[Review] The Sea Beast, Petualangan Laut yang Fantastis & Penuh Makna
Film animasi terbaru buatan Netflix, The Sea Beast , menghadirkan sebuah kisah petualangan di laut lepas yang spektakuler dan penuh warna, tapi tetap seru untuk ditonton semua umur. Film ini sudah bisa dinikmati oleh para pelanggan Netflix sejak tanggal 8 Juli 2022 kemarin.
Sebagai directorial debut dari sutradara Chris Williams, yang sebelumnya menjabat sebagai asisten sutradara di Big Hero 6 dan Moana , film The Sea Beast diterima dengan baik oleh para kritikus dan penonton dari seluruh dunia.
Website review aggregator Rotten Tomatoes memberikan The Sea Beast rating 94% dengan skor audiens sebesar 90%. Sementara itu, skornya di IMDb mencapai 7.1 dan di Metacritic film ini mendapatkan skor 74 dari 100.
Melihat skor yang cukup tinggi, ada baiknya jika UP Station mencoba mengulas film ke-8 dari studio Netflix Animation ini dengan lebih dalam. Setuju? Yuk, langsung saja baca review The Sea Beast yang bebas spoiler di bawah ini!
Kisah yang Orisinal, Seru, dan Menyenangkan
The Sea Beast menghadirkan sebuah kisah orisinal tentang lautan yang dihuni oleh para monster laut raksasa mirip kaiju dan mengancam umat manusia. Untuk mengatasinya, manusia kemudian melakukan perburuan monster-monster laut tersebut menggunakan kapal layar.
Para pemburu ini disebut Hunters, dan yang terbaik serta paling terkenal dari mereka semua adalah para kru dari kapal The Inevitable yang dikomandani Captain Crow.
Bersama anak angkatnya sekaligus calon kapten The Inevitable di masa depan, Jacob, dan first mate -nya Sarah Sharpe, Captain Crow melakukan perburuan monster laut legendaris Red Bluster yang sukses membutakan sebelah matanya di masa lampau.
Meski terdengar ringan, cerita The Sea Beast memiliki sebuah pesan moral tersembunyi yang amat penting, terutama di era modern seperti ini, yaitu tentang prasangka. Sebagai manusia, kita seringkali menilai segala sesuatu hanya dari permukaannya saja tanpa pernah mau mempelajari sejarah atau latar belakang dari hal tersebut.
The Sea Beast mengajarkan kita untuk membuang pola pikir seperti itu dengan caranya yang halus dan dibalut dengan komedi ringan, sehingga penonton tidak merasa sedang diceramahi.
Kualitas Grafis dan Animasi yang Mumpuni
Dalam dunia film animasi 3D, maka standar yang umum digunakan ketika berbicara kualitas adalah Disney & Pixar. Kualitas animasi di The Sea Beast , meski belum bisa dikatakan sempurna, namun sudah cukup baik untuk bisa dikatakan setara atau berada di level Pixar & Disney.
Detail kapal layar, monster laut, deburan ombak, pulau tropis, dan pemandangan lautan yang begitu indah disajikan dengan cermat menggunakan warna-warni yang akan memanjakan mata siapapun yang menonton.
Dunia petualangan laut lepas yang penuh marabahaya dan aksi swashbuckling yang seru dibuat dengan begitu hidup, menghadirkan pengalaman yang imersif bagi para penonton.
Animasi gerakan pertarungan yang cepat dan stylish serta mimik wajah yang ekspresif juga menjadi bukti bahwa Netflix Animation Studios yang menggarap film The Sea Beast ini dapat menjadi ancaman serius bagi studio animasi lainnya di masa depan.
Musik yang Asyik dan Hidup
Tak hanya kualitas animasi saja yang menentukan baik atau buruknya sebuah film animasi 3D, tetapi juga musik dan soundtrack yang digunakan. Tanpa kehadiran suara dan lagu yang mendukung, film animasi tak ubahnya bagai potongan gambar yang bergerak tanpa jiwa di dalamnya.
Hal ini karena alam bawah sadar kita menggabungkan isyarat visual dan audio yang kita terima saat menonton suatu film, dan menyatukannya sebagai sebuah pengalaman yang terekam di otak kita.
Oleh karena gambar saja tidak cukup untuk membuat sebuah pengalaman yang imersif dan membekas, maka film animasi membutuhkan musik yang apik agar bisa menjadi sebuah memori yang baik dan menyentuh hati para penontonnya.
Berpetualang Keindahan Pulau Cangkir, Gunung Picung hingga Hutan Bakau Desa Lontar di Dapoer Ngebul
Untuk urusan tersebut, The Sea Beast tergolong cukup sukses. Komposer Mark Mancina sukses menghadirkan suasana di atas kapal dengan sea shanty -nya yang ceria, serta berbagai musik pendukung lainnya yang sukses menciptakan mood yang sesuai dengan scene .
Monster Hasil Amalgamasi dari Berbagai Karya
Meski kisahnya terbilang orisinal, ada beberapa elemen-elemen yang pernah digunakan oleh Chris dalam film-film yang pernah dibuatnya seperti Big Hero 6 dan Moana .
Tak hanya itu, The Sea Beast juga menampilkan beberapa trope yang dipopulerkan oleh film lain, seperti misalnya kehidupan pemburu paus dalam film In The Heart of The Sea , ilmu pelayaran dan navigasi dalam film Master and Commander , dan sebagainya.
Yang paling kentara adalah interaksi antara tokoh Maisie dan Red Bluster yang mengingatkan penonton akan hubungan Hiccup dan Toothless dalam film How to Train Your Dragon . Bahkan, desain Red Bluster sendiri dapat dikatakan cenderung menyerupai desain Toothless.
Meski demikian, elemen-elemen tersebut tidak sampai membuat film The Sea Beast ini dapat dikatakan sebagai plagiat atas film-film di atas. Sesuai judulnya, The Sea Beast bisa dibilang sebagai sebuah monster besar hasil amalgamasi dari berbagai kisah yang mendahului film ini, mulai dari kisah klasik seperti Moby Dick hingga petualangan modern dari The Pirates of the Carribbean.
***
Akhir kata, dalam review ini kami menyimpulkan bahwa film The Sea Beast ini tetap layak untuk ditonton oleh semua umur dan sangat menghibur. Jadi buat kamu yang berlangganan Netflix, film berdurasi 1 jam 55 menit ini cocok untuk mengisi waktu luang kamu di akhir minggu.
Rating: 8/10
Dapatkan berita gaming dan informasi menarik lainnya seputar dunia game, esports, film, anime, dan lainnya hanya di UP Station.
Bagi kalian yang mau top-up game kesayangan kalian bisa langsung kunjungi UniPin! Proses cepat dan harga murah!
Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru dan berita gaming lainnya di akun sosial media kami:
Facebook: UP Station Indonesia
YouTube: Upstation Media
Twitter: @upstationmedia
Instagram: @upstation.media
Yuk gabung di grup Discord kami!
Discord: UniPin Official Community