4 Contoh Cerita Rakyat Betawi yang Terkenal, Ada Si Pitung
JAKARTA, celebrities.id Contoh cerita rakyat Betawi bisa kamu baca sebagai bahan pelajaran atau sekadar hiburan. Banyak kumpulan cerita rakyat Betawi populer yang diceritakan turun temurun.
Beberapa cerita rakyat Betawi bahkan sudah dibuat dalam buku hingga film. Salah satu cerita rakyat Betawi yang terkenal adalah si Pitung. Diketahui, si Pitung adalah sosok legendaris orang Betawi dari Rawa Belong yang jago bela diri. Pitung dikenal sebagai perampok ulung.
Meski dikenal sebagai perampok, si Pitung tidak mengambil semua harta perampokan. Dia selalu membagikan hasil rampokan yang kepada rakyat kecil yang ditemuinya. Dalam kumpulan cerita rakyat Betawi juga memiliki pesan dan nilai moral yang bisa diambil.
Berikut ini celebrities.id telah merangkum dari berbagai sumber, Jumat (17/6/2022), mengenai kumpulan contoh cerita rakyat Betawi.
Contoh Cerita Rakyat Betawi
1. Legenda Cerita Si Pitung Pendekar dari Betawi
Dahulu di Betawi, ada seorang pendekar bernama Pitung. Dia adalah anak dari Bang Piun dan Mpok Pinah. Ia sering dipanggil dengan sebutan Bang Pitung.
Bang Pitung adalah pendekar yang baik hati, patuh kepada agama, dan selalu menolong sesama. Bang Pitung pun memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia tak mempan ditembus senjata.
Tetangga-tetangga Bang Pitung hidup serba kekurangan. Bang Pitung pun merasa iba.
Apalagi orang-orang yang kaya justru semakin kaya, tanpa memedulikan rakyat yang miskin.
Aku harus melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat, ucap Bang Pitung.
Bang Pitung pun mengumpulkan pemuda-pemuda di kampungnya. Mereka merampok harta milik orang-orang kaya. Harta itu kemudian dibagikan kepada rakyat miskin. Meskipun Bang Pitung suka merampok, tapi ia tidak suka dengan perampok yang merampok untuk kepentingan pribadi. Ia justru selalu memberi pelajaran kepada mereka.
Aksi Bang Pitung pun akhirnya terdengar oleh kompeni Belanda yang menguasai daerah itu.
Kita harus menghentikan Pitung, agar kompeni Belanda tidak resah dengan keberadaannya, ucap kepala polisi kompeni Belanda.
Berbagai upaya dilakukan. Namun, Bang Pitung selalu bisa lolos dari pasukan kompeni Belanda. Berkali-kali kompeni Belanda mencoba menembaknya, tapi Pitung tak terluka sama sekali. Kepala kompeni Belanda hampir putus asa.
Bagaimana cara menangkap Pitung? Apakah ia tidak memiliki kelemahan? tanya kepala kompeni Belanda, merasa kesal.
Akhirnya, ia menemui guru si Pitung, yaitu Haji Naipin. Karena merasa nyawanya terancam, Haji Naipin pun membocorkan kelemahan Si Pitung.
Akhirnya aku tahu kelemahanmu Pitung! ucap kepala kompeni Belanda dengan geram.
Setelah beberapa lama, kompeni Belanda mengetahui persembunyian si Pitung. Tanpa membuang waktu, mereka Iangsung menyergap si Pitung. Kompeni Belanda yang sudah mengetahui kelemahan Pitung pun dengan mudah melumpuhkan Pitung, yaitu dengan cara mengambil jimatnya saat dia mandi di sungai.
Akhirnya Pitung meninggal karena luka tembak peluru emas. Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur.
2. Si Pitung Jagoan Betawi
Zaman dahulu di Rawabelong, Jakarta Barat, tinggallah seorang anak bernama Pitung. Sejak kecil ia disekolahkan di pesantren milik Haji Naipin.
Suatu hari ketika Pitung pulang dari pasar, ada segerombolan preman yang merogoh uang Pitung dari sakunya secara paksa. Pitung lantas mengeluarkan jurus bela diri yang didapatnya dari Haji Naipin. Para preman akhirnya menyerah dan mengembalikan uang Pitung.
Pimpinan preman mengagumi kehebatan Pitung. Ia mengajak Pitung bergabung untuk mencopet uang di pasar. Pitung sejenak terdiam. Ia kemudian memberi mereka nasihat agar tidak lagi berbuat jahat, tetapi justru harus membantu orang lain. Apalagi, di sana banyak orang kelaparan dan kesusahan.
Mereka bingung bagaimana cara melakukan kegiatan kemanusiaan, sedangkan mereka sendiri hidup berkekurangan. Pitung mendapatkan ide. Ia dan gerombolan preman itu merampok orang-orang kaya yang jahat. Lalu, hasilnya diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Mereka kemudian melancarkan aksi tersebut. Ketika melihat sepak terjang Pitung, kompeni lantas mencoba menangkap Pitung. Namun, Pitung berhasil melarikan diri. Polisi sempat menembaknya, tetapiberkat jimatnya Pitung kebal peluru. Pitung menjadi buronan polisi.
Ketika mengetahui bahwa ajian Pitung akan hilang jika dilempari telur busuk, mereka langsung melempari Pitung dengan telur busuk. Ketika ia mulai tidak berdaya, Pitung langsung ditembak mati.
