Gawat! Perdana Menteri Lebanon Peringatkan Kemungkinan Perang Baru Lawan Israel
BEIRUT, iNews.id - Perdana Menteri Lebanon Nawaz Salam memperingatkan perang baru melawan Israel setelah wilayahnya dibombardir, Sabtu (22/3/2024). Salam telah menghubungi Menteri Pertahanan (Menhan) Michel Menassa terkait kemungkinan terjadinya perang.
"Perdana Menteri Salam telah menghubungi Menteri Pertahanan Jenderal Michel Menassa, memperingatkannya mengenai ancaman dimulainya kembali pertempuran di sepanjang perbatasan selatan, yang berisiko menyeret negara itu ke dalam perang baru," bunyi pernyataan Pemerintah Lebanon, seperti dilaporkan Sputnik.
Salam juga menegaskan perlunya mengambil semua tindakan keamanan guna menegaskan kembali keputusan terkait dengan perang atau perdamaian.
Selain itu dia juga telah menghubungi Koordinator Khusus PBB Jeanine Hennis-Plasschaert seraya mendesak organisasi perdamaian dunia itu mengintensifkan tekanan internasional kepada Israel agar menarik semua pasukannya dari Lebanon selatan.
Penarikan semua pasukan Israel dari daerah pendudukan sesuai dengan hukum internasional yakni Resolusi PBB Nomor 1701 dan kesepakatan gencatan senjata.
Israel melancarkan serangan artileri skala besar di Kota Yahmar Al Shaqif di Lebanon Selatan. Isarel mengklaim wilayahnya di Kota Metula diserang terlebih dulu menggunakan roket.
Juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengatakan Angkatan Udara Israel mencegat tiga roket yang ditembakkan dari Lebanon.
Israel dan kelompok Hibzullah Lebanon pada November 2024 menyepakati gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS), setelah perang yang berlangsung hampir 14 bulan. Berdasarkan kesepakatan itu, pasukan pemerintah Lebanon akan ditempatkan di wilayah selatan dalam waktu 60 hari, sementara para pejuang Hizbullah ditarik mundur ke utara Sungai Litani.
Sementara itu, Israel akan menarik penuh pasukannya dari Lebanon. Namun, Israel melanggar perjanjian tersebut dengan mempertahankan posisi militer di lima wilayah Lebanon selatan. Bukan hanya itu Israel berulang kali melanggar wilayah udara Lebanon dan melancarkan serangan ke wiayah timur dengan alasan keamanan nasional.