5 Bangunan Bersejarah di Sukabumi, Saksi Bisu Perjalanan Waktu Tanah Pasundan

5 Bangunan Bersejarah di Sukabumi, Saksi Bisu Perjalanan Waktu Tanah Pasundan

Terkini | sukabumi.inews.id | Selasa, 10 Desember 2024 - 17:59
share

SUKABUMI, iNewsSukabumi - 5 bangunan bersejarah di Sukabumi berikut ini adalah bukti Sukabumi di masa lalu. Sukabumi adalah salah satu kawasan di Jawa Barat menyimpan kekayaan sejarah yang sangat menarik untuk dieksplorasi.

Sebagai kota yang telah berkembang selama berabad-abad, Sukabumi memiliki berbagai bangunan bersejarah yang mencerminkan perjalanan panjang budaya dan peradaban di wilayah ini.

Dari masa kolonial Belanda hingga pengaruh budaya lokal yang kental, setiap bangunan di Sukabumi memiliki cerita dan nilai sejarah yang tak ternilai. Bagi para pecinta sejarah dan arsitektur, mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah di Sukabumi bisa menjadi pengalaman yang mempesona.

Dalam artikel ini, redaksi akan membahas lima bangunan bersejarah yang wajib dikunjungi di Sukabumi, yang akan membawa Anda untuk menyelami lebih dalam tentang warisan kota ini.

1. Masjid Agung Sukabumi

Warga Kota Sukabumi tentu sudah tidak asing dengan Masjid Agung Kota Sukabumi. Bangunan megah ini menjadi pusat beribadah umat Islam di Sukabumi sekaligus tempat berkumpulnya para pejuang tempo dulu.

Masjid Agung berdiri pada tahun 1935 dari tanah wakaf KH Ahmad Djuwaeni. Mulanya, masjid ini berbentuk masjid kecil (musala). Kemudian setelah KH Ahmad Djuwaeni menjadi penghulu Sukabumi, maka masjid jami itu naik statusnya menjadi Masjid Agung.

Pada masa awal, bangunan Masjid Agung Sukabumi masih sangat sederhana dengan atap tumpang dan memiliki satu menara. Sama seperti hari ini, bagian depan masjid terdapat alun-alun.

Perbedaannya, pada zaman dulu alun-alun diisi hamparan padang rumput yang menjadi tempat penggembalaan sapi. Kini, bagian alun-alun dihiasi dengan tanaman dan beberapa tempat duduk bagi wisatawan.

Konon dengan bantuan para ulama, masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para pejuang dalam berlatih dan merancang strategi melawan tentara sekutu.

2. Gereja Sidang Kristus

Bermula dari tempat yang digunakan sebagai gudang oleh balatentara jepang kisaran tahun 1942-1945 tersebut adalah bangunan Gereja Sidang Kristus, masa menjelang kemerdekaan.

Sejak Indonesia merdeka hingga kini, gereja tersebut dikelola oleh Yayasan Gereja Sidang Kristus. Artinya, keberadaan Gereja tersebut merupakan bukti bahwa umat kristiani sudah memberikan warna kehidupan di Sukabumi sejak jaman penjajahan.

 

3. Vihara Widhi Sakti

Bangunan Vihara Widhi Sakti ini terletak di Jalan Pajagalan, Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi. Tempat yang biasa digunakan oleh umat Buddha ini pertama kali dibangun di atas tanah seluas 900 m2 dan mayoritas penganutnya adalah warga Tionghoa.

Pada Tahun 1986 Vihara ini direnovasi serta perluasan bangunan. Vihara ini memiliki khas seperti ornamen yang berbentuk naga dan merah sebagai warna yang mendominasi dan secara umum bangunan ini syarat dengan unsur tradisi China.

4. Gedung Juang 45

Siapa yang tidak mengenal bangunan Gedung Djuang 45, tempat ini yang sering digunakan kegiatan-kegiatan seremonial, dari mulai kegiatan pelajar, mahasiswa, sampai kedinasan.

Selain itu, ternyata bangunan ini memiliki sejarah yang perlu warga Kota Sukabumi ketahui. Sejak didirikan pada Tahun 1899, Gedung ini sering digunakan sebagai Societeit Soekamanah.

Bangunan yang ikonik ini terletak di Jalan Veteran 1 No.2, Selabatu, Kecamatan Cikole. Dahulu bangunan ini dikenla dengan nama Hotel Victoria, pemiliknya seorang pengusaha berkebangsaan Jerman, AA Lenne alias Tuan Leni. Gedung juang 45 dirancang dan dibangun oleh Arsitek A.F Aalbers dan Prof. Charles Prosper Wolffschoemaker.

Bangunan ini sempat dikuasai Jepang selama tiga tahun sejak 1942, setelah itu berhasil dikuasai rakyat Sukabumi untuk kemudian dijadikan markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR).

 

5. Balai Kota Sukabumi

Semula merupakan bangunan milik pengusaha asal China, yakni Lie Ek Tong. Pada 1932, saat terjadi resesi ekonomi bangunan Balai Kota Sukabumi (saat ini) dijual ke Gemeente Sukabumi.

Bangunan tersebut dibeli dengan biaya sebesar 12.600 Gulden. Usai dibangin selama dua tahu, atau tepatnya 1934, Burgemeester (Walikota) GF Rambonnet, bangunan itu diresmikan sebagai Balai Kota Sukabumi.

 

Sebagai penutup, kelima bangunan bersejarah di Sukabumi ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan waktu, tetapi juga menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah yang patut dilestarikan. Dengan mengunjungi dan mempelajari tempat-tempat ini, kita dapat lebih menghargai warisan leluhur serta pentingnya menjaga dan merawat situs-situs bersejarah demi masa depan generasi mendatang.

Topik Menarik