Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Yogyakarta yang Tolak Umpan dan Bujukan Belanda
JAKARTA - Walaupun peristiwa-peristiwa di sekitar perjuangankemerdekaan Republik Indonesia (RI) telah begitu jauh di belakang kita, masih banyak orang yang belum lupa betapa besar peranan Sultan Hamengku Buwono IX di dalamnya.
Demikian besar peranan itu sehingga ada yang takut membayangkan bagaimana nasib Republik andaikata ketika itu dia tidak segera bahu-membahu dengan para pencetus proklamasi dan berdiri sepenuhnya di belakang sebuah Republik yang baru berumur beberapa hari.
Juga apabila, ketika Jakarta terus mengalami tekanan dari Belanda, Yogya tidak langsung membuka pintu untuk menjadi ibu kota Revolusi.
Banyak sekali orang yang menyaksikan ketika itu, betapa pihak Belanda sebenarnya telah "salah perhitungan" mengenai watak Sultan Yogya.
Mereka masih berpikir, "raja kecil" mana yang tak akan menurut dan berpihak kepada mereka, asalkan diumpan dengan wilayah kerajaan, kekayaan, dan kekuasaan yang besar. Demikian dikutip dari buku berjudul "Takhta Untuk Rakyat : Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX"
Selama berabad-abad menjajah, pola "memecah dan mengumpan" adalah senjata ampuh mereka yang hampir tak pernah gagal. Siasat yang sama hendak mereka laksanakan ketika Yogya diduduki oleh Belanda pada tahun 1948.
Berkali-kali Belanda mengirim utusannya untuk membujuk Hamengku Buwono IX agar mau bekerja sama dan berpihak pada mereka dengan imbalan wilavah kekuasaan dan kekayaan.
Lebih dari itu, mereka mau menjadikan dirinya sehagai Raja atas seluruh Jawa dan Madura. Semua umpan itu ternyata sia-sia.
Jangankan tergiur oleh janji-janji yang menarik, Raja muda yang 36 tahun itu sebaliknya malah menampilkan diri sebagai seorang Republikein tulen, seorang demokrat sejati yang dengan sukarela memasukkan daerah kerajaannya ke dalam Republik baru yang belum menentu hari depannya, serta ikut gigih memerangi Belanda.
Ternyata, masa-masa menolah Belanda ini paling berkesan bagi sang Raja.
"Yang paling berkesan dan paling puas mengalaminya adalah zaman revolusi! Suasana begitu enak dan murni.."