Meski dikenal sebagai pahlawan, Pitung tetap dianggap penjahat oleh kompeni karena menolong orang dengan cara yang tidak tepat.
(Sumber: Buku Bahan Diplomasi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Sahabatku Indonesia: Membaca Jakarta Cerita Rakyat BIPA 4. )
3. Putri Keong Mas
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda dan anak laki-lakinya yang bernama Ceceng. Mereka tinggal di sebuah gubuk tua yang didirikan di atas tanah sewaan, dari seorang tuan tanah.
Suatu hari, ibu Si Ceceng sakit. Semakin hari sakit ibu Si Ceceng bertambah parah. Akhirnya, ibu Si Ceceng mengembuskan napas terakhirnya. Kini, Si Ceceng tinggal sendirian.
Keesokan harinya datanglah tuan tanah menagih uang sewa tanah. Si Ceceng memohon kepada tuan tanah untuk menangguhkan pembayarannya. Namun, tuan tanah sangat marah. Kemudian disuruhnya Si Ceceng mengerjakan sawahnya, sebagai ganti pembayaran sewa tanah. Permintaan tuan tanah disanggupinya sebagai pengganti utangnya.
Stasiun di Daop 4 Semarang Dengan Kedatangan Tertinggi Saat Pilkada 2024, Ada di Lokasi Ini
Pada suatu hari, ketika Si Ceceng sedang mencangkul di sawah. Ia melihat seekor keong emas. Ia mengambilnya dan membawanya pulang. Setibanya di rumah, keong itu diletakkan di dalam tempayan dan ditutupnya dengan rapi. Kemudian ia kembali lagi ke sawah, meneruskan pekerjaannya yang tertunda. Hingga sore hari, ia tetap berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Alangkah terkejutnya Si Ceceng, ketika melihat rumahnya tampak rapi dan bersih. Tidak hanya itu, makanan dan minuman juga tersedia. Siapa gerangan yang telah memasak? Tanpa ragu, akhirnya Si Ceceng pun menghabiskan seluruh makanan dan minuman yang ada.
Si Ceceng tidur lebih awal dari biasanya. Keesokannya, ia segera pergi ke sawah seperti biasanya. Ia pun kembali pulang di sore harinya. Rasa lelah segera musnah, makanan dan minuman kembali terhidang`, seperti hari kemarin. Ia pun tanpa ragu menyantapnya dengan lahap. Begitu seterusnya. Akhirnya, ia pun bertekad untuk menyelidikinya.
Pada suatu hari, Si Ceceng melihat seorang gadis keluar dari tempayannya. Melihat hal itu, Si Ceceng segera mendekati si gadis tersebut. Si gadis sangat terkejut. Selanjutnya, gadis itu segera menceritakan riwayat hidupnya kepada Si Ceceng. Dia adalah seorang bidadari yang dikutuk menjadi seekor keong. Singkat cerita, mereka pun menikah dan hidup bahagia, sampai mendapatkan seorang putri yang bernama Sri Nawangsih.
Kebahagiaan rumah tangga Si Ceceng tidak bertahan lama. Si istri dengan tak sengaja menemukan pakaian bidadarinya yang dulu hilang. Ia pun terbang ke kayangan dan kembali ke tempat asalnya. Sudah menjadi takdir sang dewa, si Ceceng tak kuasa menahan istrinya lebih lama lagi di dunia. Semenjak kepergian istrinya, Si Ceceng hidup sendiri membesarkan seorang putri, buah hati yang ditinggalkan istri terkasih yang tak pernah kembali.
4. Sabeni Jagoan Tanah Abang
Sabeni Jagoan Tanah Abang Pada abad ke-19 ada seorang pendekar Tanah Abang yang selalu membela rakyat kecil, Sabeni namanya. Sabeni rela berkorban bahkan sampai titik darah penghabisan.
Suatu hari Sabeni melamar putri Murtado, si kembang desa.
Biarlah alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setiaku kepadamu, kata Sabeni kepada putri Murtado.
Namun, lamarannya ditolak Murtado sehingga terjadilah pertarungan sengit. Pertarungan mereka bagaikan pertempuran dua bayang-bayang. Mereka berkelebat baku pukul, tukar tendang, adu kuncian, dan adu bantingan secepat kilat.
Akhirnya, dengan jurus kelabang nyebrang, Sabeni mengalahkan si Macan Kemayoran. Murtado ambruk tak sadarkan diri setelah terkena totokan Sabeni. Nama Sabeni mulai berkibar setelah sukses menekuk Murtado kala itu.
Suatu ketika Jepang hendak menangkap anak Sabeni. Ia kabur saat masih menjadi anggota polisi. Jepang lantas mendatangi Sabeni. Jika Sabeni menang, Syafii akan dilepaskan. Jika Sabeni kalah, ia dan anaknya akan ditahan Jepang.
Singkat cerita, Sabeni yang sudah berusia 83 tahun itu berhasil mengalahkan semua jagoan itu. Hebat benar pendekar-pendekar suruhanmu itu, sampai-sampai mengalahkan seorang kakek berumur 83 tahun sepertiku saja mereka tak mampu, ejek Sabeni.
Penjajah langsung mengangkat Sabeni menjadi kepala kampung. Alasannya adalah agar Sabeni tidak melakukan gerakan pemberontakan. Sabeni menerima jabatan kepala kampung agar tenang dalam mengajarkan silat dan tidak terus menerus dicurigai Jepang.
(Sumber: Buku Bahan Diplomasi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Sahabatku Indonesia: Membaca Jakarta Cerita Rakyat BIPA 4. )