukun, Haram Hukumnya dalam Islam

> Humor Gus Dur: Gara-Gara Dikirimi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Topik Menarik