Trump Akhirnya Bilang Akan Turunkan Tarif untuk China, Menyerah?
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui bahwa tarif sebesar 145 persen yang dijatuhkan terhadap produk China terlalu tinggi. Dia memberi sinyal akan menurunkan besarannya secara drastis.
"Itu benar, 145 persen sangat tinggi," kata Trump, kepada wartawan di Gedung Putih, seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (23/4/2025).
Trump berdalih, besaran tatif 145 persen yang berlaku saat ini ditetapkan bukan asal-asaln melainkan setelah melalui hitung-hitungan. Selain itu angka tersebut sebagai hukuman atas tuduhan kejahatan obat-obatan terhadap China.
Tuduhan yang sama juga ditujukan kepada Meksiko dan Kanada saat Trump pertama kali menerapkan tarif pada akhir Januari lalu.
Lebih lanjut Trump menegaskan besaran tarif kepada China nantinya akan jauh berkurang.
"Tidak akan setinggi itu. Kita bicara tentang fentanil, Anda paham, berbagai elemen menaikkan tarifnya hingga 145. Tarifnya akan turun drastis, tapi tidak akan menjadi nol," ujarnya.
Jika AS menerapkan tarif nol persen terhadap produk China, Amerika akan hancur total.
"China mempermainkan kita dan tidak akan membiarkan itu terjadi," katanya.
Trump lalu menyinggung hubungan baiknya dengan Presiden China Xi Jinping. Oleh karena itu, dia yakin kesepakatan dagang AS dan China akan segera tercapai.
"Saya kira kita akan hidup bersama dengan sangat bahagia dan idealnya bekerja sama. Jadi saya kira ini akan berjalan dengan sangat baik," tuturnya.
Sebelumnya Gedung Putih bahkan mengancam akan menerapkan tarif baru sebesar 245 persen terhadap China, menambah sengit perang tarif kedua negara. Langkah itu akan diambil karena China terus membalas tarif baru yang diterapkan AS.
China membalas tidak hanya dengan memberlakukan tarif masuk untuk produk, saat ini 125 persen, tapi juga membatasi ekspor mineral langka yang sangat dibutuhkan oleh industri strategis AS, termasuk militer.
Dalam pembalasan lain, pemerintah China dilaporkan memerintahkan maskapai-maskapainya untuk menolak pengiriman pesawat Boeing. Sejauh ini pemerintah China belum menginfirmasi kabar yang pertama kali diangkat media AS itu.
Pekan lalu maskapai Xiamen Airlines menolak pengiriman Boeing 737 Max. Pesawat itu harus putar balik setelah menempuh penerbangan 8.000 km dari kantor Boeing di Seattle ke Xiamen.










