Kisah Dionisos, Dewa Anggur dalam Mitologi Yunani yang Katanya Diadopsi Tradisi Lain
Budaya memang selayaknya lah sudah dijaga dengan baik dan dilestarikan agar tak hilang ditelan zaman. Meskipun budaya tersebut hanya sekedar cerita rakyat, namun jika suatu bangsa mampu mempertahankannya cerita tersebut akan menjadi orisinal.
Berbeda dengan mitologi Yunani yang satu ini, dimana kisah Dionisos si Dewa Anggur telah diadopsi oleh tradisi lain sehingga memiliki kisah yang berbeda-beda dan tak tahu mana kisah aslinya.
Dikutip dari Nationalgeographic , sebagai anak Zeus dari hubungan gelap bersama Semele, Dionisos disembah di berbagai tempat seperti Thebes dan Anatolia. Penyembahannya ternyata tidak seragam di masa klasik. Beberapa tempat di antaranya bersifat publik dan terorganisasi, sementara ritual lainnya misterius dan dilakukan secara rahasia.
Seperti di Roma, nama Dionisos berubah menjadi Bacchus yang dihormati lewat ritual liar dengan perayaaan pada malam hari di hutan dan pegunungan.
Sementara di Yunani sendiri, Dionisos dihormati dengan menyelenggarakan festival yang memiliki unsur buah anggur dan juga kesenian. Setiap bulan Maret, kota Athena akan mengadakan festival yang dikenal sebagai Dionysian Raya.
Pada awal abad keenam SM, festival ini berlangsung selama enam hari. Pada hari pertama, sebuah prosesi akan membuka festival saat patung Dionisos dibawa ke teater.
Kemudian festival akan dilanjutkan dengan kurban banteng dan mengadakan pesta. Pada hari-hari berikutnya, para penulis drama Yunani kuno akan menampilkan karya mereka mulai dari tragedi, komedi, sampai drama satir.
Banyak ahli peradaban dan mitologi Yunani kuno berpendapat, evolusi Dionisos dari kultus yang tidak dikenal dan menyebar ke seluruh Mediterania seiring dengan adanya penyebaran anggur.
Selain itu, sepintas ritus-ritus pesta pora dan ritual misteri yang ada pada Dionisos, dianggap bertentangan dengan harmonis dan teratur daripada agama Yunani klasik.
Banyak cendekiawan menganggap, penghormatan-penghormatan ini tidak diyakini bahwa Dionisos benar-benar dewa Yunani, terutama dalam pandangan tradisi Jerman yang menganggap Dionisos sebagai dewa asing dan mengabaikan kemungkinan bahwa mitos seputar kematian dan kebangkitannya berasal dari Yunani.