Sejarah Keris Desa Aeng Tong-tong, Kerajinan Sumenep yang Jadi Suvenir KTT G20

Sejarah Keris Desa Aeng Tong-tong, Kerajinan Sumenep yang Jadi Suvenir KTT G20

Travel | BuddyKu | Kamis, 26 Mei 2022 - 00:01
share

JAKARTA, celebrities.id - Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), akan menjadikan keris asal Desa Aeng Tong-tong, Sumenep Madura sebagai suvenir bagi para delegasi yang hadir pada side event KTT G20.

Berbicara soal keris, ternyata keris asal Desa Aeng Tong-tong Sumenep ini memiliki sejarah yang sangat panjang, lho. Khususnya bagi masyarakat Madura. Sehingga tak heran jika benda tersebut dijadikan suvenir istimewa di side event KTT G20.

Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (25/5/2022), pada 2005 United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengakui keris sebagai warisan budaya dunia.

Berselang tujuh tahun kemudian, yakni pada 2012, UNESCO mengakui Sumenep, kabupaten di Madura sebagai kabupaten dengan jumlah empu alias pembuat keris terbanyak. Serta ada sekitar 600 empu di Sumenep dan sebagian besar di antaranya berasal dari Desa Aeng Tong-tong.

Meskipun dikenal sebagai desa pembuat keris, makna nama Aeng Tong-tong ternyata tidak berhubungan sama sekali dengan keris. Aeng berarti air, sedangkan tong berarti menjinjing. Dinamakan Aeng Tong-tong, karena dulunya warga harus menjinjing ember-ember berisi air dari luar desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Zaman dulu, keris buatan warga Desa Aeng Tong-tong digunakan di Keraton Sumenep. Sampai sekarang, keris-keris Keraton Sumenep masih tersimpan.

Menariknya lagi dari Desa Wisata Aeng Tong-tong terdapat ritual pencucian keris dan ziarah kubur kepada leluhur empu, yakni disebut dengan Penjamasan Keris. Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta rakyat yang menampilkan kesenian tradisional seperti saronen dan macopat.

Sementara itu pembuatan keris sendiri memang memakan waktu yang cukup lama, antara satu hingga enam bulan untuk satu keris. Hal ini pun tergantung dari ukuran dan motif yang dibentuk. Untuk panjang keris di Pulau Madura sendiri normalnya antara 37 - 38 cm.

Kemudian prosesnya sendiri mulai dari pemilihan besi, lalu penempaan, pembentukan bilah, kinatah (ukir besi jika keris ukir), warangka (pembuatan sarung keris yang terbuat dari kayu), terakhir mewarangi atau campuran cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau dicelupkan ke keris.

Menurut keterangan salah satu pengrajin keris, Mas Hafeni, dikarenakan proses pembuatan yang cukup lama, maka dalam sebulan sekitar lima sampai tujuh keris yang terjual.

"Produk keris kami ini juga sudah kami ekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Karena hanya orang-orang tertentu saja yang tertarik dan paham akan produk keris ini," katanya.