Mengulik Sejarah Asal Usul Dawet dan Pertanyaan Apakah Joko Tingkir Pernah Minum Dawet?
Sukoharjonews.com Dawet adalah minuman tradisional khas Jawa yang keberadaannya masih lestari hingga kini. Kesegaran kuliner satu ini cocok dinikmati saat cuaca panas dan dijamin sangat melegakan tenggorokan. Namun, apakah ada yang tahu bagaimana sejarah dawet tercipta dan di daerah mana?
Dawet dalam bahasa Jawa adalah dhawet merupakan minuman yang terbuat dari tepung beras atau pun tepung beras ketan, disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan sehingga minuman ini terasa manis.
Dawet memang mudah ditemukan di berbagai tempat meski tak banyak penjualnya. Meskipun ada tapi kebanyakan berasal dari daerah lain seperti dawet Ayu Banjarnegara dan dawet Ireng khas Purworejo, dan lainnya.
Dalam lagu Jawa ada penggalan parikan, Joko Tingkir ngombe dawet, ojo dipikir marai mumet, yang populer dibawakan penyanyi Deni Caknan. Gegara lirik lagu tersebut ada netizen bertanya apakah Joko Tingkir pernah minum dawet? Nah, Joko Tingkir adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang bergelar Sultan Adiwijaya yang memerintah tahun 1568-1582.
Farel Tarek Ungkap Keajaiban Laut Karimunjawa, 240 Spesies Ikan Hias dan Terumbu Karang Terawat
Menurut Buku Gastronomi Indonesia karya Murdijati Gardjito yang mengupas segala sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan dari makanan dan minuman disebutkan bahwa dawet sangat lekat dengan sejarah Kabupaten Pati di bagian pesisir utara Provinsi Jawa Tengah. Pada zaman Majapahit bernama Kadipaten Pesantenan dengan Raden Kembangjaya atau Pangeran Jayakusuma sebagai pendiri pertama.
Menurut laman resmi Kabupaten Pati disebutkan bahwa Raden Kembangjaya dan Prajurit Kadipaten Carangsoka sedang membuka hutan Kemiri untuk perluasan wilayah. Di tengah sedang membuka hutan datanglah seorang penjual laki-laki bernama Ki Sagola, memikul gentong berisi minuman dawet. Raden Kembangjoyo dan prajuritnya memesan minuman tersebut.
Raden Kembangjaya merasa terkesan akan minuman dawet yang manis dan segar tersebut. Maka ia bertanya pada Ki Sagola tentang minuman yang baru diminumnya. Ki Sagola mengaku bahwa minuman ini terbuat dari pati aren yang diberi santen (santan) kelapa dan gula aren.
Raden Kembangjaya terispirasi jawaban Ki Sagola tersebut terutama pada santen yang menambah kesegaran pada dawet yang telah diminumnya. Maka jika pembukaan hutan selesai akan diberi nama Kadipaten Pesantenan. Dalam perkembangannya kini telah berubah nama menjadi Kabupaten Pati.
Begiu juga dengan Desa Mantingan di Kabupaten Jepara yang dekat dengan Kabupaten Pati yang juga sangat terkenal dengan dawetnya. Ada kemungkinan dawet yang diminum Raden Kembangjaya sama seperti dawet di Mantingan tersebut. Bahkan, dawet di Mantingan tersebut juga memiliki tekstur, bentuk dan rasanya yang mirip dengan dawet khas Bayat di Kabupaten Klaten.
Disisi lain, secara deduktif antara Bayat dan Joko Tingkir terdapat benang merah sejarah sehingga dimungkinkan dawet bisa sampai ke Bayat, Klaten karena Joko Tingkir. Sehingga, jawaban dari pertanyaan diatas adalah Joko Tingkir memang pernah minum dawet. (sapta nugraha/mg)