"Ancaman Pencemaran Limbah" :Warga Bolok, Kupang, Desak Pemerintah Percepat Evakuasi Kapal Tenggelam

"Ancaman Pencemaran Limbah" :Warga Bolok, Kupang, Desak Pemerintah Percepat Evakuasi Kapal Tenggelam

Terkini | alor.inews.id | Kamis, 27 Maret 2025 - 08:40
share

Kupang, iNewsAlor.id – Warga Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, mendesak pemerintah  untuk segera mengevakuasi kapal Kuala Mas yang tenggelam pada Desember 2024 serta menangani pencemaran yang ditimbulkannya. Hingga saat ini, belum ada langkah konkret dari pihak berwenang, sementara dampak lingkungan dan ekonomi semakin dirasakan oleh masyarakat.

Edi Piubati, seorang nelayan Desa Bolok, mengungkapkan keresahannya akibat pencemaran minyak dan oli yang diduga berasal dari kapal Kuala Mas. Menurutnya Sebelum insiden ini, ikan dapat terlihat dengan mata telanjang, dan nelayan bisa dengan mudah menangkap hasil laut. Namun kini, keadaan berubah drastis. Tak hanya itu, mereka juga harus mencari ke lokasi yang makin jauh, yang membutuhkan biaya tambahan.

“Kami ingin evakuasi ini dilakukan secepat mungkin. Jangan menunggu-nunggu karena hingga saat ini belum terlihat adanya pergerakan yang nyata dari pihak terkait,” ujar Edi Piubati (27/03).

Hal yang sama juga dialami Petani rumput laut di Desa Bolok, salah satunya Yupiter Luit Holbala, juga mengalami dampak besar akibat pencemaran ini. Biasanya, satu tali rumput laut sepanjang 75 meter dapat menghasilkan tiga karung kering dengan berat sekitar 50 kilogram per karung. Namun kini, hasil panen mereka turun drastis.
"Kami hanya dapat sedikit. Kalau kondisi normal, satu tali bisa menghasilkan tiga karung penuh," ujar Yupiter dengan nada kecewa.
Ia dan petani lain menduga pencemaran minyak dan oli telah merusak pertumbuhan rumput laut, menyebabkan kualitasnya menurun dan produksi gagal total.


Sementara itu, Yulius Piubati, seorang tokoh masyarakat dan penjaga kawasan pantai, mengungkapkan keprihatinannya terhadap ancaman terhadap Lilifuk, sistem kearifan lokal masyarakat Desa Bolok yang mengatur pola buka-tutup laut untuk menjaga keseimbangan populasi ikan.


“Dulu, kita bisa melihat ikan berenang ke sana kemari, bahkan hiu-hiu yang hidup berdampingan dengan mereka. Tapi setelah kapal Kuala Mas tenggelam dan ada tumpahan minyak, air laut berubah. Sekarang bukan lagi laut, tapi seperti lautan minyak,” katanya.


Jika kondisi ini terus dibiarkan, ekosistem laut akan semakin rusak, dan tradisi yang sudah diwariskan turun-temurun bisa hilang.


Wali NTT yang turun langsung ke lokasi memastikan bahwa pencemaran akibat tenggelamnya kapal Kuala Mas berdampak serius terhadap lingkungan dan ekonomi warga.
"Kami melihat langsung dampaknya terhadap nelayan dan petani rumput laut. Temuan kami menunjukkan produksi rumput laut mengalami kegagalan total, ukurannya mengecil, dan kualitasnya menurun," ujar Yuvensius Stefanus Nonga, Deputy Walhi NTT.


Selain itu, banyak limbah oli dan kemasan yang masih tercecer di pesisir, menunjukkan bahwa upaya penanganan pencemaran belum maksimal.
Jika situasi ini tidak segera ditangani, pencemaran akan terus mengancam ekosistem laut, mata pencaharian nelayan dan petani rumput laut akan semakin terpuruk, dan tradisi lokal seperti Lilifuk akan terancam punah, Ujar Yuvensius.

Masyarakat Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengevakuasi kapal, membersihkan pencemaran, dan memberikan solusi bagi masyarakat terdampak sebelum dampaknya semakin meluas.

Topik Menarik