Film Memori Air: Kisah Nyata Trauma dan Kehilangan dari Perspektif Anak

Film Memori Air: Kisah Nyata Trauma dan Kehilangan dari Perspektif Anak

Terkini | okezone | Selasa, 10 Desember 2024 - 01:23
share

JAKARTA – Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) kembali digelar pada tahun 2024 dengan tema “Metanoia”, yang menggambarkan perubahan mendalam dan transformasi. 

Salah satu film yang mencuri perhatian adalah Memori Air (The Water Fairy), sebuah film pendek karya sutradara Imam Syafi’i, yang mendapatkan sambutan hangat dari penonton.

Memori Air mengangkat kisah persahabatan dua anak yang berubah drastis setelah sebuah insiden traumatis. Film ini mengikuti cerita Banyu, seorang anak yang dihantui rasa bersalah setelah menyaksikan kematian sahabatnya, Dhika. 

Film Memori Air: Kisah Nyata Trauma dan Kehilangan dari Perspektif Anak

Dalam usahanya mencari pelarian dari kesedihan dan tuduhan ibu Dhika, Banyu terus kembali ke umbul—lokasi kejadian tragis tersebut—untuk mencari kedamaian dan penyelesaian atas trauma yang ia alami.

Diproduksi oleh Thea Filisa dan Rivandy Kuswara, film ini melibatkan rumah produksi Ficcionaire Collective, Seven10 Media, dan Content Collision. Ceritanya terinspirasi dari pengalaman nyata seseorang yang dekat dengan pembuat film.

“Film ini ingin menekankan pentingnya peran orang tua sebagai pendengar dan pemberi dukungan empatik saat anak-anak menghadapi masalah. Ini adalah kisah personal yang ingin saya bagikan agar pesan tersebut sampai,” jelas sutradara Imam Syafi’i dalam siaran pers pada Senin (9/12/2024).

Pengambilan gambar dilakukan di kawasan Klaten, dengan latar alam dan budaya Jawa yang kental. Film ini juga menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa utamanya, menciptakan kesan otentik yang kuat.

“Tentu kami berharap film ini bisa menembus kancah internasional, khususnya dalam segmen yang berfokus pada film anak-anak,” ujar Imam Syafi’i.

Kisah Trauma dari Perspektif Anak

Produser Thea Filisa menjelaskan bahwa film ini berusaha menggambarkan perjuangan seorang anak menghadapi trauma kehilangan.

“Cara anak-anak memproses kehilangan mungkin sulit dipahami oleh orang dewasa. Namun, mereka butuh waktu dan pemahaman untuk melewati masa-masa sulit tersebut,” tambah Thea.

 

Memori Air menjadi bagian dari Layar Indonesiana, program JAFF yang menampilkan 10 film pendek lokal hasil kompetisi produksi film pendek Layar Indonesiana dari Kemendikbudristek (kini Kementerian Kebudayaan).

Setiap film pendek dalam program ini telah melalui proses kurasi, mentoring, dan produksi oleh para ahli perfilman Tanah Air, menjadikannya karya berkualitas yang layak diapresiasi.

“Ke depannya, 10 film pendek kebanggaan Kementerian Kebudayaan ini akan dipromosikan di lebih banyak festival, baik nasional maupun internasional,” jelas pihak penyelenggara.

Topik Menarik