Keraton Yogyakarta, Sejarah Berdiri dan Fungsinya

Keraton Yogyakarta, Sejarah Berdiri dan Fungsinya

Travel | BuddyKu | Selasa, 2 Agustus 2022 - 12:12
share

JAKARTA, iNews.id - Tahukah kamu bagaimana sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta? Simak artikel berikut untuk penjelasan lengkapnya!

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berlokasi di Kota Yogyakarta. Keraton ini merupakan pecahan Keraton Surakarta Hadiningrat dari Mataram Islam Surakarta (Kerajaan Surakarta). Sehingga dinasti Mataram diteruskan oleh 2 Kerajaan, yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Total luas wilayah keseluruhan Keraton Yogyakarta mencapai 184 hektar meliputi seluruh area di dalam benteng Baluwarti, alun-alun Lor, alun-alun Kidul, gapura Gladag, dan kompleks Masjid Gedhe Yogyakarta. Sementara luas dari kedhaton (inti keraton) mencapai 13 hektar.

Arsip
Arsip Foto Suasana Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta (Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Sejarah Berdirinya

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Pangeran Mangkubumi atau yang memiliki gelar Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari pada 13 Februari 1755.

Hasil dari Perjanjian Giyanti membuat Kerajaan Mataram menjadi dua. Kerajaan pertama berpusat di Surakarta dan dikuasai oleh Susuhunan Pakubuwana III, Kerajaan kedua berpusat di Yogyakarta dan dikuasai oleh Pangeran Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi menamai daerah kekuasaannya dengan nama Ngayogyakarta Adiningrat, dan Pangeran Mangkubumi diberi gelar Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alaga.

Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.

Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik, Keraton Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan).

Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Fungsi Keraton Yogyakarta

width=750
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X dan para putrinya. (Foto: doc/Kraton Jogja)

Keraton Yogyakarta didirikan dengan tujuan dan fungsi yang cukup penting . Pada masa lalu, Keraton berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan kerabatnya. Namun kini fungsi Keraton beralih menjadi tempat wisata, museum pusat kebudayaan Jawa, dan sebagai tempat tinggal Sultan.

Keraton Yogyakarta memiliki nilai-nilai sosial-budaya dan religi dalam pendirian maupun pemanfaatannya. Selain sebagai tempat tinggal raja dan museum pusat kebudayaan Jawa, Keraton Yogyakarta pun dijadikan sentra dan kiblat perkembangan budaya Jawa.

Itu dia penjelasan mengenai Keraton Yogyakarta. Semoga artikel kali ini dapat menambah wawasan kalian ya.