Kampung Oase Ondomohen, Wisata di Surabaya yang Punya Cerita Panjang
GenPI.co Jatim - Kampung Oase Ondomohen, bisa menjadi rekomendasi wisata di Surabaya akhir pekan nanti.
Surabaya memang dikenal sebagai salah satu kota berstatus metropolitan dengan gedung-gedung pencakar langit. Pemandangan bak hutan besi nan subur terpampang.
Selain gedung pencakar langit, Surabaya juga punya beragam destinasi wisata.
Bukan alam tapinya. Wisata di Surabaya dibentuk dengan memanfaatkan penataan lingkungannya.
Di pusat kota contohnya, ada Perahu Sungai Kalimas, Monumen Kapal Selam, Alun-Alun Suroboyo , hingga Tunjungan Romansa.
Selain itu, ada wisata berbasis kampung, yang lokasinya berada di pusat kota, tepatnya di Jalan Ondomohen Magersari V. Namanya Kampung Oase.
Kampung itu dihuni 35 kepala keluarga (KK). Namun hanya saja 20 KK saja yang menetap. Jumlah itu tergolong sedikit. Meski sedikit, tetapi masyarakat di sana begitu kreatif.
Kampung ini memiliki cerita yang cukup panjang. Endang Sriwulansari yang merupakan kader lingkungan setempat berbagi kisah soal perkembangan kampungnya hingga menjadi salah satu kawasan wisata.
Prabowo Pisah Kemenparekraf, Widiyanti Putri Wardhana dan Teuku Riefky Harsya Jadi MenteriĀ
Awalnya, kondisi kampungnya kumuh. Akan tetapi, dia ingin mengubah keadaan tersebut.
Dia kemudian dimulai dengan menanam tanaman berjenis Kamboja Jepang yang memang waktu itu tengah hits.
"Terus orang-orang bilang ke saya apik yo mbak lak nak omah onok tanduran e ngarep omah (bagis ya mbak kalau di depan rumah ada tanamannya)" kaya Endang kepada GenPI.co Jatim, Senin (12/9).
Seiring berjalannya waktu, tanaman itu semakin menjamur di sana, lantaran minat warga yang besar untuk memiliki Kamboja Jepang.
Lantaran ingin mengubah wajah Kampung Magersari, Endang bersama rekannya yang bernama Aip pun membuat programe mengajar senam.
Aip mengajukan diri sebagai seorang instruktur. Warga yang ingin ikut diminta untuk menyumbang kardus bekas. "Jadi nanti sama-sama buat memperbaikinya kampung ini," jelasnya.
Jenis tanaman yang awalnya hanya Kamboja Jepang pun bertambah. Terlebih adanya sumbangan tanaman dari pihak kelurahan.
Sumbangan itu berasal dari hasil pemberian orang tua yang baru saja memiliki bayo. "Tiba-tiba di program kelurahan setiap ada bayi yang lahir harus memberikan satu pohon atau satu tumbuhan, nah sama kelurahan di drop ke RW," terangnya.
Lantaran tak ada yang mau mengambil sumbangan tanaman itu, Endang pun berinisiatif menampung sumbangan tersebut.
Tanaman kemudian diletakkan di area Kampung Oase. Hanya saja kondisi masih tetap kumuh. "Masih tetap kumuh karena pemilahan sampah belum ada," terangnya.
Akhirnya, pada 2014 lurah setempat mengetahui jika ada kampung di wilayahnya yang mencoba merubah keadaannya.
Lurah tersebut juga merasa heran, lantaran di Kampung Magersari Ondomohen V sudah rimbun dengan pepohonan.
"Tetapi kok banyak tanaman tapi masih kumuh. Terus dia bilang kenapa kok tidak ikut lomba Surabaya Green and Clean. Ternyata lomba itu sudah sejak 2005, dan saya tidak tau," jelasnya.
Diminta mengikuti perlombaan itu, Endang pun menyanggupi. Namun, dia meminta dukungan penuh, bukan dengan finasial tetapi secara moral.
Keengannannya meminta suport finasial itu semata untuk menghindari potensi konflik.
"Saya tidak mau sampai bersinggungan dengan tetangga saya. Artinya, jika ada yang menggangu program yang kami jalankan bapak harus melaksanakan sosialisasi kepada mereka," ungkapnya.
Setahun berselang atau tepatmya pada 2015, Endang bersama warga setempat mulai mengikuti perlombaan antar kampung.
Sayangnya, hasil masih belum berpihak. Hal itu membuat semangat warga sempat luntur. Tetapi, ada Aip yang disebutnya senantiasa memberikan semangat.
"Dia bilang ke saya wes gak opo-opo (sudah enggak apa-apa) mbak, nanti ikut lomba lomba yang lain lagi," jelasnya.
Sayangnya, di tahun yang sama, Endang harus merelakan kawannya itu berpulang menghadap yang maha kuasa.
Pada tahun itu juga, Endang pun melanjutkan usahanya untuk merubah wajah Kampung Magersari Ondomohen V tanpa Aip. "Akhirnya 2015 akhir itu kita ikut lomba lagi dan dapat juara sampai 2019," terangnya.
Uang hadiah lomba itu kemudian langsung dijadikan modal membenahi kampung. Beberapa fasilitas ditambahkan, wajah kampung yang berlokasi di pusat kota itu pun perlahan mulai berubah.
Beragam inovasi diterapkan, bermodal kreatifitas warga setempat. Seperti selokan yang diubah menjadi kolam lele, nila, dan beberapa jenis ikan lainnya.
"Ini kan (selokan, red) panjang 30 meter, nah setiap empat itu ada sekatnya. Jadi, empar meter berhenti ada bak kontrol biar bersih. Terus buat kolam dan seterusnya begitu," jelasnya.
Tak hanya itu saja CSR dari beberapa perusahaan BUMN mengalir deras, salah satunya pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). "Disurvei sama Pertamina, saya bilang butuh IPAL akhirnya dibuatkan," ungkapnya.
Inovasi yang diterapkan itu pada akhirnya mampu menarik minat kunjungan masyarakat dari beberapa daerah, bahkan ada warga asing yang turut mendatangi lokasi tersebut.
Kini kampung itu dikenal sebagai Kampung Oase Ondomohen, Surabaya. "Jadi, banyak kunjungan kesini dari kayak Jembrana (Bali, red) itu sudah beberapa kali kesini, itu lurah-lurah nya sampai bupatinya juga kesini. Terus NTT, Papua, sama Jepang dua kali," katanya. (*)
Video heboh hari ini: