Kisah Samiri Membuat Patung Sapi yang Dapat Berbicara Lalu Dijadikan Tuhan
Belum genap 40 hari Nabi Musa bermunajat kepada Allah Ta\'ala di Bukit Thursina (Gunung Sinai), Samiri melakukan penyimpangan dengan membuat patung anak sapi dari emas yang dapat berbicara.
Parahnya, patung ini dijadikan Tuhan dan sesembahan bagi Bani Israil. Samiri adalah pengikut Nabi Musa \'alaihissalam yang membangkang. Ibnu Abbas mengatakan, Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan berasal dari kaum penyembah berhala.
Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya sebagai pengikut Musa di hadapan Bani Israil, tetapi hatinya mengikuti kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi Musa bin Zhufar.
Kisah Samiri membuat patung sapi sesembahannya diceritakan dalam Surat Al-A\'raf Ayat 148. Allah berfirman:
Artinya: " Dan kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai) mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim ." (QS. Al-A\'raf Ayat 148)
Bani Israil telah menyembah patung anak sapi selama kepergian Nabi Musa ke Bukit Sinai menerima wahyu dari Allah. Patung anak sapi itu dibuat oleh Samiri atas anjuran pemuka Bani Israil, padahal ia manusia yang taat dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam masyarakat.
Menurut tafsir Kementerian Agama , nama Samiri disebutkan dalam Firman Allah yang artinya: " Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, Kami telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri ." (QS Thaha: 85)
Cara Samiri Membuat Patung Dapat Berbicara Disebutkan bahwa patung anak sapi dari emas itu berasal dari emas perhiasan wanita-wanita Mesir yang dipinjam oleh wanita-wanita Bani Israil saat mereka meninggalkan Mesir. Emas perhiasan itu dilebur dan dibentuk oleh Samiri menjadi patung anak sapi.
Menurut ath-Thabari, emas-emas itu dipinjam dari gelang emas tanda perbudakan Bani Israil oleh penduduk asli Mesir. Keinginan Bani Israil menyembah patung anak sapi sebagai tuhan selain Allah ini adalah pengaruh dari kebiasaan mereka di Mesir dahulu.
Sebetulnya nenek-moyang mereka adalah orang-orang Ahli Tauhid, karena mereka adalah keturunan Nabi Ya\'qub. Akan tetapi setelah bergaul dengan orang Mesir, gejala-gejala wasaniyah (menyembah selain Allah) itu menular kepada mereka.
Patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan oleh Bani Israil itu, berupa patung anak sapi yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga jika ditiupkan angin ke dalamnya ia akan dapat bersuara.
Suara dari patung anak sapi itu keluar adalah karena masuknya angin ke dalam rongga mulut dan keluar dari lubang yang lain, sehingga menimbulkan suara. Hal ini dapat dibuat dengan memasukkan alat semacam pipa yang dapat berbunyi dalam rongga patung anak sapi itu.
Jika pipa itu terembus angin, maka berbunyilah patung anak sapi itu seperti bunyi anak sapi sebenarnya. Karena hal seperti itu dipandang aneh oleh Bani Israil, maka dengan mudah timbul kepercayaan pada diri mereka bahwa patung anak sapi itu berhak disembah, sebagaimana halnya menyembah Allah.
Akibat perbuatan ini, Allah mencela Bani Israil yang lemah iman itu. Mereka tidak dapat membedakan antara Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para Rasul dan makhluk Tuhan yang hanya dapat bersuara.
Bani Israil berbuat demikian itu bukanlah berdasar sesuatu dalil yang kuat, mereka berbuat demikian hanyalah karena pengaruh kebiasaan nenek-moyang mereka yang ada di Mesir dahulu yang menyembah anak sapi. Padahal kepada mereka telah diturunkan bukti-bukti yang nyata, seperti membelah laut, tongkat menjadi ular dan sebagainya.
Karena mereka tidak mau memperhatikan bukti-bukti dan dalil-dalil, mereka mengingkari Allah, yang berakibat buruk pada diri mereka sendiri.
Demikian kisah Samiri yang menyesatkan Bani Israel. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan memperkokoh Tauhid kita kepada Allah, satu-satunya Tuhan yang patut disembah.